Precedence: bulk DILI MAKIN GAWAT, POLRI MEMBIARKAN PEMBANTAIAN OLEH MILISI DILI, (MateBEAN, 4/9/99). Ribuan penduduk Kota Dili hari kembali mengungsi setelah milisi Aitarak dan Besi Merah Putih (BMP) melakukan serangan beruntun di seluruh kota. Ibu-ibu dan anak-anak yang panik berlarian ke daerah perbukitan di selatan, sebagian lain melarikan diri ke gereja, masjid dan tempat-tempat yang mereka anggap aman. Beberapa kampung, khususnya di daerah Dili Timur sudah kosong melompong. Penduduk lari membawa barang-barang seadanya karena teror pembunuhan dan penculikan yang dilakukan milisi Aitarak dan BMP. Pihak kepolisian yang sudah berjumlah belasan ribu saat ini sepertinya tidak berdaya. Penduduk menganggap mereka memang sengaja tidak berbuat apa-apa. Dalam sebuah kejadian di Becora tadi siang (4/9), terlihat anggota Brimob Kontingen Lorosae membiarkan segerombolan anak muda usia 16-20 yang membawa senapan dan parang mengejar sejumlah ibu dan anak-anak yang menjerit ketakutan. Tidak ada tindakan apa pun yang diambil. Tindakan biadab membiarkan rakyat diteror oleh gerombolan yang menyebut dirinya milisi pro-otonomi (yang terbukti kalah dalam jajak pendapat) sudah berlangsung selama beberapa minggu, dan makin meningkat sejak pemungutan suara Senin (30/8) lalu. Hari ini, untuk Kota Dili saja ada laporan enam orang tewas. Dua orang korban, seorang perempuan dan seorang lagi laki-laki sore hari dibawa ke RSU Bidau karena luka tembak. Diduga bahwa mereka juga menjadi korban keganasan milisi pro-otonomi yang sejak siang tadi menembaki penduduk. Seorang pemuda di Santa Cruz mati dengan cara mengenaskan. Siang tadi ia ditembak oleh milisi Aitarak dan terjatuh. Karena dikira meninggal, milisi yang datang bersama sejumlah anggota TNI menyuruh seorang bapak yang kebetulan berada di sana untuk mengangkat tubuhnya. Tapi saat disiram air, pemuda yang dikira sudah tewas itu terbangun kembali. Darah masih bercucuran di tubuhnya. Bukannya membawa korban ke rumah sakit, milisi Aitarak dan anggota TNI menyuruhnya berdiri dan lari ke arah pemakaman. Dengan tertatih-tatih ia berlari, dan setelah mencapai jarak 100 meter tiba-tiba senjata milisi kembali meletus, dan tubuhnya tersungkur tewas. Dari Namlea, Dili Timur dilaporkan lima orang tewas terkena tembakan. Keluarga korban hanya bisa menangis sambil menahan suara di bawah pengawasan anggota TNI dan Polri. Saat seorang keluarga korban minta bantuan Polri untuk membawa jenazah saudara mereka, seorang anggota Brimob membentak: "Itu bukan urusan kami. Sana cari palang merah!" Jurnalis dan para pemantau internasional juga mengalami nasib serupa. Sore tadi, segerombolan anggota milisi menyerbu masuk ke Hotel Mahkota dan menggedor pintu-pintu kamar mencari staf UNAMET. Sekitar 30 petugas polisi yang berjaga di lantai dasar hotel juga tidak bertindak apa-apa. Di samping penduduk sipil, sasaran serangan milisi pro-integrasi yang lain adalah staf UNAMET. Seperti diberitakan sebelumnya, empat orang staf lokal UNAMET tewas di tangan milisi pro-otonomi yang menuduh mereka berlaku curang. Pembunuhan itu dilakukan setelah ada hasutan dari para pemimpin UNIF seperti Basilio Dias Araujo dan bupati Manatuto Vidal Doutel Sarmento yang memprotes pelaksanaan jajak pendapat karena dianggap curang. Sampai saat ini sudah ada lima kantor UNAMET yang ditutup, masing-masing di Ainaro, Aileu, Ermera, Same, dan Maliana. Semuanya karena serangan brutal oleh milisi pro-otonomi yang dibiarkan oleh Polri. Serangan yang paling serius terjadi siang tadi ketika seorang polisi sipil PBB yang bernama Chandler ditembak oleh milisi Besi Merah Putih pimpinan Manuel Sousa. Ia segera diungsikan ke tempat yang aman untuk menunggu helikopter PBB menjemput. Tapi pada saat helikopter itu tiba beberapa waktu kemudian, milisi BMP kembali melepaskan tembakan ke arah helikopter, sehingga pilot kemudian memutuskan untuk tidak mendarat. Baru setelah petugas UNAMET mendesak petugas Brimob untuk menghalau gerombolan milisi itu, helikopter bisa mendarat. Kini korban dirawat di Medical Centre UNAMET, Fatuhada, Dili. Di Same, sekitar pukul 10.00 Wita pagi, milisi ABLAI menyerbu kantor UNAMET setempat. Mereka melempari kantor itu sambil berteriak-teriak memaki para petugasnya. Beberapa lama kemudian polisi datang dan 'mengamankan' para staf UNAMET. Sayangnya staf lokal tidak mendapat fasilitas yang sama, sehingga empat orang saat ini diduga hilang dan belum diketahui nasibnya. Seluruh staf UNAMET yang ada di Same kemudian dievakuasi dengan helikopter ke Dili. Masyarakat setempat yang tinggal berdekatan dengan kantor UNAMET langsung mengungsi ke hutan-hutan di sekitar kota untuk menyelamatkan diri. Sampai pukul 21.00 Wita waktu setempat, situasi Dili masih mencekam. Hampir setiap 15 menit rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Pertanyaan besar bagi Polri yang bertugas 'menjaga keamanan' di Timor Lorosae: kenapa gerakan pengacau keamanan alias milisi pro-otonomi dibiarkan dan bahkan didukung melakukan tindakan kriminal seperti itu? *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html