Ada yang bisa confirm.... apa memang demikian??

---------- Forwarded message ----------
From: Mochammad Taufik <>
Date: 2009/7/29
Subject: Fw: [FW: Penginput data KPU tidak ngerti MS Excel?]



Just FYI..... (Makanya amburadul kalau dilihat hasilnya...???)

Dari milis teman....


Saya penasaran dengan Martin yang begitu ngotot mempersoalkan
website KPU. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya saya
buka ketiga link KPU yang disebutkan Martin berikut ini :

> http://mediacenter.kpu.go.id

> http://tnp.kpu.go.id

> http://www.kpu.go.id

Pertama saya buka website http://tnp.kpu.go.id yang
berisi ringkasan hasil pilpres 8 Juli yang lalu,
dan di bawahnya ada tabel hasil rekapan pilpres
tsb per propinsi dalam bentuk tabel dengan MS Excel.

Kedua, saya buka http://mediacenter.kpu.go.id dan
ternyata yang muncul beberapa tulisan dan box
berisi gambar dan tulisan "Tabulasi SMS Pilpres
2009" yang merupakan link ke alamat lain. Karena
ingin melihat data yang lebih lengkap, saya klik
link tsb, yang ternyata merujuk ke http://tnp.kpu.go.id
seperti di atas.

Ketiga, saya buka http://www.kpu.go.id dan yang
muncul tulisan2 dan box berisi tulisan "Media Center".
Setelah di klik, link tsb merujuk ke
http://mediacenter.kpu.go.id seperti di atas,
yang kalau di klik lagi akan merujuk ke http://tnp.kpu.go.id.

Jadi ketiga website KPU tsb hanya sekedar muter2
untuk merujuk ke satu alamat, yaitu http://tnp.kpu.go.id.
Pertanyaannya, untuk apa harus dibuat 3 macam webstie?
Apakah domain untuk kedua website yang lain tsb
tidak perlu bayar? Kenapa ketiga website tsb tidak
digabung saja, sehingga tidak perlu membeli
3 domain. Tidakkah kita sebagai bangsa merasa
malu melihat website suatu lembaga negara
seperti itu?

Selanjutnya saya ingin melihat tabel yang
diributkan Martin dan Prom.

Pertama-tama saya copy tabel tsb untuk di-paste di
komputer saya. Saya tidak tahu untuk apa melakukan
ini semua, hanya sekedar mengikuti naluri saya yang
sudah puluhan tahun melakukan pengolahan dan analisis
data perusahaan. Karena MS Excel yang ada di
komputer saya lebar kolomnya belum di set, hasil
paste tsb jadi susah dibaca.

Langkah berikutnya saya perbesar dahulu kolom
masing2 sesuai dengan panjang karakternya.

Ketika selesai memperlebar kolom2 yang berisi
angka, saya tertegun, karena angka perolehan
suara dari masing2 propinsi yang kurang dari
1 juta ada di sebelah kanan didalam setiap
kolom tsb (right margin), sedang yang lebih
dari 1 juta ada di sebelah kiri (left margin).
Karena saya sudah lebih dari 25 tahun
berpengalaman menggunakan spreadsheet
setiap hari, sejak mulai dari Mulitiplan,
Lotus 123, dan MS Excel, saya langsung tahu
bahwa angka2 yang tercantum disitu sebagian
dalam bentuk "value" dan sebagian lagi
berbentuk "text".

Saya langsung bisa menduga bahwa rekapitulasi
yang dilakukan KPU 100% dilakukan secara mnual
dengan kertas dan kalkulator, dan MS Excel
tsb hanya digunakan sebagai MESIN TIK untuk
menampilkan hasil akhirnya.

Dan yang lebih parah lagi, petugas yang
meng-input data sama sekali tidak mengerti
MS Excel tsb, terbukti dengan adanya angka2
dalam tabel tsb yang sebagian value dan
sebagian lagi text.

Saya yakin 100%, MS Excel tsb tampilan
angkanya sudah diset menurut American
standard dengan 2 decimal, dimana pembatas
ribuan (thousand separator) menggunakan
tanda koma. Angka 123456 misalnya akan
ditampilkan sebagai 123,456.00, sedangkan
dalam standard Indonesia dengan 2 decimal,
angka 123456 akan ditampilkan 123.456,00 (
beda titik dan koma yang bertukar posisi).

Dan saya yakin 1000%, petugas yang men-
input data, misalnya 123.456 (123 ribu 456)
meng-input lengkap dengan tanda titiknya,
sehingga komputer akan membacanya sebagai
123 point 456 (standard Indonesia 123
koma 456). Ketika  meng-input angka 167.970
untuk propinsi Sulawesi Selatan No.26 kolom
Mega Pro, yang muncul adalah 167.97  (167
point 97), angka 0 tidak muncul karena MS
Excel tsb sudah di  set hanya dalam 2 decimal saja.

Dan ketika menginput angka lebih dari 1 juta,
misalnya 1.234.567, petugas tsb kepusingan
karena MS Excel tidak bisa menerima angka
dengan 2 kali titik, sehingga menambahkan
tanda koma diatas (') di depan angka tsb
agar bisa masuk ke komputer. Berarti angka2
tsb dari value telah dirubah menjadi text.
Penjumlahan di bawah pun bukan dihitung
dengan rumus "sum" tapi ditik ulang, yang
ternyata untuk total peroleh angka capres
No.2 salah tik, seharusnya 73.834.562  ditik
73.874.562.

Oleh karena itu, angka2 yang muncul di komputer
saya sebagian berbentuk value yaitu untuk
angka < 1 juta, dan sebagian lagi berbentuk
text untuk angka > 1 juta. Kesimpulannya
adalah petugas IT KPU yang menginput data
tsb sama sekali tidak mengerti MS Excel.
Wajarkah petugas seperti ini diberi tugas
yang demikian penting bagi bangsa dan negara kita?

Jangan lupa pula, ketiga website KPU tsb
dapat dibaca oleh semua orang di dunia,
termasuk oleh akhli2 IT dari negara manapun
juga, tidak hanya dibaca oleh orang kampung
"Suka Mundur" yang langsung terkagum-kagum
ketika melihat komputer. Apakah hal seperti
ini tidak memalukan bangsa dan negara kita?

Pantas saja masalah DPT tidak pernah beres,
karena orang2 yang mengerjakannyapun tidak
mengerti MS Excel. Banyaknya calon pemilih
yang dobel, kemungkinan besar petugas yang
hebat2 ini tanpa sadar menekan tombol copy
<Ctrl C> dan paste <Ctrl V> sembarangan. Dan
karena takut ditegor pengawasanya (atau barangkali
tidak ada pengawas sama sekali?), mereka diam2
saja menyembunyikan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Apa implikasi selanjutnya dari "kehebatan"
kinerja KPU tsb? Tentu yang berhubungan dengan
"budget" biaya IT dan penggunaannya, baik u
ntuk pembelian software maupun untuk gaji
petugasnya. Di berbagai perusahaan, lulusan
SMA yang belum berpengalaman, umum digaji
sebesar UMK (Upah Minimum Kota / Kabupaten),
antara Rp.900.000 - Rp. 1 juta sebulan. Anak2
SMA sekarang rata2 sudah bisa mengoperasikan
MS Word dan MS Excel. Tinggal periksa saja,
berapa honor yang dibayarkan untuk petugas
yang menginput data tsb? Apakah wajar?

Selanjutnya, periksa pula berapa biaya yang
dibayarkan untuk membeli Software yang digunakan
oleh KPU tsb. Kalu KPU hanya menggunakan MS Excel,
berarti tidak perlu membeli software secara khusus,
cukup membeli paket MS Office standard yang berisi
MS Word dan MS Excel.

Kalau MS Office tsb akan dipakai oleh puluhan
komputer, pengguna cukup membeli licence saja
untuk semua komputer yang dipergunakan, dengan
harga yang jauh dibawah harga satuannya. Untuk
keperluan negara seperti ini, seharusnya
Microsoft Indonesia dapat memberikan harga khusus.

Dan yang sangat mengherankan, terhadap kinerja
KPU yang demikian amburadulnya, sampai sejauh ini
belum ada tindakan apapun dari pihak pemerintah
untuk memperbaiki dan mengganti SDM yang tidak mampu.
Apakah terhadap kinerja yang demikian buruk pemerintah
tidak merasa perlu untuk memberikan sanksi?
Siapa yang dulu memilih Ketua dan jajaran pimpinan
KPU sekarang ini? Bagaimana dengan fit & proper
test yang dulu dilakukan? Atau jangan2
............ ......... ....???

Ingat, tugas KPU bukan hanya sampai pilpres saja,
tapi masih banyak lagi Pilkada Kabupaten / Kota
dan Propinsi yang juga harus diatur.

Salam
JT

Kirim email ke