ANTARA RAMAWIJAYA DAN RAMA EDY NALAPRAYA

RAMA adalah putra PRABU DASARATA dengan DEWI RAGU KUSALYA. Dia adalah 
kesatria penjelmaan DEWA WISHNU yang turun ke dunia untuk memelihara 
ketentraman dan kesejahteraan dunia serta membasmi angkara murka 
RAHWANA, Raja Alengka. Ia juga  RAMAYANA yang mempunyai arti kereta 
perata jalan. Tidak satupun rintangan, bisa dia atasi. Dan ia juga 
memiliki nama RAMA DEWA karena seorang pemelihara Dharma (DEWA 
WISHNU). Dan iya juga bernama RAMARAGAWA karena dialah pelaku yang 
menyambung darah KESATRIA. Itulah sekelumit otobiografi ramawijaya 
dalam cerita KITAB RAMAYANA, bahasa Jawa.
Di Indonesia kita punya Baapak Edy Nalapraya, dia dalah seorang pria 
tulen kelahiran Batavia 76 tahun silam, dengan secara kesatria dia 
bertekat untuk mengembangkan Budaya bangsanya dalam hal ini Pencak 
Silat sebagai peninggalan leluhur, sekaligus sebagai kegemaran beliau 
sejak muda. Masa mudanya beliau habiskan untuk terus menghidupkan 
aktivitas olah raga yang penuh falsafah hidup ini seiring dengan 
pekerjaan pokoknya sebagai penjaga keamanan Negara di Militer pada 
waktu itu.
"Dulu dijaman Saya kita melakukan latihan Pencak Silat itu secara 
umpet-umpetan, karena kalo kehuan Kompeni bakal di tangkep dan di 
tuduh pemberontak. Jadi kalo ada opas pada lewat, kita pura-pura 
menari sambil tertawa bercanda begitu terus biar aman, jaman kita 
dulu…" kata beliau dengan nada khas Betawian, saat bercerita di 
Pendopo terbuka Padepokan Nasional IPSI di tengah latihan forum 
FP2STI waktu lalu.
Ironis memang, kenyataan pada masa lampau demikian. Dirumah kita 
sendiri bangsa kita bisa di batasi ruang geraknya karena pada masa 
penjajahan semua aktivitas kita harus selalu melalui procedure VOC, 
jadi kalau ada yang menurut mereka aneh pastilah akan di tangkap 
selain di tuduh pemberontak sudah pasti akan ditahan sebagai penjahat 
perang.

Kiprah Kesatriya 76 Tahun
        Seperti kisah RAMAWIJAYA, ada kemiripan dengan perjuangan 
Bapak EDY NALAPRAYA atau lebih mirip jika kita panggil beliau dengan 
RAMA EDY NALAPRAYA, Rama/Romo/ Ayah  (dalam bahasa Jawa). Bukan 
rahasia lagi bahwa pangeran RAMAWIJAYA sesungguhnya pendekar para 
DEWA. Dia dilahirkan untuk melaksakan DHARMA atau tugas mulia. Dan 
siapapun yang akan mebatalkan hal ini akan di salahkan, sebab orang 
itu akan berhadapan dengan Sang Maha Pencipta.
        Lalu siapa yang sanggup menentang kuasanya? "Jangankan titah 
Marcapada, Dewa Syiwa sendiri tidak akan bisa melawan kuasaNya. 
Itulah sebabnya tugas yang akan dilaksanakan oleh Sang RAMAWIJAYA 
merupakan suatu persembahan tersendiri merupakan persembahan kepada 
Sang Maha Pencipta." Kata BRAHMANA WASKITA kepada PRABU DASARATA, 
ketika dirinya dalam kebimbangan untuk mengijinkan RAMAWIJAYA pergi 
ke hutan Dandaka memerangi para raksasa Alengka.
        Begitu Juga dengan RAMA EDY NALAPRAYA, yang dengan gigih 
memperjuangkan Pencak Silat hingga masa kini kita bisa melihat Pencak 
Silat dapat mengharumkan nama bangsa dan di kenal di seluruh dunia, 
tidak lain berkat tangan-tangan jeli seperti RAMA EDY NALAPRAYA yang 
sekaligus sebagai salah satu tokoh penggagas adanya PERSILAT demi 
terus mengontrol laju perkembangan cabang ini.
        Tujuh puluh enam tahun, sudah selama itu Pencak Silat 
berhasil di pertahankan eksistensinya hingga kemanca Negara sampai 
saat ini. Bagi anak muda seperti Saya yang kebetulan menulsi artikel 
ini, memang kurang bisa merasakan betapa sulitnya perjuangan 
mengembangkan Pencak Silat setengah abad lalu, tapi setidaknya 
melalui cerita dari beliau sebagai generasi muda paling tidak Saya 
punya tekad yang sama untuk terus mempertahankan serta terus 
mengembangkan warisan budaya kita, jika tidak sebagai jalan hidup 
tapai mungkin saja bisa jadi hobby yang sulit di terpisahkan dalam 
setiap aktivitas.
        Jujur Saya pernah kehilangan sosok Pengayom dan pembimbing 
seperti beliau saat Saya harus kehilangan orang yang Saya cinta 
secara berurutan pertama Eyang Buyut Saya sebut saja Ir. Sarbini, 
yang telah mendukung Saya moril dan materi agar Saya dapat meneruskan 
sekolah ke Jenjang yang lebih tinggi sekaligus menempa Saya bagaimana 
hidup di luar kandang demi menatap masa depan, lalu Ibu Saya (Alm) 
yang selalu mendoakan saya tanpa pamrih Saya yakin itu, walau saat 
beliau meninggal Saya merasa belum pernah membahagiakan orang Tua.
        Sempat kehilangan semangat, karena sebagai anak muda pastilah 
selalu butuh wejangan dari orang Tua. Lalu, ketika Saya bergabung 
dengan teman-teman Penggila Silat di FP2STI setahun lalu, yang 
kebetulan Ultahnya hamper bersamaan dengan RAMA EDY NALAPRAYA, 10 
Juni 2007 FP2STI genap berumur 1 tahun sedangkan beliau genap berusia 
76 tahun pada 6 Juni 2007 .(Off the record; tanggal lahir yang sakral 
karena mirip dengan presiden Soekarno, dan Jika harinya sama Kamis 
Pon, sudah pantas jika RAMA EDY NALAPRAYA di masa muda menjadi 
rebutan para wanita he….)
Saya menemukan sosok Eyang pada diri beliau, eyang yang bisa berperan 
sebagai sahabat, orang tua, sekaligus rekan diskusi di Pencak Silat.
        "Saya seperti merasa menemukan darah segar kembali, saat 
ketika Saya bisa hadir di tengah-tengah Saudara sekalian, ternyata 
masih ada anak muda yang peduli dengan Pencak Silat!", dengan nada 
berkaca tapi penuh semangat.
        Begitu Juga kami, punya perasaan yang serupa karena sesame 
SAHABAT SILAT (sebutan pagi para pecinta silat di FP2STI) punya 
keterikatan secara emosional dengan Pencak Silat, dengan itu kita 
dapat menjadi bertemu dalam satu meja yang sama tinggi untuk sama-
sama memikirkan, merenungkan, serta sama-sama berusaha untuk tetap 
melestarikanya tanpa pamrih dan harus ikhlas di niatkan ibadah, kata-
kata seperti seingat Saya tidak henti-hentinya terucap dari bibir 
Bapak Pencak Silat kita dalam setiap obrolan diskusi.
        Diakhir tulisan Saya, mungkin tepat jika Saya menambahkan doa 
kesatriya di kutip dari Naskah Prolog Pakem Pedalangan yang kurang 
lebih punya arti sebagai berikut;
        
Tuhan biarkan aku menjadi WAYANG di tanganMU
Apakah aku menjadi KESATRIYA atau YAKSA
Seorang RAJA atau manusia papa
Sebatang pohon, tumbuhan atau seekor binatangpun
…tapi biarlah aku menjadi WAYANG di tanganMU



Maka, entah aku perkasa dalam gegap gempita peperangan
Entah kecil bagaikan seorang anak bermain-main di bawah pohon 
beringin 
Aku akan mengucap bahasaMu

Tuhan, biarkan aku menjadi WAYANG di tangan Mu
Maka 100 tahun lagi, atau 1000 tahun lagi
tanganMu akan menggerakan daku kembali.

Lalu, pada suatu ketika, bila waktuku tiba dalam keabadianMu
KAU angkat aku kembali dan aku berbicara dan berperang 
Dan pada suatu ketika nanti musuh-musuhku akan bungkam
Dan YAKSA-pun akan tumbang.

Akhirnya kami generasi muda Pencak Silat mewakili Forum Pecinta dan 
Pelestari Pencak Silat Indonesia (FP2STI), mengucapkan;

"Selamat Ulang Tahun yang ke-76 tahun. Kepada RAMA EDY NALAPRAYA 
sebagai Bapak Pencak Silat, maju terus tetap semangat, sejahtera, 
tetap sehat dan sukses selalu dalam kiprahnya. Dan di mohon terus 
senantiasa memberikan dukungan moril bagi kami generasi muda Pencak 
Silat Indonesia.
 Tidak lupa Saya pribadi mohon maaf jika pada tulisan Saya tanpa 
mohon ijin terlebih dahulu menggunakan nama RAMA EDY NALAPRAYA, 
dengan tidak mengurangi rasa hormat kami sampaikan mohon maaf yang 
sebesar-besarnya, hal itu semata-mata hanya ingin mengungkapkan 
kekaguman kamu atas kiprah Bapak selama ini 
di dunia Pencak Silat. (by EzraP.Danu Lana)



Kirim email ke