Precedence: bulk


Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 02/III/22 - 30 Januari 2000
------------------------------

POLITIK ISLAM TNI: DARI PRABOWO HINGGA WIRANTO

(POLITIK): Menggunakan bendera Islam untuk meraih kekuasaan pernah dipakai
oleh Letjen (Purn) Prabowo Subianto dan kawan-kawannya. Prabowo, selain
membangun kekuatannya di TNI Angkatan Darat, ia juga membesarkan Komite
Indonesia untuk Dunia Islam (KISDI) pimpinan Ahmad Sumargono dan Front
Pembela Islam (FPI) pimpinan Habib Razied Shihab. Prabowo juga menggunakan
Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang juga dipakai mertuanya,
Jendral (Purn) Soeharto untuk memperpanjang kekuasaan politiknya. Kebetulan,
ada sinergi antara orang-orang sipil di ICMI yang ingin menjalin hubungan
dengan tentara untuk menguasai pemerintahan. 

Klik politik Islam Prabowo berhasil merekrut Jendral Feisal Tanjung dan
Jendral Hartono, dua jendral yang berkuasa ketika itu. Mereka berdua
tiba-tiba jadi jendral Isalam, yang ke sana ke mari memakai baju koko dan
kopiah. Lalu, Prabowo dan Hartono mendirikan Center Policy for Development
Studies (CPDS). Lembaga ini merekrut jendral-jendral Islam seperti Mayjen
TNI Mulkis Anwar, dan Brigjen TNI Robik Mukav, Mayjen TNI Fachrul Razi, dan
Brigjen TNI Kivlan Zen. Jaringan para jendral ini dibina Prabowo dan
dihubungkannya dengan kelompok-kelompok Islam garis keras binaan Prabowo.
Namun, setelah Soeharto jatuh, Prabowo disingkirkan Wiranto. Nah, jaringan
"Islam" Prabowo inilah yang kemudian dipakai Wiranto untuk memperkuat posisi
politiknya di depan Gus Dur dan kaum nasionalis dan mahasiswa yang terus
menyudutkan Angkatan Darat.

Wiranto kemudian mengembangkan dan memelihara "jaringan Islam" itu.
Pangkostrad, Letjen TNI Djadja Suparman dan Mayjen Pol Noegroho Djajoesman
(Kapolda Metrojaya) adalah dua jendral klik Wiranto (ini sudah diketahui)
yang bertugas membina kelompok-kelompok Islam garis keras yang pro klik
Wiranto. Kelompok-kelompok ini kebanyakan adalah kelompok-kelompok yang dulu
dibina Prabowo. Ada informasi misalnya, penyerbuan dan pembakaran Wisma
Doulos milik Yayasan Kristen Doulos di Pondok Gede, dilakukan oleh
sekelompok anggota Kostrad. 

Kedekatan klik Wiranto dengan FPI yang mencolok misalnya aksi-aksi FPI yang
mendukung Wiranto saat jendral itu diperiksa KPP HAM. Itu juga dinampakkan
ketika Kantor Gubernur DKI Jakarta Raya diduduki gerombolan FPI bersenjata
tajam selama jam kerja, Kapolda Noegroho Sjajusman dan Pangdam Jaya Djadja
Suparman tak melakukan apapun untuk mengusir gerombolan itu. Ini sempat
membuat Gubernur DKI, Letjen (Purn) Sutiyoso yang juga mantan Pangdam Jaya,
gusar. "Mengapa aparat tak mengusir mereka yang membuat aktifitas
pemerintahan lumpuh?" ujar Sutiyoso ketika itu. Nah, kalau Djadja dan
Noegroho bukan kawan FPI, mengapa pendudukan itu dibiarkan? (*)

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke