leres kang San (ipa 1 nya?) hi hi hi ... lauk kancra salah sahiji lauk 
jarah, teu dipelak (budidayakeun). salah sahiji jenis kancra, nyaeta 
kancra bodas (lauk dewa) dikaramatkeun pisan ku urang cigugur, 
kuningan. kancra ieu oge hirup di kawasan obyek wisata Darma Loka, 
Kolam Keramat Cibulan, Kolam Linggarjati, jeung Kolam Cipaniis. 
meureun :D

inget kancra kuring mah inget carita purbasari ayu wangi. waktu 
anjeunna marak di lubuk sipatahunan (saparantos dibendung ku anjeunna 
dipiwarang ku kang raka purba rarang) anjeunna dipasihan lauk kancra 
emas ku hiji (ngakuna) guriang ngaranna Kawung Luwuk, nu ternyata si 
lutung kasarung alias guru minda tea. 

hi hi hi balik deui euy... ka baheula, aya nu gaduh novelna teu nya? 
mun teu salah judulna "nji poetri poerba sari ajoe wangi"

tabe pun,

deha
ieu aya dongen kancra ti cigugur meunang nyutat tina republika:

====================
Legenda Ikan Kancra di Kaki Gunung Ciremai

Kolam Keramat Cigugur terletak sekitar tiga kilometer dari ibukota 
Kabupaten Kuningan. Secara geografis, ''balong'' itu masuk wilayah 
Kelurahan Cigugur. Menurut cerita yang berkembang dan dipercaya oleh 
masyarakat setempat, sebelum lahir nama Cigugur, tempat itu acap 
disebut dengan nama Padara. Istilah ini diambil dari nama seorang 
tokoh masyarakat, yaitu Ki Gede Padara, yang memiliki pengaruh besar 
di desa itu.
Konon Ki Gede Padara lahir sebelum Kerajaan Cirebon berdiri. Menurut 
perkiraan, tokoh yang menjadi cikal bakal masyarakat Cigugur ini lahir 
pada abad ke-12 atau ke-13. Pada masa itu, beberapa tokoh yang sezaman 
dengannya sudah mulai bermunculan, di antaranya Pangeran Pucuk Umun 
dari Kerajaan Talaga, Pangeran Galuh Cakraningrat dari Kerajaan Galuh, 
dan Aria Kamuning yang memimpin Kerajaan Kuningan.
Berdasarkan garis keturunan, keempat tokoh tersebut masih memiliki 
hubungan persaudaraan. Namun dalam hal pemerintahan, kepercayaan, dan 
ajaran yang dianutnya, mereka memiliki perbedaan. Pangeran Pucuk Umun, 
Pangeran Galuh Cakraningrat, dan Aria Kamuning menganut paham aliran 
ajaran agama Hindu. Sedangkan Ki Gede Padara tidak menganut salah satu 
ajaran agama.
Pada abad ke-14 di Cirebon lahir sebuah perguruan yang beraliran dan 
mengembangkan ajaran agama Islam. Tokoh yang mendirikan perguruan 
tersebut ialah Syech Nurdjati. Selain Syech Nurdjati, Sunan Gunungjati 
pun memiliki peran yang besar dalam pengembangan perguruan Islam di 
tanah Caruban itu. Sebagai kuwu pertama di Dusun Cigugur diangkatlah 
Ki Gede Alang-Alang. Hingga wafatnya, beliau dimakamkan di Kompleks 
Masjid Agung.
Di usia tuanyan, Ki Gede Padara punya keinginan untuk segera 
meninggalkan kehidupan fana. Namun, ia sendiri sangat berharap proses 
kematiannya seperti layaknya manusia pada umumnya. Berita tersebut 
terdengar oleh Aria Kamuning, yang kemudian menghadap kepada Syech 
Syarif Hidayatullah. Atas laporan itu, Syech Syarif Hidayatullah pun 
langsung melakukan pertemuan dengan Padara. Syech Syarif Hidayatullah 
merasa kagum dengan ilmu kadigjayan yang dimiliki oleh Ki Gede Padara.
Dalam pertemuan itu Padara pun kembali mengutarakan keinginannya agar 
proses kematiannya seperti layaknya manusia biasa. Syech Syarif 
Hidayatullah meminta agar Ki Gede Padara untuk mengucapkan dua kalimat 
syahadat, sebagai syaratnya. Syarat yang langsung dipenuhi Ki Gede 
Padara. Namun, baru satu kalimat yang terucap, Ki Gede Padara sudah 
sirna.
Setelah Ki Gede Padara menghilang, Syech Sarif Hidayatullah bermaksud 
mengambil air wudhlu. Namun, di sekitar lokasi tersebut sulit 
ditemukan sepercik air pun. Dengan meminta bantuan Allah SWT, dia pun 
menghadirkan guntur dan halilintar disertai hujan yang langsung 
membasahi bumi. Dari peristiwa inilah kemudian sebuah kolam tercipta.
Namun, masyarakat setempat tidak tahu menahu kapan persisnya kolam 
tersebut dibangun. Satu hal pasti, kolam tersebut dianggap keramat. 
Apalagi setelah kolam ''ditanami'' ikan kancra bodas. Pengeramatan 
tersebut juga dilakukan oleh masyarakat terhadap ikan sejenis yang 
hidup di kolam Darmaloka, Cibulan, Linggarjati, dan Pasawahan. Maksud 
pengkeramatan terhadap ikan langka tersebut tidak lain bertujuan untuk 
menjaga dan melestarikannya dari kepunahan akibat ulah manusia.
Ada hal aneh yang sampai kini masih terjadi atas ikan-ikan itu: 
Jumlahnya dari tahun ke tahun tak pernah bertambah atau pun berkurang. 
Seolah ikan-ikan tersebut tidak pernah mati atau menurunkan generasi 
dan keturunan. Komunitas ikan kancra bodas ini tak dapat ditemui 
selain di kolam-kolam keramat yang ada di Kabupaten Kuningan. Keanehan 
lainnya terlihat dari polah tingkah laku mereka yang sangat akrab 
dengan manusia. Bila kolam dibersihkan, masyarakat sekitar sering 
melihat bahwa ikan-ikan yang ada di kolam tersebut menghilang. Mereka 
percaya bahwa ikan-ikan tersebut berpindah lokasi ke kolam-kolam 
keramat lainnya yang ada di Kuningan. Wallahhualam. ded

====================

--- In urangsunda@yahoogroups.com, santika <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dupi harga kancra sabaraha sakilona ayeuna teh?
kancra mah lauk nu jarang dipiara sigana mahal nya?

nuhun

On 3/27/06, soni rosa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
wargi kusnet nu resep ngingu lauk emas/kancra batur kuring di kantor 
(boss) perlu kancra badag (min. 8kg/ekor) bilih aya anu kagungan, 
diantos wartosna.

nuhun

sonirosa





Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke