:-)
Salam,
l.meilany
- Original Message -
From: Rafina Harahap
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Saturday, June 21, 2008 4:10 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan
Cegah KDRT
Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang
Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang baru aja baca
Second Sex-nya Beauvoir, keblinger. Kalo umur mereka masih kepala 2,
wajarlah. Tapi kalo sudah usia kepala 4, h. :-)
Sama saja kayak orang mendadak islam lalu bawaannya tunjuk sana-sini
menghakimi orang, yang gak sama dgn
Message-
From: Rafina Harahap [EMAIL PROTECTED]
Date: Sat, 21 Jun 2008 09:10:37
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan
Cegah KDRT
Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang baru aja baca
Second Sex-nya Beauvoir
sebagian dari buku kartun Beni Mice]
- Original Message -
From: h.s nurbayanti
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 19, 2008 5:31 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi
Perempuan Cegah KDRT
Kalau yang mbak uraikan ini
Kalau yang mbak uraikan ini saya setuju banget.
Tapi saya suka bertanya apa yang membuat seseorang itu feminis atau tidak?
Ada diskusi yg menarik (buat saya) di milis sebelah. Ada yg melihat
feminisme sbg sebuah agama baru.
Tentu ini tidak benar, bila kita melihatnya dari kacamata semesta ilmu
Iya betul. Laki2 atau bahkan perempuan yang merasa terancam dengan
kemandirian perempuan harus sadar ini persepsi yang keliru, karena
kemandirian perempuan itu kan bermanfaat bagi masyarakat laki2 maupun
perempuan. Tekankan manfaatnya.
Sebaliknya perempuan yang berstandar ganda seperti yang
Duh, biyung... pusing aku masih gak ngerti hehehe..
Harus segera klarifikasi nh :-)
Kalau laki2 ada yg masih terancam dng kemandirian perempuan, harus
disadarkan ya?
Kamu sebenarnya mengingikan perubahan ini juga lho... percaya deh..
*ting-ting*
Dan perempuan juga jangan menerapkan
Mba Herni,
Yang realitasnya adalah bahwa laki2 maupun perempuan sama-sama
berubah dan mengalami perubahan. Yang seharusnya mungkin bervariasi
di antara laki-laki dan perempuan tergantung persepsi kita. Dalam
persepsi umum mungkin kita mengira bahwa laki2 nggak mau berubah
dalam relasi laki2
Mungkin mesti dipilah antara 'yang seharusnya' dan 'yang realitasnya'.
Realitasnya memang banyak perempuan yang menikah karena nggak punya
posisi ekonomi, atau paling tidak kondisi keluarga dan masyarakat
menggiringnya ke situ. Seiring dengan ini, ada fenomena
memperpanjang usia lajang karena
Sepakat, mbak.
Saya mau nanya aja. Kalau kita bicara relasi perempuan dan laki2.
Ketika ada perubahan di perempuannya, bukankah ini juga menimbulkan reaksi
dari laki2 juga?
Karena mereka juga terjebak pada yang seharusnya dan
berhadapan dng kondisi yang realitasnya.
Pertanyaannya adalah gimana
Saya juga mau nanya saja. Gimana caranya supaya situasi dikembalikan
ke keadaan semula alias normal? Sehingga tidak ada istilah 'tawar
menawar'. Yang ada istilah 'menjalani kewajiban masing-masing'
dengan aman dan nyaman...:-?.
Batasan 'normal' itu juga apa ukurannya..:-?
Kemaren saya ditanya
11 matches
Mail list logo