Sahabat silat

Wah hebat tulisannya , sejak kapan mau menulis lagi,
ya gitu dong baca dan tulis jangan lupa,,,kapan mulai
penelitiannya lagi.
Kalau anda cocok di panggil Dewa Asmara, bagaiamana
kawan kaan setuju kannnnnn

Ciao

O'ong 
 
--- "Mas ezra agung setya purnama P.H.D.A"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> ANTARA RAMAWIJAYA DAN RAMA EDY NALAPRAYA
> 
> RAMA adalah putra PRABU DASARATA dengan DEWI RAGU
> KUSALYA. Dia adalah 
> kesatria penjelmaan DEWA WISHNU yang turun ke dunia
> untuk memelihara 
> ketentraman dan kesejahteraan dunia serta membasmi
> angkara murka 
> RAHWANA, Raja Alengka. Ia juga  RAMAYANA yang
> mempunyai arti kereta 
> perata jalan. Tidak satupun rintangan, bisa dia
> atasi. Dan ia juga 
> memiliki nama RAMA DEWA karena seorang pemelihara
> Dharma (DEWA 
> WISHNU). Dan iya juga bernama RAMARAGAWA karena
> dialah pelaku yang 
> menyambung darah KESATRIA. Itulah sekelumit
> otobiografi ramawijaya 
> dalam cerita KITAB RAMAYANA, bahasa Jawa.
> Di Indonesia kita punya Baapak Edy Nalapraya, dia
> dalah seorang pria 
> tulen kelahiran Batavia 76 tahun silam, dengan
> secara kesatria dia 
> bertekat untuk mengembangkan Budaya bangsanya dalam
> hal ini Pencak 
> Silat sebagai peninggalan leluhur, sekaligus sebagai
> kegemaran beliau 
> sejak muda. Masa mudanya beliau habiskan untuk terus
> menghidupkan 
> aktivitas olah raga yang penuh falsafah hidup ini
> seiring dengan 
> pekerjaan pokoknya sebagai penjaga keamanan Negara
> di Militer pada 
> waktu itu.
> "Dulu dijaman Saya kita melakukan latihan Pencak
> Silat itu secara 
> umpet-umpetan, karena kalo kehuan Kompeni bakal di
> tangkep dan di 
> tuduh pemberontak. Jadi kalo ada opas pada lewat,
> kita pura-pura 
> menari sambil tertawa bercanda begitu terus biar
> aman, jaman kita 
> dulu…" kata beliau dengan nada khas Betawian, saat
> bercerita di 
> Pendopo terbuka Padepokan Nasional IPSI di tengah
> latihan forum 
> FP2STI waktu lalu.
> Ironis memang, kenyataan pada masa lampau demikian.
> Dirumah kita 
> sendiri bangsa kita bisa di batasi ruang geraknya
> karena pada masa 
> penjajahan semua aktivitas kita harus selalu melalui
> procedure VOC, 
> jadi kalau ada yang menurut mereka aneh pastilah
> akan di tangkap 
> selain di tuduh pemberontak sudah pasti akan ditahan
> sebagai penjahat 
> perang.
> 
> Kiprah Kesatriya 76 Tahun
>       Seperti kisah RAMAWIJAYA, ada kemiripan dengan
> perjuangan 
> Bapak EDY NALAPRAYA atau lebih mirip jika kita
> panggil beliau dengan 
> RAMA EDY NALAPRAYA, Rama/Romo/ Ayah  (dalam bahasa
> Jawa). Bukan 
> rahasia lagi bahwa pangeran RAMAWIJAYA sesungguhnya
> pendekar para 
> DEWA. Dia dilahirkan untuk melaksakan DHARMA atau
> tugas mulia. Dan 
> siapapun yang akan mebatalkan hal ini akan di
> salahkan, sebab orang 
> itu akan berhadapan dengan Sang Maha Pencipta.
>       Lalu siapa yang sanggup menentang kuasanya?
> "Jangankan titah 
> Marcapada, Dewa Syiwa sendiri tidak akan bisa
> melawan kuasaNya. 
> Itulah sebabnya tugas yang akan dilaksanakan oleh
> Sang RAMAWIJAYA 
> merupakan suatu persembahan tersendiri merupakan
> persembahan kepada 
> Sang Maha Pencipta." Kata BRAHMANA WASKITA kepada
> PRABU DASARATA, 
> ketika dirinya dalam kebimbangan untuk mengijinkan
> RAMAWIJAYA pergi 
> ke hutan Dandaka memerangi para raksasa Alengka.
>       Begitu Juga dengan RAMA EDY NALAPRAYA, yang dengan
> gigih 
> memperjuangkan Pencak Silat hingga masa kini kita
> bisa melihat Pencak 
> Silat dapat mengharumkan nama bangsa dan di kenal di
> seluruh dunia, 
> tidak lain berkat tangan-tangan jeli seperti RAMA
> EDY NALAPRAYA yang 
> sekaligus sebagai salah satu tokoh penggagas adanya
> PERSILAT demi 
> terus mengontrol laju perkembangan cabang ini.
>       Tujuh puluh enam tahun, sudah selama itu Pencak
> Silat 
> berhasil di pertahankan eksistensinya hingga kemanca
> Negara sampai 
> saat ini. Bagi anak muda seperti Saya yang kebetulan
> menulsi artikel 
> ini, memang kurang bisa merasakan betapa sulitnya
> perjuangan 
> mengembangkan Pencak Silat setengah abad lalu, tapi
> setidaknya 
> melalui cerita dari beliau sebagai generasi muda
> paling tidak Saya 
> punya tekad yang sama untuk terus mempertahankan
> serta terus 
> mengembangkan warisan budaya kita, jika tidak
> sebagai jalan hidup 
> tapai mungkin saja bisa jadi hobby yang sulit di
> terpisahkan dalam 
> setiap aktivitas.
>       Jujur Saya pernah kehilangan sosok Pengayom dan
> pembimbing 
> seperti beliau saat Saya harus kehilangan orang yang
> Saya cinta 
> secara berurutan pertama Eyang Buyut Saya sebut saja
> Ir. Sarbini, 
> yang telah mendukung Saya moril dan materi agar Saya
> dapat meneruskan 
> sekolah ke Jenjang yang lebih tinggi sekaligus
> menempa Saya bagaimana 
> hidup di luar kandang demi menatap masa depan, lalu
> Ibu Saya (Alm) 
> yang selalu mendoakan saya tanpa pamrih Saya yakin
> itu, walau saat 
> beliau meninggal Saya merasa belum pernah
> membahagiakan orang Tua.
>       Sempat kehilangan semangat, karena sebagai anak
> muda pastilah 
> selalu butuh wejangan dari orang Tua. Lalu, ketika
> Saya bergabung 
> dengan teman-teman Penggila Silat di FP2STI setahun
> lalu, yang 
> kebetulan Ultahnya hamper bersamaan dengan RAMA EDY
> NALAPRAYA, 10 
> Juni 2007 FP2STI genap berumur 1 tahun sedangkan
> beliau genap berusia 
> 76 tahun pada 6 Juni 2007 .(Off the record; tanggal
> lahir yang sakral 
> karena mirip dengan presiden Soekarno, dan Jika
> harinya sama Kamis 
> Pon, sudah pantas jika RAMA EDY NALAPRAYA di masa
> muda menjadi 
> rebutan para wanita he….)
> Saya menemukan sosok Eyang pada diri beliau, eyang
> yang bisa berperan 
> sebagai sahabat, orang tua, sekaligus rekan diskusi
> di Pencak Silat.
>       "Saya seperti merasa menemukan darah segar kembali,
> saat 
> ketika Saya bisa hadir di tengah-tengah Saudara
> sekalian, ternyata 
> masih ada anak muda yang peduli dengan Pencak
> Silat!", dengan nada 
> berkaca tapi penuh semangat.
>       Begitu Juga kami, punya perasaan yang serupa karena
> sesame 
> SAHABAT SILAT (sebutan pagi para pecinta silat di
> FP2STI) punya 
> keterikatan secara emosional dengan Pencak Silat,
> dengan itu kita 
> dapat menjadi bertemu dalam satu meja yang sama
> tinggi untuk sama-
> sama memikirkan, merenungkan, serta sama-sama
> berusaha untuk tetap 
> melestarikanya tanpa pamrih dan harus ikhlas di
> niatkan ibadah, kata-
> kata seperti seingat Saya tidak henti-hentinya
> terucap dari bibir 
> Bapak Pencak Silat kita dalam setiap obrolan
> diskusi.
>       Diakhir tulisan Saya, mungkin tepat jika Saya
> menambahkan doa 
> kesatriya di kutip dari Naskah Prolog Pakem
> Pedalangan yang kurang 
> lebih punya arti sebagai berikut;
>       
> Tuhan biarkan aku menjadi WAYANG di tanganMU
> Apakah aku menjadi KESATRIYA atau YAKSA
> Seorang RAJA atau manusia papa
> Sebatang pohon, tumbuhan atau seekor binatangpun
> …tapi biarlah aku menjadi WAYANG di tanganMU
> 
> 
> 
> Maka, entah aku perkasa dalam gegap gempita
> peperangan
> Entah kecil bagaikan seorang anak bermain-main di
> bawah pohon 
> beringin 
> Aku akan mengucap bahasaMu
> 
> Tuhan, biarkan aku menjadi WAYANG di tangan Mu
> Maka 100 tahun lagi, atau 1000 tahun lagi
> tanganMu akan menggerakan daku kembali.
> 
> 
=== message truncated ===


O'ong Maryono
73 Soi Thonglor 19, Khlongtan-Nua, Wattana, 
Bangkok 10110 
Thailand.
Mobile Phone: +6641058853 

E-mail:[EMAIL PROTECTED]
www.kpsnusantara.com

Kirim email ke