Saya sudah membaca postingan Eyang itu dan sudah membandingkan.
Saya memposting tulisan ttg buku dari Barbara Sillars Harvey itu untuk
membuat illustrasi betapa sejarah itu kompleks dan bermuka banyak.

Bukan untuk melakukan pemihakan thd versi mana yang saya pilih,
karena sejarah itu bukan untuk dijadikan ajang pihak memihak tapi untuk
dipelajari.
Untuk menjadi cermin.
Jangan jadikan sejarah itu berhala!!

Versi TNI-AD begitu.
Versi temennya Pak Chodjim, miss-manajemen level negara yang efeknya
ternyata kayak gitu.
Versi KU II Ummat Islam se-Sulawesi Selatan spt yang Eyang Tulis.
Mana yang benar? Apa cuman seorang yang benar ?

Btw, Eyang bilang Barbara Sillars Harvey itu bias.
Bagaimana menurut Eyang ttg keputusan KU II Ummat Islam se-Sulawesi Selatan
?
Bias tidak ?
Bagaimana sampai pada keputusan seperti itu ?
Lalu bagaimana dengan Tentara Djawa Komunis ?
Apakah mereka berjihad saat itu ?
Atau mati mengenaskan masuk neraka sbg orang Kafir ?

Wassalam
Ary


----- Original Message -----
From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, June 22, 2005 5:26 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila => DI/TII


hasil penelitian Barbara Sillars Harvey:
DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sebagai suatu perselisihan tentang status
militer dan tuntutan keadilan.
--------------------
HMNA:
Coba bandingkan dengan ini:
1. Termaktub dalam salah satu Keputusan Kongres II Ummat Islam se Sulawesi
Selatan pada hari Sabtu s/d Senin, 14 s/d 16 Syawwal 1422 H / 29 s/d 31
Desember 2001, mmenyangkut fasal DASAR
HISTORIS DAN KULTUR pada butir 3 sebagai berikut:
"DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar, seorang pejuang
dari Sulawesi Selatan telah berjihad memberlakukan kembali Syari'at Islam
sebagai wujud penolakan atas pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam
Jakarta(*) dan terhadap pengaruh komunis di Sul-Sel pada awal tahun
1951-an."

2. Pencoretan Syari'at Islam setelah Piagam Jakarta menjadi Pembukaan
UUD-1945 harganya mahal sekali, yaitu timbulnya kemudian pemberontakan Darul
Islam dengan pasukan bersenjatanya Tentara Islam Indonesia, yang biasanya
disingkat DI/TII, di Aceh (Teungku Daud Bereueh), Jawa Barat (Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo), Kalimantan Selatan (Ibnu Hadjar) dan Sulawesi
Selatan (Abdul Qahhar Mudzakkar). Kecuali Teungku Daud Bereueh, satu demi
satu pimpinan DII/TII Jabar, Kalsel dan Sulsel ditangkap kemudian dihukum
mati atau syahid dalam pertempuran. Di Sulawesi Selatan anak buah Abdul
Qahhar Mudzakkar yang tersisa aktif menumpas pemberontak komunis Gestapu
dengan berbasis masjid, dan itulah cikal-bakal lahirnya Ikatan Masjid
Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM). [dicuplik dari: Seri 400. Dari Sabang
Sampai Merauke]

Jadi penelitian Barbara Sillars Harvey tidak obyektif alias biased, hanya
bersumber dari opini resmi TNI, dan sangat bernuansa politis, yaitu
pencoretan 7 kata, akar penyebab timbulnya perlawanan DI/TII, dibelokkan
kepada pertikaian antara TNI vs KGSS. Buktinya penelitian Barbara Sillars
Harvey itu biased, karena Harvey sama sekali tidak menyinggung akar
permasalahan yang sebenrnya, yaitu pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam
Jakarta. Karena memang pada waktu itu adalah TABU menyebut-nyebut Piagam
Jakarta.

Wassalam

  ----- Original Message -----
  From: Ary Setijadi Prihatmanto
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Sent: Tuesday, June 21, 2005 20:02
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila


  Sejarah kan punya banyak wajah.
  Pemberontakan DI-TII/NII lebih kompleks dan "abu-abu" daripada "hitam dan
  putih" spt yang sebagian dari kita yakini.  Menyederhanakannya menjadi
  perang "isme" antara "islam" vs "nasionalis" merupakan tindakan yang
  gegabah.

  Bagaimana yang sebenarnya ya wallahua'lam bi showab.

  Contoh kronologi ttg Tengku Daud Beureuh dan Gerakan Aceh Merdeka:
  http://estananto.blogspot.com/2005/01/kronologi-aceh.html

  Contoh ttg motif GAM serta cerita ttg gesekan "sekuler" vs "islamis" dalam
  tubuh GAM:

http://www.acehkita.com/content.php?op=modload&name=berita&file=view&coid=37
  57&lang=

  Contoh ttg bagaimana keluarga para tokoh "pemberontak" DI/TII  mendukung
  upaya rekonsiliasi dalam kerangka NKRI:
  http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/12/7/n3.html

  Contoh ttg motif Abdul Qohhar Mudzakar bergabung di NII Kartosuwiryo:
  http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/01/Fokus/341890.htm
  Saya kutipkan:
  " Saya ingat bagaimana orang Makassar kaget waktu ada tentara dari Jawa
  menjadi imam di masjid," kata pengamat militer Salim Said. Kehadiran
  Panglima Komando Pemulihan Keamanan Sulawesi Selatan Kolonel R Sudirman
  merupakan sosok Muslim yang taat cukup berhasil membantah opini yang
  disebarkan DI/TII. Saat itu, Kahar Muzakar mengampanyekan bahwa pasukan
yang
  diperanginya adalah Tentara Djawa Komunis (TDK).

  Rakyat Sulawesi Selatan menganggap lawannya sebagai si kafir dari Jawa.
  Padahal, menurut hasil penelitian Barbara Sillars Harvey, intelektual dari
  Cornell University, DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sebagai suatu
  perselisihan tentang status militer dan tuntutan keadilan. Para gerilyawan
  Sulawesi Selatan yang ikut perang kemerdekaan tidak diterima masuk ke
dalam
  TNI karena dianggap tidak memenuhi syarat, seperti pendidikan formal.
Kahar
  Muzakar sebagai perwira paling senior menjadi pemimpin para pejuang ini
  dalam Kesatuan Gerilja Sulawesi Selatan (KGSS).

  Menurut buku Barbara yang berjudul Pemberontakan Kahar Muzakkar dari
Tradisi
  ke Di/TII, foto kopi surat-menyurat antara Kahar dan komandan Darul Islam
di
  Jawa Barat, Sekarmadji Kartosuwirjo, menjadi bukti pengangkatan Kahar
  sebagai Panglima Divisi IV Tentara Islam Indonesia (TII). Ideologi islam
  diambil Kahar tidak karena latar belakang agama semata, tetapi juga
  pertimbangan dukungan bangsawan yang banyak berjuang saat itu. Walau
sempat
  menjalin kontak dengan PKI, Kahar memilih untuk mendasarkan perjuangan
pada
  Islam. Banyaknya bangsawan yang ikut berjuang.

  Penumpasan dimulai akhir tahun 1952. Jumlah pasukan saat itu meningkat
  menjadi 19 batalyon, 12 di antaranya dari Jawa, bandingkan dengan tahun
  1951, di mana hanya ada tujuh batalyon TNI di Sulawesi Selatan. Bulan
  September 1952, operasi Halilintar digelar. Bersamaan dengan semakin
  banyaknya putra daerah memegang berbagai jabatan strategis, dan tindakan
  DI/TII yang banyak membakar rumah dan kekerasan kepada rakyat, DI/TII
mulai
  kehilangan pengaruhnya tahun 1962. Akhirnya, Kahar Muzakar ditembak mati
di
  dekat Sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara, 3 Februari 1965."

  Wassalam
  Ary




  ----- Original Message -----
  From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Sent: Tuesday, June 21, 2005 4:17 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila


  Ari Condro
  Kahar Muzakar (Abdul Qohhar Mudzakar) yang jadi patronnya pak HMNA juga
  dalam kapasitas yang sama.
  --------------------------
  HMNA:
  Bukan cuma saya, banyak kok di Sulsel, dan bukan hanya sekadar menganggap
  Abdul Qahhar Mudzakkar sebagai patron, tetapi telah bersama berjuang
  menegakkan Syari'at Islam di Sulsel. Termaktub dalam salah satu Keputusan
  Kongres II Ummat Islam se Sulawesi Selatan pada hari Sabtu s/d Senin, 14
s/d
  16 Syawwal 1422 H / 29 s/d 31 Desember 2001, mmenyangkut fasal DASAR
  HISTORIS DAN KULTUR pada butir 3 sebagai berikut:
  "DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar, seorang pejuang
  dari Sulawesi Selatan telah berjihad memberlakukan kembali Syari'at Islam
  sebagai wujud penolakan atas pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam
  Jakarta(*) dan terhadap pengaruh komunis di Sul-Sel pada awal tahun
  1951-an."

  Fyi, Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar, putra bungsu Abd Qahhar Mudzakkar, adalah
  Ketua Lajnah Tanfidziyah KPPSI Sulsel, dan saya sendiri adalah Wakil Ketua
I
  Majlis Syura KPPSI Sulsel.

  Wassalam
  *****************************
  (*)
  Jum'at sore, tanggal 17 Agustus 1945. Dering telepon memaksa Bung Hatta
  beranjak dari istirahatnya. Pembantu Laksamana Maeda memberitahukan,
  sebentar lagi seorang opsir Kaigun Jepang akan menemuinya. Bung Hatta
  mengangguk.
  "Ya, baik," ujarnya singkat.
  Benar saja. Tak sampai satu jam, tamunya datang. Sang opsir Jepang, Hatta
  lupa namanya,
  memberitahukan, dirinya membawa pesan dari Indonesia bagian Timur, wilayah
  yang diduduki tentara Kaigun Jepang. Pesan itu menyatakan keberatan jika
  kata "dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
  tetap tercantum dalam Piagam Jakarta. Jika kata-kata itu masih ada dalam
  Piagam Jakarta, rakyat di Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Negara
  Kesatuan Republik Indonesia, demikian sang opsir dalam pesannya.

  Personel Kaigun ini perlu pembahasan. Pada waktu pendudukan Jepang  di
  Kawasan  Timur  Indonesia  diduduki oleh  Kaigun,  yaitu  pasukan Angkatan
  Laut,  sedangkan Jawa-Sumatera diduduki  oleh  Rikugun, yaitu  pasukan
  Angkatan  Darat  Jepang.  Tentera  Jepang   tidak mempunyai khusus
Angkatan
  Udara, jadi masing-masing angkatan  itu mempunyai   pasukan   udara
  masing-masing.   Bahwa   kemerdekaan Indonesia  akan  diproklamasikan
pada
  17  Agustus  1945  barulah diketahui oleh kelompok kecil yang ada di
Rengas
  Dengklok pada 16 Agustus   1945  malam  hari.  Jadi  kemerdekaan
Indonesia
  baru diketahui merata di seluruh Indonesia, ialah pada 17 Agustus 1945
  itulah.  Dan pada 17 Agustus 1945 petang hari itu juga sudah  ada Kaigun
di
  Jakarta yang membawa aspirasi mencoret  7  kata  dari kawasan Indonesia
  bagian timur. Proses mengumpulkan aspirasi pada 17 Agustus 1945 di kawasan
  yang begitu luas, yang pada waktu  itu alat  komunikasi  dan transportasi
  tidak secanggih  sekarang  dan cepatnya anggota Kaigun itu tiba di Jakarta
  pada 17 Agustus 1945 petang hari. Ini yang perlu dipertanyakan, sebab
patut
  diduga dengan keras bahwa personel Kaigun itu adalah Kaigun gadungan dan
  aspirasi yang disampaikannya hasil rekayasa politik. Pekerjaan rumah bagi
  para peneliti sejarah!

  Kembali kepada Bung Hatta. Beliau tercenung mendengar pesan yang lebih
tepat
  disebut ancaman separatisme itu. Esok harinya, 18 Agustus 1945, memang ada
  agenda penting bagi negara yang baru lahir ini. Panitia Persiapan
  Kemerdekaan Indonesia (PPKI) akan memilih Presiden dan Wakil Presiden,
serta
  mensahkan Undang-Undang Dasar (UUD) yang telah rampung disusun oleh BPUPKI
  dan disetujui semua anggotanya.

  Sebagai negarawan sipil yang mendahulukan persatuan nasional di atas
  segala-galanya, Bung
  Hatta tidak sempat berpikir panjang. Ia akan mengambil suatu langkah yang
  bisa mengakomodir
  ancaman separatis dari rakyat bagian Indonesia Timur esok pagi sebelum
  sidang PPKI dimulai.
  Dihubungilah beberapa tokoh yang dianggapnya bisa bersikap lunak malam itu
  juga, guna
  merancang pertemuan esok.

  Banyak peneliti sejarah berpandangan, andai Bung Hatta seorang militer,
maka
  sejarah akan
  berjalan lain. Ancaman separatisme sewajarnya ditumpas dengan tindakan
  represif. Itu sudah
  hukum besi sejarah. Namun Bung Hatta adalah seorang negarawan sipil, yang
  terlalu naïf
  menghadapi niat busuk kalangan minoritas. Ternyata di belakang hari
walaupun
  7 kata dihapus dari Piagam Jakarta, di bagian Indonesia Timur diumumkan
  separatisme di Sulawesi Utara yaitu Twapro (Twaalfde Provinci, Provinsi
  ke-12) dari Nederland di sebetang laut, seperti negara bagian ke-50 Hawai
di
  seberang laut Amerika. Di Maluku terjadi pemberontakan separatisme
Republik
  Maluku Selatan (RSM)

  Kembali lagi kepada Bung Hatta. Tanpa berkoordinasi beliau dengan
  anggota-anggota BPUPKI yang telah bekerja mati-matian hingga rancangan UUD
  selesai, Bung Hatta berniat akan mencoret tujuh kata dalam Piagam Jakarta
  yang menjadi bagian inti dari Pembukaan UUD tersebut, sesuai pesanan dari
  Indonesia Timur. Benar saja, keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum
  sidang PPKI dimulai, Hatta mengumpulkan beberapa tokoh Islam seperti Ki
  Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, dan Mr. Teuku
Hasan
  . Sesuai skenario, Mr. Teuku Hasan berupaya meyakinkan Ki Bagus agar tujuh
  kata tersebut bisa dihapus. Maka akhirnya, dicoretlah tujuh kata yang amat
  berarti bagi umat Islam Indonesia itu lewat sidang kecil yang berlangsung
  kurang dari limabelas menit tersebut.

  Rapat kecil itu sendiri ternyata tidak mengundang para penandatangan
Piagam
  Jakarta seperti H. Agus Salim, Abikusno, Abdul Kahar Muzakir, dan Mr. M.
  Yamin. Ketua BPUPKI, KH. Masykur pun tidak diundang. Trio nasionalis
sekuler
  Hatta-Soekarno-T. Hasan agaknya memahami bahwa mereka adalah tokoh-tokoh
  yang konsisten dan tidak gampang mengubah apa yang sudah disepakati
bersama.
  Sebab itu, mereka tidak diundang. Dalam sidang PPKI, Hatta mengumumkan
  pencoretan tujuh kata tersebut. Peserta sidang terbagi dua, kaum
  nasionalis-sekuler bertepuk tangan riuh, sedang kalangan Islam terdiam
  membisu. Bisa jadi sangat kaget, hingga tak sempat menginterupsi Hatta.



    ----- Original Message -----
    From: Ari Condro
    To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
    Cc: [EMAIL PROTECTED]
    Sent: Tuesday, June 21, 2005 08:45
    Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila


    Itu kan ekses politik akibat mereka juga membuat pemberontakan di
daerah.
    PRRI/Permesta dan pakai kolaborasi dengan CIA dan menyewa pilot
    dari pasukan Flying Tiger untuk menyerang bung Karno di istana Bogor.

    Terus juga bikin DI/TII.  Meskipun S.M. Kartosuwiryo ini teman satu kos
    bung Karno di masa kecil, kalo bikin aksi kekerasan, ya terpaksalah
  dihalau.
    Kahar Muzakar (Abdul Qohhar Mudzakar) yang jadi patronnya pak HMNA
    juga dalam kapasitas yang sama.


[Non-text portions of this message have been removed]



WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu
No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
Yahoo! Groups Links








-- 
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Anti-Virus.
Version: 7.0.323 / Virus Database: 267.7.9/23 - Release Date: 6/20/2005



WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke