Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 02/III/22 - 30 Januari 2000 ------------------------------ MENEBAR VIRUS DARI SILANG MONAS (POLITIK): Sentimen Islam di Ambon jadi alat Poros Tengah menggoyang Gus Dur. Tahu bakal dimanfaatkan, KAMMI, Pemuda Muhammadyah dan Pemuda Anshor, tak jadi gabung. Acara tabligh akbar Jihad Ambon di Silang Monas yang dihadiri ribuan warga muslim beberapa hari menjelang Idul Fitri 1420 H, merupakan titik kulminasi persengketaan antara Poros Tengah dengan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Acara itu pun dimanfaatkan sebagai ajang konsolidasi partai-partai Islam. Pada kesempatan itu, mereka bahkan sudah membangun komitmen untuk menyatukan partai-partai Islam dalam satu partai. Atas nama umat Islam, Hamzah Haz yang disinyalir menerima dana KKN dari Bank Bali ini mengancam akan menyelesaikan kasus Ambon dengan cara-cara umat Islam, apabila duo Gus Dur-Mega tak kunjung bisa menyelesaikan itu. Ia menuntut pemberlakuan darurat militer di sana, karena menurutnya yang terjadi sudah lebih gawat daripada Aceh, kecaman yang sebenarnya sudah berkali-kali diucapkannya di sejumlah tablig di pinggiran kota Jakarta. Ahmad Sumargono, dedengkot KISDI dan sekaligus anggota DPR dari Partai Bulan Bintang pun tak ketinggalan men-deadline Gus Dur dalam menyelesaikan kasus Ambon. "Jika tidak mampu, kita akan ajukan mosi tidak percaya," katanya. Ia lupa bahwa sistem yang dianut Indonesia bukan sistem demokrasi parlementer. Kecaman dan ancaman dari Monas itu mendapat tanggapan keras dari Presiden Gus Dur. Bagi Gus Dur aksi di Monas itu diartikan sebagai unjuk kekuatan untuk memaksanya berhenti dari jabatan presiden dengan mengandalkan kekuatan massa. Meskipun yang datang waktu itu adalah para dedengkot Poros Tengah, yang sebelumnya "mati-matian" mendorongnya jadi presiden, Gus Dur tetap berbicara keras. Ia sadar bahwa apa yang dilakukan Poros Tengah tak lain upaya untuk mencari perhatian. Seperti diketahui Poros Tengah merupakan gabungan dari partai-partai yang tak meraih suara signifikan dalam Pemilu 1999 lalu. Dengan aksi ini mereka ingin tunjukkan kalau mereka punya massa. Hanya saja, Gus Dur masih menganggap kecil jumlah massa yang hadir. "Mereka mengaku berhasil mengumpulkan sejuta umat, tetapi yang datang nggak ada 20.000 orang. Nggak usah heran mereka sedang cari-cari penyakit," ujar Presiden saat berhalal bihalal dengan Yayasan Assyuryaniyah Attahiriyah di Bina Graha. "Mereka tidak ada apa-apanya, justru yang mayoritas itu adalah PDI-P. Mereka yang di Monas adalah kelompok-kelompok kecil. Jadi tidak ada artinya," kata Gus Dur lebih lanjut. Selain Gus Dur, yang gerah dengan pengumpulan massa di silang Monas itu, juga sejumlah kyai NU di PKB. Mereka rata-rata mengecam cara-cara Amien cs. dalam menggoyang Gus Dur. Anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Effendi Choirie dan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Muchyar Yara mengingatkan agar jangan menggunakan cara-cara pengerahan massa untuk menekan Gus Dur dan Mega. Sebab, kedua pemimpin itu justru mempunyai basis massa yang jauh lebih besar. "Massa Nahdlatul Ulama (NU) dan massa PDI Perjuangan adalah massa yang besar. Karena itu sebaiknya tidak memancing massa kedua organisasi itu dengan cara pengerahan massa," kata Muchyar Yara. Ternyata, gertakan semacam itu berhasil membuat ciut para dedengkot acara tabligh itu. Amien Rais dan Ahmad Sumargono buru-buru meralat apa yang diucapkannya. Dengan nada membela diri Amien justru menyalahkan orang-orang dekat Gus Dur, yang katanya, telah memberikan informasi salah kepada presiden. "Saya kira kalau kaset itu diputar kembali, dan Gus Dur mendengarkan, tidak ada kata-kata akan menggulingkan atau mau menggusur," kata Amien. Belakangan, Amien berubah jadi pembela Gus Dur. Seperti biasa, dengan kata-kata bombastis ia menyatakan akan menjadi orang pertama yang akan mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga 2004. Ia pun mulai mengecam upaya-upaya pengerahan massa yang menurutnya bisa memicu kerusuhan. Acara di Monas itu sendiri, semula diadakan secara bersama oleh sejumlah organisasi massa Islam. Namun, dalam perkembangannya beberapa diantara mereka menolak untuk turut serata. Mereka yang "mengundurkan diri" dari acara itu antara lain KAMMI (sebuah kelompok massa mahasiswa muslim terbesar saat ini), Pemuda Muhammadyah dan Gerakan Pemuda Anshor. Mereka menyatakan tidak ikut bertanggungjawab terhadap acara tablig akbar itu. Tampaknya, mereka sadar, pada kegiatan semacam itu, potensi pihak tertentu untuk mempolitisir acara, sangat terbuka. "Sebelumnya mereka ikut serta dalam acara itu, tapi karena FPI masuk dan mendominasi acara, akhirnya mereka mundur," kata sumber. Acara-acara demikian dengan mudah memang dapat dimanfaatkan para provokator untuk memperkeruh suasana. Gus Dur sendiri telah menyebutkan bahwa kerusuhan di Aceh dan Maluku didalangi oleh tentara dan kelompok Islam fanatik. "Bagi saya ini sangat penting artinya karena provokator itu berasal dari para pensiunan tentara, dan sebagian lainnya dari kelompok Islam fanatik," ujar Gus Dur. Dengan berkumpulnya para Islam fanatik di Silang Monas, sungguh besar kemungkinan untuk juga dimanfaatkan oleh tentara. Itu sama saja mengimpor masalah Ambon ke Jakarta. Benar saja, menurut beberapa sumber, aksi di Monas juga disokong oleh sebagian tentara yang kecewa pada pemerintahan Gus Dur. Isu bubarkan Komnas HAM, dipercaya merupakan titipan tentara untuk menggembosi KPP HAM yang berniat mengadili para jenderal pelanggar HAM. Mereka adalah dari kelompok Wiranto, Djaja Suparman dan Sudrajat. Peneliti UI, Thamrin Tamagola, secara eksplisit menyebut bahwa orang yang paling tahu tentang konflik di Ambon adalah Jenderal Wiranto. KLAIM MASSA LASKAR DAN ORMAS ISLAM GARIS KERAS ========================================== NAMA ORMAS KETUA MASSA ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ 1. Persaudaraan Pekerja Eggy Sudjana 1.000 Muslim Indonesia (PPMI) 2. Forum Masyarakat (Formas) Hendrik 2.000 3. Ababil Tubagus Sulaeman 8.000 4. Sabilillah A.Soleh/Nur Hidayat 5.000 5. Hisbullah Kol. Daud Ibrahim 15.000 6. Badan Komunikasi Pemuda Idrus Marham 5.000 Remaja Masjid Indonesia 7. Forum Silaturahmi Zaghlul 2.000 Remaja Masjid Jakarta 8. Front Pemuda Taufik 250.000 Islam Surakarta (FPIS) 9. Laskar Jihad Supeli 5.000 10. Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK) M. Yunus 10.000 11. Pemuda Potensi Abdul Hadi 1.000 Masyarakat (Potmas) 12. Barisan Umat Harry A. Aziz 7.000 Islam Bersatu (Buistu) 13. Ikatan Silaturahmi Maluku Ongen Sangaji 1.000 14. Pagar Nusa Ir. Samfudin 20.000 15. Gerakan Pemuda Islam (GPI) Darwin 50.000 16. KISDI A. Sumargono 5.000 17. Kiblat Kosasih 25.000 18. Pemuda Bulan Bintang Hamdan Zoelva 15.000 19. Furkon Wahyudi Patra 5.000 20. Fron Pembela Islam (FPI) Habib Riziek Syihab 20.000 21. Badai Timur Ibrahim Bethan dan 2.000 Taum Poliraja 22. Washliyah --- 150 ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Sumber: Tajuk & berbagai sumber Kecurigaan itu kiranya dapat dipahami, lantaran membesarnya kembali kasus Ambon berbarengan dengan diperiksanya sejumlah jenderal oleh KPP-HAM atas keterlibatannya dalam pembumihangusan Timor Timor. Begitu juga, meledaknya kerusuhan di tempat lain juga bersamaan dengan upaya pembersihan kaki tangan Wiranto di jajaran pimpinan TNI. Kedekatan antara barisan Islam garis keras dengan sebagian perwira tinggi TNI sudah terlihat saat Wiranto Cs diperiksa KPP-HAM. Sejumlah massa mereka mendemo Komnas HAM dan minta supaya pemeriksaan para jenderal tersebut diakhiri. Gejala bergabungnya tentara dengan Islam garis keras jelas amat berbahaya bagi keutuhan bangsa. Optimisme Gus Dur bahwa mereka merupakan kelompok kecil mungkin sudah seyogyanya segera dieliminir. Virus jika dibiarkan akan makin membesar. Ini serius. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html