Ni Londo yth

Memang mungkin mudah bagi saya berkomentar tetapi bukannya sekarang 
ada standar HAM.  Dalam HAM itu sendiri spt yg saya katakan pada bung 
Sutiyoso dan Ary ialah bahwa HAM utk kebebasan agama tidak boleh 
melanggar HAM itu sendiri.  Agama tidak memerlukan tumbal darah dan 
nyawa dalam menegakkannya.  Apalagi tumbal darah dan nyawa umat 
sendiri, umat lain aja kan enggak boleh.  Memang aneh ada pemahaman 
agama dimana saudaranya sendiri boleh dijadikan tumbal supaya bisa 
masuk surga.  Saya yakin ini pasti bukan Islam spt yg kita mengerti 
di Indonesia.

Saya memahami traumanya masyarakat Jerman pasca PD II, tetapi kita 
semua sekarang ialah warganegara dunia dan ingin semua mengecap HAM 
dg sebaik2nya.

Mari kita perhatikan apa yg dilakukan oleh Perancis, karena tampaknya 
dengan mengambil langkah di selagi mereka berada di tahap pendidikan 
dasar, diharapkan dapat membentuk masa depan yg lebih baik bagi anak2 
perempuan ini.  Mungkin apa yg sudah ada sekarang diantara ghetto itu 
enggak bisa diapa2kan lagi.  Bagaimana mau mengubah kakek2 berumur 60 
th?  Toh kakek2 ini pasti akan mati dimakan usia tetapi anak2 
perempuan ini dalam 10-20 tahun mendatang sudah akan mengerti dan 
menikmati HAM mereka.  Bagi saya pendekatan ini paling rasional.


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ni londo <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Pak Dana,
> 
> Jerman mungkin lebih bingung lagi kalau dibandingkan
> dengan negara tetangganya karena masih trauma zaman
> Nazi, dan banyak orang Jerman takut untuk mengkritik
> orang asing dengan terbuka - jangan2 nanti dibilang
> rasis atau neonazi, yang anti-orang asing (Ausländer).
> Ideologi multiculturalism (yang dipraktekkan sebagai:
> makanan, musik dan tari2an orang asing itu bagus dan
> dinikmati, tetapi apa yang terjadi di balik pintu
> rumah tetangga orang Turki, itu bukan urusan kami,
> biar si pasha itu memukul istrinya dan memaksa anak
> perempuannya yang masih remaja untuk menikah dengan
> sepupunya, kami tidak ingin tahu /EGP) terlalu lama
> dianut tanpa kesadaran kritis terhadap realitas budaya
> lain yang bukan hanya terdiri dari musik dan makanan,
> tetapi sering juga dari norma-norma sosial yang
> sebenarnya tidak bisa diterima lagi pada zaman
> sekarang di Eropa. Tapi lama sekali sepertinya tabu
> untuk mengkritik situasi dalam ghetto orang Turki. 
> 
> Masalah2 itu baru diangkat menjadi topik wacana publik
> setelah terjadi pembunuhan van Gogh di Belanda tahun
> yang lalu. Sekarang justru banyak perempuan keturunan
> Turki yang paling vocal dalam mengkritik kenaifan
> orang Jerman dalam menghadapi keberadaan budaya asing,
> mereka menuduh orang Jerman sengaja tidak mau tahu
> kekerasan terhadap perempuan dalam banyak keluarga
> Turki. 
> Baru sekarang beberapa buku otobiografi oleh perempuan
> Turki yang menjadi korban kekerasan yang dilegitimasi
> dengan "adat" dan "agama" bisa terbit. Kata mereka,
> mereka sudah menulis buku ttg nasib mereka pada tahun
> 90an, tetapi waktu itu tak ada satu penerbit pun yang
> berani untuk menerbitkannya, alasannya takut nanti
> penerbit mendapat stigma sebagai penerbit rasis, dan
> after all, masalah intern komunitas Turki itu tidak
> interesting buat pembaca Jerman. 
> 
> Nah baru sekarang masyarakat Jerman menghadapi masalah
> "Parallelgesellschaft" (masyarakat paralel, artinya di
> dalam negara ini terdapat "negara" lagi, a society
> within a society with its own rules, invisible to and
> unreachable by the state and the wider community), dan
> belum jelas bagaimana sikapnya orang Jerman yang baru
> sadar atas realitas itu. Yang jelas, masyarakat/negara
> Jerman harus mengambil sikap yang tegas, seperti kata
> Pak Dana, untuk menentukan di mana batasnya. Supaya
> jelas. Soalnya, di mana batasnya untuk beragama?
> Sekarang masalahnya jilbab, besok mungkin masalahnya
> burqa atau niqab. Kalau jilbab boleh, kenapa burqa
> tidak boleh? Dan kalau ada orang suku Indian dari
> Amazonas datang, mau sekolah di Jerman, tapi tetap
> telanjang seperti di rimba sana, abis itu budaya dan
> agamanya, kalau yang Islam boleh pakai burqa dengan
> alasan kebebasan beragama, kenapa dia tidak boleh
> telanjang masuk sekolah atau universitas? nah jadi
> bingung kan... memang harus ada batasnya yang jelas. 
> Tapi kayaknya orang Jerman belum berani menunjukkan
> sikap yang jelas... masih bingung antara romantisme
> multiculturalisme, ketakutan dianggap rasis dan
> neonazi, dan masalah2 dalam ghetto orang Turki.  
> 
> Ironisnya, perempuan aktivis keturunan Turki itulah
> yang paling keras menuntut penegakan norma sekularisme
> dan ideal2 zaman enlightenment (Aufklärung bhs
> Jermannya, kalau Verklärung itu artinya
> idealisasi...). Orang Jerman sendiri mungkin sudah
> terlalu manja ya,   semua sudah taken for granted... 
> 
> btw... bulan lalu saya membaca buku "Maps for Lost
> Lovers", karangan Nadeem Aslam ttg kehidupan orang
> Pakistan di Inggris... Kalau ada yang ingin tahu
> dilema dan masalah antarbudaya dalam salah satu
> komunitas imigran di Inggris, buku ini bagus. Kutipan
> covernya:
> "In an unnamed town Jugnu and his lover Chanda have
> disappeared. Rumours abound in the close-knit
> Pakistani community, and then on a snow-covered
> January morning Chanda's brothers are arrested for
> murder. Telling the story of the next twelve months,
> Maps for Lost Lovers opens the heart of a family at
> the crossroads of culture, community, nationality and
> religion, and expresses their pain in a language that
> is arrestingly poetic."
> 
> salam,
> ni londo
> 
> 
> 
> --- Dana Pamilih <[EMAIL PROTECTED]> schrieb:
> ---------------------------------
> DP:
> Yang saya lihat problema ini berasal dari negara2
> Barat yg mengkompromikan prinsip nation-state mereka.
> Suatu prinsip yg susah payah ditegakkan di jaman
> Enlightenment (Verklarung bhs Jermannya?) 
> sekarang ini dibiarkan larut akibat pertimbangan2 HAM
> dan kemanusiaan moderen.
> 
> Eropah Barat dibingungkan oleh situasi yg mengulang
> abad pertengahan di mana kesukuan berdasarkan agama
> (religious tribalism) yg menentukan bukan lagi hukum
> negara yg sekuler. Hukum negara tidak lagi berada di
> atas hukum agama utk kasus tertentu, yaitu karena 
> penganut agama itu diperbolehkan menolak mengakui
> hukum negara walaupun menjadi warganegaranya.  Jelas
> mana mungkin rule of law itu tegak kalau ada yg bisa
> memilih utk tdk mengakui hukum itu sendiri.
> 
> Ini mungkin terlalu menggampangkan situasi tetapi saya
> pikir sudah saatnya negara2 Eropa itu tegas:  kalau
> mau jadi warganegara kami Anda harus mengikuti hukum
> kami.  Titik.  Tanpa kompromi.
> 
> 
> 
> 
> 
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga,
> maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI :
> http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti
> mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera
> mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam
> mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> 
> This mailing list has a special spell casted to reject
> any attachment ....
> 
>       
> 
>       SPONSORED LINKS  
>                                                 Women 
>                                      
>     
> ---------------------------------
>   YAHOO! GROUPS LINKS
> 
>   
>     Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
>    
>     To unsubscribe from this group, send an email to:
>  [EMAIL PROTECTED]
>    
>     Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo!
> Terms of Service.
> 
>   
> ---------------------------------
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
>       
>               
> ___________________________________________________________ 
> Gesendet von Yahoo! Mail - Jetzt mit 1GB Speicher kostenlos - Hier 
anmelden: http://mail.yahoo.de
>






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke