Mangkanye..jangan pake microsoft lah..huehehehe....

Oya..soal DPT yang diramein kubu yang kalah ini sebenernya bukan melulu urusan 
KPU...KPU merujuk DPT berdasarkan data kependudukan..mengingat data 
kependudukan yang seringkali aneh bin ajaib (satu orang bisa punya 3 KTP), maka 
persoalan DPT adalah persoalan sensus kependudukan...jadi kasihan kalo KPU jadi 
sasaran tembak persoalan DPT. Ini bagi gua sama saja menyesatkan publik, bahwa 
kalo gak masuk DPT maka itu salahnya KPU. Padahal data kependudukan bisa saja 
salah mulai dari tingkat terendah yakni RT dan RW....

 
It's only a transition...

Dicky Kurniawan
News Camera Person
NEWS DIVISION
PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV)
Gd. Trans TV 3rd Fl.
Jl. Kapt. Tendean Kav. 12-14A
Jakarta Selatan 12790
+628174964705
marcial_rique...@yahoo.com
dicky.kurnia...@gmail.com
omongkosongku.blogspot.com
answerlieswithin.multiply.com
  
 




________________________________
From: Morry Infra <morry.in...@gmail.com>
To: Serba_KL Serba_KL <serba...@googlegroups.com>; 
arii_drill...@googlegroups.com; iatmi...@googlegroups.com; 
iaitb...@googlegroups.com
Sent: Wednesday, July 29, 2009 11:39:02 AM
Subject: [sma1bks] Fwd: Fw: [FW: Penginput data KPU tidak ngerti MS Excel?]

  
Ada yang bisa confirm.... apa memang demikian??


---------- Forwarded message ----------
From: Mochammad Taufik <>
Date: 2009/7/29
Subject: Fw: [FW: Penginput data KPU tidak ngerti MS Excel?]




Just FYI..... (Makanya amburadul kalau dilihat hasilnya...? ??)
 
Dari milis teman....




Saya penasaran dengan Martin yang begitu ngotot mempersoalkan 
website KPU. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya saya 
buka ketiga link KPU yang disebutkan Martin berikut ini :

> http://mediacenter. kpu.go.id

> http://tnp.kpu. go.id

> http://www.kpu. go.id

Pertama saya buka website http://tnp.kpu. go.id yang 
berisi ringkasan hasil pilpres 8 Juli yang lalu, 
dan di bawahnya ada tabel hasil rekapan pilpres 
tsb per propinsi dalam bentuk tabel dengan MS Excel.

Kedua, saya buka http://mediacenter. kpu.go.id dan 
ternyata yang muncul beberapa tulisan dan box 
berisi gambar dan tulisan "Tabulasi SMS Pilpres 
2009" yang merupakan link ke alamat lain. Karena 
ingin melihat data yang lebih lengkap, saya klik 
link tsb, yang ternyata merujuk ke http://tnp.kpu. go.id 
seperti di atas.

Ketiga, saya buka http://www.kpu. go.id dan yang 
muncul tulisan2 dan box berisi tulisan "Media Center". 
Setelah di klik, link tsb merujuk ke 
http://mediacenter. kpu.go.id seperti di atas, 
yang kalau di klik lagi akan merujuk ke http://tnp.kpu. go.id.

Jadi ketiga website KPU tsb hanya sekedar muter2 
untuk merujuk ke satu alamat, yaitu http://tnp.kpu. go.id. 
Pertanyaannya, untuk apa harus dibuat 3 macam webstie? 
Apakah domain untuk kedua website yang lain tsb 
tidak perlu bayar? Kenapa ketiga website tsb tidak
digabung saja, sehingga tidak perlu membeli 
3 domain. Tidakkah kita sebagai bangsa merasa
malu melihat website suatu lembaga negara 
seperti itu?

Selanjutnya saya ingin melihat tabel yang 
diributkan Martin dan Prom. 

Pertama-tama saya copy tabel tsb untuk di-paste di 
komputer saya. Saya tidak tahu untuk apa melakukan 
ini semua, hanya sekedar mengikuti naluri saya yang 
sudah puluhan tahun melakukan pengolahan dan analisis 
data perusahaan. Karena MS Excel yang ada di 
komputer saya lebar kolomnya belum di set, hasil 
paste tsb jadi susah dibaca. 

Langkah berikutnya saya perbesar dahulu kolom 
masing2 sesuai dengan panjang karakternya.

Ketika selesai memperlebar kolom2 yang berisi 
angka, saya tertegun, karena angka perolehan 
suara dari masing2 propinsi yang kurang dari 
1 juta ada di sebelah kanan didalam setiap 
kolom tsb (right margin), sedang yang lebih 
dari 1 juta ada di sebelah kiri (left margin). 
Karena saya sudah lebih dari 25 tahun 
berpengalaman menggunakan spreadsheet 
setiap hari, sejak mulai dari Mulitiplan,
Lotus 123, dan MS Excel, saya langsung tahu 
bahwa angka2 yang tercantum disitu sebagian 
dalam bentuk "value" dan sebagian lagi 
berbentuk "text". 

Saya langsung bisa menduga bahwa rekapitulasi 
yang dilakukan KPU 100% dilakukan secara mnual 
dengan kertas dan kalkulator, dan MS Excel 
tsb hanya digunakan sebagai MESIN TIK untuk 
menampilkan hasil akhirnya. 

Dan yang lebih parah lagi, petugas yang
meng-input data sama sekali tidak mengerti 
MS Excel tsb, terbukti dengan adanya angka2 
dalam tabel tsb yang sebagian value dan 
sebagian lagi text.

Saya yakin 100%, MS Excel tsb tampilan 
angkanya sudah diset menurut American 
standard dengan 2 decimal, dimana pembatas
ribuan (thousand separator) menggunakan 
tanda koma. Angka 123456 misalnya akan 
ditampilkan sebagai 123,456.00, sedangkan 
dalam standard Indonesia dengan 2 decimal, 
angka 123456 akan ditampilkan 123.456,00 (
beda titik dan koma yang bertukar posisi). 

Dan saya yakin 1000%, petugas yang men-
input data, misalnya 123.456 (123 ribu 456) 
meng-input lengkap dengan tanda titiknya, 
sehingga komputer akan membacanya sebagai 
123 point 456 (standard Indonesia 123 
koma 456). Ketika  meng-input angka 167.970 
untuk propinsi Sulawesi Selatan No.26 kolom 
Mega Pro, yang muncul adalah 167.97  (167 
point 97), angka 0 tidak muncul karena MS 
Excel tsb sudah di  set hanya dalam 2 decimal saja.

Dan ketika menginput angka lebih dari 1 juta, 
misalnya 1.234.567, petugas tsb kepusingan 
karena MS Excel tidak bisa menerima angka 
dengan 2 kali titik, sehingga menambahkan 
tanda koma diatas (') di depan angka tsb 
agar bisa masuk ke komputer. Berarti angka2 
tsb dari value telah dirubah menjadi text. 
Penjumlahan di bawah pun bukan dihitung 
dengan rumus "sum" tapi ditik ulang, yang 
ternyata untuk total peroleh angka capres 
No.2 salah tik, seharusnya 73.834.562  ditik 
73.874.562.

Oleh karena itu, angka2 yang muncul di komputer 
saya sebagian berbentuk value yaitu untuk 
angka < 1 juta, dan sebagian lagi berbentuk 
text untuk angka > 1 juta. Kesimpulannya 
adalah petugas IT KPU yang menginput data 
tsb sama sekali tidak mengerti MS Excel.
Wajarkah petugas seperti ini diberi tugas 
yang demikian penting bagi bangsa dan negara kita?

Jangan lupa pula, ketiga website KPU tsb 
dapat dibaca oleh semua orang di dunia, 
termasuk oleh akhli2 IT dari negara manapun 
juga, tidak hanya dibaca oleh orang kampung 
"Suka Mundur" yang langsung terkagum-kagum 
ketika melihat komputer. Apakah hal seperti 
ini tidak memalukan bangsa dan negara kita? 

Pantas saja masalah DPT tidak pernah beres,
karena orang2 yang mengerjakannyapun tidak 
mengerti MS Excel. Banyaknya calon pemilih 
yang dobel, kemungkinan besar petugas yang 
hebat2 ini tanpa sadar menekan tombol copy 
<Ctrl C> dan paste <Ctrl V> sembarangan. Dan 
karena takut ditegor pengawasanya (atau barangkali 
tidak ada pengawas sama sekali?), mereka diam2 
saja menyembunyikan kesalahan yang telah diperbuatnya.

Apa implikasi selanjutnya dari "kehebatan" 
kinerja KPU tsb? Tentu yang berhubungan dengan
"budget" biaya IT dan penggunaannya, baik u
ntuk pembelian software maupun untuk gaji 
petugasnya. Di berbagai perusahaan, lulusan 
SMA yang belum berpengalaman, umum digaji
sebesar UMK (Upah Minimum Kota / Kabupaten),
antara Rp.900.000 - Rp. 1 juta sebulan. Anak2 
SMA sekarang rata2 sudah bisa mengoperasikan 
MS Word dan MS Excel. Tinggal periksa saja, 
berapa honor yang dibayarkan untuk petugas
yang menginput data tsb? Apakah wajar?

Selanjutnya, periksa pula berapa biaya yang 
dibayarkan untuk membeli Software yang digunakan 
oleh KPU tsb. Kalu KPU hanya menggunakan MS Excel, 
berarti tidak perlu membeli software secara khusus, 
cukup membeli paket MS Office standard yang berisi 
MS Word dan MS Excel.

Kalau MS Office tsb akan dipakai oleh puluhan 
komputer, pengguna cukup membeli licence saja 
untuk semua komputer yang dipergunakan, dengan 
harga yang jauh dibawah harga satuannya. Untuk 
keperluan negara seperti ini, seharusnya 
Microsoft Indonesia dapat memberikan harga khusus.

Dan yang sangat mengherankan, terhadap kinerja 
KPU yang demikian amburadulnya, sampai sejauh ini
belum ada tindakan apapun dari pihak pemerintah 
untuk memperbaiki dan mengganti SDM yang tidak mampu. 
Apakah terhadap kinerja yang demikian buruk pemerintah 
tidak merasa perlu untuk memberikan sanksi? 
Siapa yang dulu memilih Ketua dan jajaran pimpinan 
KPU sekarang ini? Bagaimana dengan fit & proper  
test yang dulu dilakukan? Atau jangan2 
............. ......... ....???

Ingat, tugas KPU bukan hanya sampai pilpres saja, 
tapi masih banyak lagi Pilkada Kabupaten / Kota 
dan Propinsi yang juga harus diatur.  

Salam
JT




   


      

Kirim email ke