Re: [silatindonesia] Wisata Budaya dan Religi Kumango
AWW. Mohon maaf, ikut nimbrung. Di Batusangkar, masih ada beberapa Guru Silek Kumango, Silek Lintau, Silek Sungai Patai, Silek Tuo, dan lainnya. LIMPAPEH bukan perguruan silat, namun Perguruan Silek Kumango (PERSIKUM) di Batusangkar merupakan salah satu komponen utama dalam LIMPAPEH; Guru Gadang Silek Kumango, Lazuardi Malin Maradjo (Abak Ar Malin) serta muridnya, Lesmandri, yang mengembangkan Tari Kontemporer Minangkabau dari Silek Kumango, adalah pendiri dan pengurus LIMPAPEH. Alhamdulillah, LIMPAPEH bersama PERSIKUM sudah mulai berhasil menjadikan silek sebagai muatan lokal di SMA Unggulan Batusangkar. Mudah2an dalam waktu dekat masuk SD, SMP, dan STAIN. Berikutnya akan dicicil ke 75 Nagari di Kabupaten Tanah Datar. Jika berkenan ke Batusangkar atau SUMBAR, insyaALLAH LIMPAPEH bisa menjadi pendamping. WWW -- Aslim Nurhasan ST SATI; Limpapeh Luhak nan Tuo Yayasan Seni, Budaya, dan Kesejahteraan Anak Nagari Minangkabau [EMAIL PROTECTED], 0811103234, 081808850951 - Original Message From: Ian Samsudin [EMAIL PROTECTED] To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Tuesday, April 10, 2007 9:40:43 AM Subject: [silatindonesia] Wisata Budaya dan Religi Kumango Sahabat silat, sebuah konsep tentang wisata budaya dan religi tanah datar... Kapan nih kita berkunjung ke Kumango ato silek tuo hehe akan dijamu oleh Uda Alda, lengkap dengan makanan padangnya :) tapi kumpulnya di padang ya... Eh kalo gak salah di Sumbar ada PASTI (ato apa ya namanya?)--semacan forum untuk silat tradisi .. mungkin Kang O'ong bisa menambahkan. . salam Ian s == Kumango: Sebuah Alternatif Konsep Pengembangan Wisata Budaya dan Religi Di Kabupaten Tanah Datar Kesadaran pentingnya pengembangan sektor Kepariwisataan sebagai salah satu upaya menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidaklah mudah untuk dilaksanakan, dan banyak faktor pendukung yang sangat menentukan keberhasilannya. Pemerintah daerah, masyarakat, dan juga stake holder sebagai pelaksana di lapangan diharapkan saling bersinergis. Dikarenakan tiga hal tersebut merupakan faktor penting sebagai pendukung terwujudnya keberhasilan kepariwisataan yang memadai. Pertama, faktor masyarakat pendukung kebudayaan. Berangkat dari budaya tradisi (khususnya budaya intangible), yang menjadi bagian masyarakat sebagai pola budaya tradisi, apakah mereka siap mengupayakan produktifitas karya-karyanya sebagai daya tarik pariwisata. Kebudayaan itu hidup dan berkembang secara alamiah atas dasar kesadaran dan tanggungjawab masyarakat sendiri. Kedua, kesiapan sumberdaya manusia (SDM) bidang akomodasi mengaju pada slogan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan), apakah juga sudah dilakukan dengan benar. Mengingat akomodasi adalah merupakan salah satu bagian penting dalam pengembangan pariwisata. Apakah masyarakat perhotelan dan rumah makan serta lainnya, sumberdaya manusianya siap melayani wisatawan dengan slogan Sapta Pesona. Ketiga, peran swasta (stake holder) pebisnis perhotelan, rumah makan, dan lainnya, sebagai salah satu faktor yang juga penting dalam upaya mendukung kepariwisataan. Apakah juga berani menghadapi tantangan saat ini. Artinya tanpa pemodal yang mau menanamkan investasinya pada sektor pariwisata, perhotelan, rumah makan, dan lainnya kepariwisataan tidak dapat berjalan semestinya. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dan saling mendukung untuk mencapai keberhasilan pengembangan kepariwisataan. Namun, apabila kepariwisataan dikelola secara serius, tentunya teori tersebut sangat menunjang untuk diimplementasikan. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu daerah potensial sebagai daerah tujuan wisata. Keanekaragaman budaya baik tinggalan budaya bendawi (tangible) berupa peninggalan sejarah, benda cagar budaya, dan lain-lain, maupun tinggalan budaya non bendawi (intangible) , dan masih terus dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya, serta alamnya yang indah, merupakan modal pendukung kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar. Kecenderungan diberbagai tempat wisata, konsep pengembangan wisata budaya belum dikelola secara menyeluruh. Objek yang ramai pengunjung sementara ini dianggap potensial untuk dipromosikan sebagai salah satu tawaran wisata yang menarik. Namun hal itu bukan satu-satunya cara pengembangan. Konsep pengembangan yang memadai sebaiknya melihat potensi yang dapat diterapkan berdasarkan kesinambungan, pemberdayaan masyarakat pendukungnya, dan pelestarian budayanya. Berbicara pariwisata budaya dan religi terlebih dahulu menentukan apa yang bisa diangkat sebagai objek tujuan, tanpa mempengaruhi objek tersebut. Artinya, biarkan saja budaya masyarakat mengalir dengan sendirinya tanpa harus direkayasa. Apalagi dibuat instan untuk suatu kebutuhan. Itu
[silatindonesia] Wisata Budaya dan Religi Kumango
Sahabat silat, sebuah konsep tentang wisata budaya dan religi tanah datar... Kapan nih kita berkunjung ke Kumango ato silek tuo hehe akan dijamu oleh Uda Alda, lengkap dengan makanan padangnya :) tapi kumpulnya di padang ya... Eh kalo gak salah di Sumbar ada PASTI (ato apa ya namanya?)--semacan forum untuk silat tradisi .. mungkin Kang O'ong bisa menambahkan.. salam Ian s == Kumango: Sebuah Alternatif Konsep Pengembangan Wisata Budaya dan Religi Di Kabupaten Tanah Datar Kesadaran pentingnya pengembangan sektor Kepariwisataan sebagai salah satu upaya menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidaklah mudah untuk dilaksanakan, dan banyak faktor pendukung yang sangat menentukan keberhasilannya. Pemerintah daerah, masyarakat, dan juga stake holder sebagai pelaksana di lapangan diharapkan saling bersinergis. Dikarenakan tiga hal tersebut merupakan faktor penting sebagai pendukung terwujudnya keberhasilan kepariwisataan yang memadai. Pertama, faktor masyarakat pendukung kebudayaan. Berangkat dari budaya tradisi (khususnya budaya intangible), yang menjadi bagian masyarakat sebagai pola budaya tradisi, apakah mereka siap mengupayakan produktifitas karya-karyanya sebagai daya tarik pariwisata. Kebudayaan itu hidup dan berkembang secara alamiah atas dasar kesadaran dan tanggungjawab masyarakat sendiri. Kedua, kesiapan sumberdaya manusia (SDM) bidang akomodasi mengaju pada slogan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan), apakah juga sudah dilakukan dengan benar. Mengingat akomodasi adalah merupakan salah satu bagian penting dalam pengembangan pariwisata. Apakah masyarakat perhotelan dan rumah makan serta lainnya, sumberdaya manusianya siap melayani wisatawan dengan slogan Sapta Pesona. Ketiga, peran swasta (stake holder) pebisnis perhotelan, rumah makan, dan lainnya, sebagai salah satu faktor yang juga penting dalam upaya mendukung kepariwisataan. Apakah juga berani menghadapi tantangan saat ini. Artinya tanpa pemodal yang mau menanamkan investasinya pada sektor pariwisata, perhotelan, rumah makan, dan lainnya kepariwisataan tidak dapat berjalan semestinya. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dan saling mendukung untuk mencapai keberhasilan pengembangan kepariwisataan. Namun, apabila kepariwisataan dikelola secara serius, tentunya teori tersebut sangat menunjang untuk diimplementasikan. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu daerah potensial sebagai daerah tujuan wisata. Keanekaragaman budaya baik tinggalan budaya bendawi (tangible) berupa peninggalan sejarah, benda cagar budaya, dan lain-lain, maupun tinggalan budaya non bendawi (intangible) , dan masih terus dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya, serta alamnya yang indah, merupakan modal pendukung kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar. Kecenderungan diberbagai tempat wisata, konsep pengembangan wisata budaya belum dikelola secara menyeluruh. Objek yang ramai pengunjung sementara ini dianggap potensial untuk dipromosikan sebagai salah satu tawaran wisata yang menarik. Namun hal itu bukan satu-satunya cara pengembangan. Konsep pengembangan yang memadai sebaiknya melihat potensi yang dapat diterapkan berdasarkan kesinambungan, pemberdayaan masyarakat pendukungnya, dan pelestarian budayanya. Berbicara pariwisata budaya dan religi terlebih dahulu menentukan apa yang bisa diangkat sebagai objek tujuan, tanpa mempengaruhi objek tersebut. Artinya, biarkan saja budaya masyarakat mengalir dengan sendirinya tanpa harus direkayasa. Apalagi dibuat instan untuk suatu kebutuhan. Itu diperlukan apabila budaya masyarakat sudah berjalan dengan baik, serta didukung terus menerus oleh masyarakat pendukungnya. Contohnya kepariwisataan di Bali. Masyarakat Bali melestarikan budayanya, tanpa harus direkayasa, dan sekarang sudah menjadi bagian dari industri pariwisata di Bali. Namun perlu diingat, bahwa Tanah Datar bukanlah Bali. Secara alamiah di Bali antara alam, budaya dan agama menyatu sebagai bentangan budaya (culture landscape) dan religi yang saling mendukung. Seperti tradisi ritual upacara pembakaran mayat (ngaben), prosesi tersebut menyatukan adat, budaya dan agama. Pemerintah tinggal mengakomodasi keinginan masyarakat melalui berbagai fasilitas pendukung. Apabila ada fasilitas, juga dipikirkan suasana seperti apa yang diinginkan masyarakat tradisi sebagai pendukung kebudayaannya, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya. Suatu contoh di Tanah Datar, apabila masyarakat menghendaki dibangunnya tempat sasaran silat tradisional, kemudian kita juga minimal mengadaptasi bangunan diupayakan sesuai dengan kondisi yang dinginkan, bukan asal dibangun. Melainkan bagaimana menata lingkungannya. Sehingga kita sering mendapatkan bangunan yang terbengkalai karena secara fungsi tidak layak dijadikan untuk kegiatan tersebut. Hal ini terjadi pada sebuah bangunan gelanggang atau