Kahatur para sadérék anggota milis [Urang Sunda], Parantos sasasih (sawarsih?) sim kuring, ampir dina tiap lalampahan ti rorompok – kantor – rorompok, ngupingkeun tembang Cacandran anu dihaleuangkeun ku bapa Didin S. Bajuri sareng ibu Mamah Dasimah. Saé pisan éta tembang téh, boh iramana boh rumpakana. Bilih aya anu henteu acan uninga lirik tembangna, tah ieu di handap rumpakana: Cacandran para luluhur, ciri bumi dayeuh pancatengah ciri dayeuh pancatengah Lemah duwurna, lebak lengkobna, lega padataranana Nagara mukti wibawa, perlambangna congkrang kujang papasangan Yasana para Déwata, teu sulaya dinyatana Pasundan tanahna subur, gemah ripah ma'mur loh jinawi gemah ripah loh jinawi Gunung gunungna, cur cor caina, makplak pasawahanana Cukup sugih pangebonna Karaharjan mencar mawur kajauhna Nagri nanjung panjang punjung, murah sandang murah pangan Sunda surup kana tangtung Sunda sieup nimbang kana wanda, sieup nimbang kana wanda Ajeg adegna, budi basana , teu naraheun wawanénna soméah narima sémah, matak betah anu ngadon bubuara tara ébréh pangartina, teu nembongkeun kabisana Upami dititénan rumpaka anu pakait sareng kasuburan ogé kama’muran sareng karahrajaan, nyatana tanah Sunda téh parantos ti kapungkur kasohor ka jauhna (ka mancanagara) upamina waé ka Pariaman (ayeuna Sumatera Barat), Madura, Makassar, Malaka (ayeuna Malaysia), Maladéwa, Cina, India, oge ka Portugis. Buktosna écés, jéntré, dina cutatan saksi mata Tomé Pires, saurang ahli ubar bangsa Portugis anu diutus ku rajana kanggo neuleuman ubar-ubaran Tiongkok. Anjeuna seueur nyutat soal karajan Sunda dina bukuna “Summa Oriental”. Kanggo anu henteu acan maos buku “Sumber-sumber asli sejarah Jakarta” (kaca 30 – 42), di handap ieu, sabagian cutatan Tomé Pires (punten henteu ditarjamahkeun kana basa Sunda): Uraian tertua tentang Kerajaan Sunda oleh seorang saksi mata, yakni Tomé Pires, dalam bukunya Summa Oriental yang ditulis dalam tahun 1513 - 1515. Di negara Sunda terdapat sekitar empat ribu kuda, yang didatangkan dari Priaman dan pulau-pulau lain untuk diperjualbelikan. Terdapat juga sekitar empat puluh gajah; semuanya untuk pasukan tempur raja. Kerajaan sunda diperintah secara adil. Mereka pria sejati. Orang-orang yang hidup di kawasan pantai bergaul baik dengan para pedagang di pedalaman. Mereka biasa berdagang. Orang Sunda sering datang ke Malaka untuk berniaga. Mereka menggunakan lanchara, yakni kapal-kapal yang berdaya muat seratus lima puluh ton. Sunda memiliki sekitar enam jung dan banyak lanchara model Sunda dengan tiang-tiang serupa derek, yang dihubungkan dengan tangga, sehingga mudah dikemudikan. Dibawah raja Sunda, yang disebut Sang-Hyang, dan raja muda, yang disebut cocunam (raja anom?) serta bendaharanya, yang disebut mangkubumi, dalam negeri ini terdapat jajaran penguasa kota , daerah dan pelabuhan. Kalau di Jawa, tuan-tuan ini disebut adipati maka dalam bahasa Sunda mereka disebut prabu; misalnya prabu anu dari tempat ini atau tempat itu. Sebab, bahasa Sunda memang berbeda dengan bahasa Jawa, dan bahasa Jawa bukan bahasa Sunda walaupun bersama-sama di satu pulau yang dipisahkan hanya oleh sungai Cimanuk. Kota yang didiami raja sebagian besar dalam satu tahun adalah kota besar Dayeuh. Di kota itu terdapat rumah-rumah bagus dari kayu dan atap rumbia. Katanya kediaman raja mempunyai tiga ratus tiga puluh tiang kayu setebal tong anggur, setinggi lima depa. Balok-balok kayu dengan ukiran baik pada puncak tiang-tiang. Rumah raja yang sangat baik bangunannya. Kota ini dapat dicapai selama dua hari perjalanan dari pelabuhan utamanya, yang disebut Kalapa. Raja seorang yang sangat perkasa dan seorang pemburu. Di negerinya terdapat rusa, celeng dan banteng tak terhitung banyaknya. Sebagian besar waktu digunakan mereka untuk berburu. Raja memiliki dua permaisuri dari kerajaannya sendiri dan sekitar seribu selir. Katanya orang Sunda jujur-jujur. Negeri ini memiliki lada yang lebih baik daripada lada dari Cochin – sampai seribu bahar tiap tahunnya; memiliki pula lombok; memiliki asam yang cukup untuk memenuhi seribu kapal. Sunda terutama berdagang budak belian laki-laki maupun perempuan, yang merupakan penduduk asli negeri itu dan juga budak-budak lain yang mereka bawa dari kepulauan Maladewa, karena dari Sunda mereka dapat mencapai kepulauan Maladewadalam enam atau tujuh hari. Barang dagangan utama adalah beras. Sunda juga memiliki emas murni delapan mate, membuat sangat banyak kain kasar buatan mereka sendiri, yang juga sampai ke Malaka. Sunda memiliki beras untuk dijual sampai sepuluh jung setiap tahun, sayuran yang tak berhingga macamnya, daging tak terhitung: celeng, kambing, domba, sapi dalam jumlah besar; memiliki anggur (arak) serta buah-buahan. Sunda sama kayanya dengan Jawa. Orang Sunda sering pergi ke Jawa untuk menjual beras dan bahan-bahan makanan. Dan setiap satu, dua atau tiga jung datang dari Malaka ke Sunda untuk mengangkut budak belian, beras dan lada. Setiap tahun banyak pangajava (kapal perang) dari Sunda ke Malaka dengan membawa barang-barang dagangan tersebut, dan dari Malaka mengangkut barang-barang berikutnya ke Sunda. Untuk uang kecil berlaku keping dari Tiongkok. Bagian tengah uang itu dilubangi seperti ceitil (mata uang Portugis yang paling kecil), sehingga dapat direntengi dalam jumlah ratusan. Seribu sama nilainya dengan lima calai dari Malaka. Untuk uang besar, berlaku uang emas murni delapan mate, yang bernilai tiga ratus calai. Kerajaan Sunda memiliki pelabuhan sendiri-sendiri. Yang pertama adalah Bantam (Banten). Pelabuhan ini berdagang dengan kepulauan Maladewa dan dengan pulau Sumatera di sebelah Baros. Pelabuhan kedua adalah Pontang. Pelabuhan ketiga adalah Cigede. Keempat adalah Tangerang. Pelabuhan Kalapa bagus sekali. Inilah pelabuhan terpenting dan terbaik dari kesemuanya. Disinilah berlangsung perdagangan paling ramai dan kesana lah mereka semua berlayar dari Sumatera, Palembang, Laue, Tanjungpura, Malaka, Makassar, Jawa dan Madura serta banyak tempat lain. Pelabuhan ini jaraknya dua hari perjalanan dari kota Dayeuh, tempat kediaman raja yang lazim. Keenam adalah pelabuhan Cimanuk. Banyak orang Islam tinggal disini. Disini lah ujung kerajaan. Orang Jawa berhubungan dagang dengan orang sunda disini. Penguasa pelabuhan merupakan orang yang sangat penting, ditakuti dan dihormati. Mereka bersaing denganorang Jawa, begitu juga sebaliknya. Orang Sunda dan Jawa tidak bersahabat, tidak pula bermusuhan. Mereka saling menjaga diri dan berdagang satu sama lain. Sakitu wae, mudah-mudahan janten pangaweruh. Wassalamualaikum, Asep
--------------------------------- Don't get soaked. Take a quick peak at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut.