http://www.kompas.com/kompas-cetak/0510/18/opini/2138139.htm

  
Presiden yang Kesepian 

Herry Tjahjono 

Jika membahas kinerja kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, kita cenderung 
melihat dari dua faktor: kepercayaan rakyat dan korelasi terhadap kinerja SBY.

Berbagai wacana, polling, dan kaitannya dengan sejumlah isu kebijakan politik 
SBY selalu berujung pada asumsi: sejauh mana turun-naik kepercayaan rakyat 
terhadapnya. Kita sibuk dengan pertanyaan dan tema itu. Ada dua alasan mengapa 
terjadi, yaitu (1) SBY naik karena bermodalkan kepercayaan rakyat; (2) kinerja 
dan kepemimpinan SBY yang kian debatable sehingga dikaitkan dengan kualitas dan 
kuantitas kepercayaan rakyat kepadanya.

Modal kepercayaan

Atas kepemimpinan SBY selama ini sebagian besar kritik bernada gemas, bermuara 
pada ketidaktegasan, indecisive, dan lainnya. Belakangan, bukannya gemas dan 
kesal dengan semua kelemahan kepemimpinan itu, tetapi berubah menjadi kasihan.

Di satu sisi modal utama SBY adalah kepercayaan rakyat. Di sisi lain, dia 
seolah dikelilingi tembok pembantu (dari Wapres hingga menteri dan mungkin 
level-level lebih bawah) yang mempunyai posisi politis, sosial, dan ekonomis 
lebih kuat dari SBY dan selalu terjadi tarik-menarik kepentingan saat SBY harus 
mengambil keputusan.

Fenomena itu bisa terjadi karena kubu yang lebih kuat punya agenda dan interes 
politik (baca: kekuasaan) sendiri, yang tak selaras dengan SBY. Saya seolah 
menatap potret seorang presiden yang kesepian, tak berdaya. Jika diteliti, 
banyak kejadian dan fenomena kecil tetapi esensial yang merefleksikan potret 
presiden itu.

Beberapa contoh kecil-esensial itu, di antaranya, perubahan dan molornya waktu 
(berjam- jam) pengumuman nama anggota kabinet (menteri) di awal kekuasaannya. 
Peristiwa kecil, tetapi esensinya terselip; hebat dan kuatnya tarik-menarik 
kepentingan politik dalam penentuan nama menteri akibat politik dagang sapi dan 
balas budi.

Akibatnya, di awal presiden tak konsekuen, tak mampu punctual sekadar 
menentukan (dengan hak prerogratifnya) dan mengumumkan kabinet. Juga ketika 
akan mengumumkan persentase kenaikan harga BBM, molor beberapa jam. Juga 
kejutan perubahan persentase kenaikan dari pernyataan awal SBY (maksimum 
sekitar 50 persen), tetapi akhirnya naik gila-gilaan.

Bahkan suara dan sinyalemen di masyarakat, perubahan persentase kenaikan karena 
manuver wapres. Banyak contoh lain, dan hingga kini opini sinisme sebagian 
masyarakat masih bergema: SBY de facto kepala negara, bukan kepala pemerintahan.

Kesepian

Bisa jadi semua sinyalemen itu benar mengingat eskalasi kondisi yang debatable 
terhadap kepemimpinan SBY. Bukan berlebihan, presiden yang secara individual 
adalah pribadi yang baik itu tengah kesepian (the lonely president). Karena 
itu, saran baik Sukardi Rinakit soal perlunya SBY melakukan resume power, 
mungkin cuma menjadi wacana. Bukan karena SBY tak mau mendengarkan dan 
menjalankan. Bukan. Namun, karena SBY sedang kesepian, tak berdaya. Buktinya, 
isu dan tekanan untuk melakukan reshuffle kabinet diulur-ulur dan cenderung 
menguap.

Sekali lagi, bukan SBY tak mau melakukan. Tetapi, ia tak berdaya menghadapi 
�sebarisan menteri non-SBY yang posisi politis, sosial, dan ekonomis jauh 
lebih kuat. Banyak wacana mengatakan, untuk sekarang tak mungkin terjadi 
impeachment. Juga banyak yang tak setuju jika pemerintahan SBY dilengserkan di 
tengah jalan. Tetapi muncul pertanyaan kritis; apakah semua ini bukan rekayasa 
politis? Sengaja dibuat, dibiarkan tetap menjadi presiden sampai akhir jabatan 
namun kesepian dan tak berdaya. Dengan demikian, secara psikologi politik 
terjadi semacam character assassination terhadap kepemimpinannya. Akibatnya, 
pada perebutan kekuasaan mendatang, SBY bukan lagi musuh berat.

Kembali lagi, berbagai polling menunjukkan kepercayaan rakyat. Namun, mengapa 
engkau kesepian dan tak berdaya? Kesimpulannya, yang perlu dipertanyakan bukan 
bagaimana dan sejauh mana kepercayaan rakyat, tetapi sebaliknya, (masih) 
punyakah engkau kepercayaan terhadap kami yang berdiri di belakangmu?

Selama engkau tak percaya kami, selama itu pula engkau akan terus kesepian dan 
tak berdaya dikelilingi tembok! Dan sesungguhnya, engkau menabung kekalahanmu 
sendiri!

Herry Tjahjono Corporate HR Director & Corporate Culture Therapist, Jakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke