Slamat kpd seluruh jajaran PS.Perisai Diri thd Kejuaraan Nasional Perisai Diri 
2010..Kami dari PS TTKDH menyampaikan apresiasi dan rasa bangga sebagai anak 
bangsa terhadap Kejuaraan tsb..Smoga acaranya berlangsung sukses dan 
lancar..Bravo !!!
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: O'ong Maryono <oon...@yahoo.com>
Sender: silatindonesia@yahoogroups.com
Date: Mon, 19 Jul 2010 01:21:05 
To: <silatindonesia@yahoogroups.com>
Reply-To: silatindonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [silatindonesia] Mengapa Karate cukup pupoler mari kita lihat 
budaya orang jepang yoook

Sahabat silat
Orang Jepang kerja keras karena juga cukup gajinya, kalau belanja bangsa kita 
enggak lebih dari 500 US, karena itu suami membantu istri kerja dirumah seperti 
cuci piring dan strika baju anak.
Pencak Silat kan hobby kebutuhan rumah tangga sangat melonjak ,listrik dan 
bensin tdk disupsidi, deket lebaran semua harja melonjak, jadi pencak silat 
hanya diangan angan saja.   

Juga sudah senang 

--- On Mon, 7/19/10, Silatindonesia <silatindone...@yahoo.co.id> wrote:


From: Silatindonesia <silatindone...@yahoo.co.id>
Subject: [silatindonesia] Mengapa Karate cukup pupoler mari kita lihat budaya 
orang jepang yoook
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, July 19, 2010, 2:01 PM


  




Top banget untuk nomor 10nya.....
sedangkan kita lebih senang sama budya luar....xixixi

10 RESEP SUKSES BANGSA JEPANG.

Oleh Romi Satria Wahono

1. KERJA KERAS

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata 
jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan 
dengan Amerika (1957 jam/tahun), 
Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 
jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 
hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan
47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh 
dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. 
Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, 
dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh 
perusahaan. 

2. MALU

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh 
diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu 
ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk
ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi 
para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa 
gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP 
yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena 
malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada 
mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. 
Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun 
norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti 
konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa 
awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat
terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada 
sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa 
bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu 
sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di 
Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS

Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan 
rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang 
Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau 
dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang 
yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih 
dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. INOVASI

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik 
temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh 
masyarakat. Menarik membaca kisah Akio
Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak 
ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. 
Tapi yang berhasil mengembangkan dan
membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan 
tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 
1995, tercatat lebih dari 300 model
walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik 
perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya 
dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa 
mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah. 

6. PANTANG MENYERAH

Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang 
menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke 
luar negeri, Jepang sangat
tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa 
Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam 
juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, 
batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari 
negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan 
minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi 
di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan 
kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . 
Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah 
berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) 
. Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur 
dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih 
mampu merangkak, mulai dari
 nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. 
Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk 
Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda 
dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang 
harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama 
shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang 
ini 

7. BUDAYA BACA

Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), 
sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku 
atau koran. Tidak peduli duduk atau
berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak 
penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi 
kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.
Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat 
minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik 
pendidikan di blog ini. Budaya baca
orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku 
asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda 
penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus 
berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah 
tersedia dalam beberapa minggu sejak buku
asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat 
individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim 
atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus 
dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah 
biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu 
kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang 
akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor 
Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok" 
. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam 
kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. MANDIRI

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling 
gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas 
besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, 
buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di 
Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung 
jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah 
hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen 
seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk 
biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka 
"meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan 
berikutnya.

10. JAGA TRADISI

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan 
tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja 
masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik 
sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita 
tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila 
mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan 
dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang Pertanian 
merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena 
masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah 
pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang 
dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, 
termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia 
pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Kelihatannya kesuksesan bangsa Jepang seperti diuraikan diatas adalah karena 
mereka secara tidak langsung dan tidak sadar telah melakukan apa yang 
diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Semoga hal ini dapat memacu 
kita sebagai umat Islam untuk mengikuti apa yang sudah diperintahkan bagi kita 
sehingga kesuksesan dunia dan akhirat dapat kita raih. Aamiiin. 

[Non-text portions of this message have been removed]









      

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke