Baru saya lihat Mia menyebut-nyebut nama saya dikaitkan dengan
fundamentalisme. Jadi saya perlu turun rembuq secara langsung. Apa itu
fundamentalisme? Baca Seri 092 di bawah.

Bejo Paijo benar, beda pendapat boleh-boleh saja asal masih dalam cabang, ok
saja. Berbeda pendapat boleh-boleh saja, asal dalam batas-batas tertentu. Di
mana itu batas? Baca Seri 726 di bawah. Bejo juga benar, kalau sudah masalah
yang  prinsip, qath'i, itu perkara lain, harus dilawan. Untuk hal ini
silakan baca Seri 729 di bawah

meilany berpendapat untuk memahami wawasan, way of life seseorang, maka
perlu pendekatan bersemuka (face to face?), itu terlalu ekstrem. Orang bisa
difahami pemahamannya dengan membaca tulisan-tulisannya. Dan tidak mutlak
bahwa melalui milis orang tidak dapat difahami way of lifenya. Saya beri
contoh yaitu ayeye dengan beberapa kali berdiskusi di milis ini, kami berdua
sudah memahami pemahaman masing-masing dan saling menghargai. Tentang
karakteristik Islam Liberal yang meilany pertanyakan silakan dibaca Seri 726
dan 729 di bawah.

Wassalam,
HMNA
***********************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
092. Arus Informasi Tentang Isu Demokrasi, Fundamentalisme dan Terrorisme
Antara Prasangka, Teori dan yang Empiris

Masih ingat ancaman Presiden Bosnia Alija Izetbegovic beberapa waktu yang
lalu? Jika dunia internasional meninggalkannya sendirian melawan Serbia dan
Kroasia, ia akan melancarkan terrorisme di Eropa bahkan di mana saja.
Pengungsi Bosnia yang ditaksir sekitar 2,5 juta yang tersebar di Eropa
memang sangat potensial untuk itu. Rupanya ancaman Alija ini ada juga
hasilnya. Sejak itu negara-negara Eoropa yang enggan mendukung Clinton untuk
bertindak keras terhadap Serbia, mulai serius. NATO sudah mau juga bertindak
keras.

Namun bukan itu yang menjadi pokok pembicaraan, melainkan dari segi
informasi. Tata-komunikasi barat ibarat santet yang tukang sirap berita,
menyebabkan para konsumen berita terpukau olehnya, lalu melahap bulat-bulat
istilah terrorisme dalam berita itu. Kita tidak percaya bahwa Alija akan
mempergunakan isilah terrorisme itu.

Arus informasi yang didominasi oleh tata-komunikasi barat yang memiliki
sarana, peralatan dan jaringan organisasi yang unggul, hampir berhasil
membentuk opini sebagian besar konsumen berita. Penggunaan ungkapan hampir
dan sebagian besar dalam kalimat di atas menunjukkan secercah optimisme,
bahwa tidak semua konsumen melahap berita itu bulat-bulat. Ada juga,
walaupun sebagian kecil, yang tidak hanyut oleh arus informasi tersebut,
yaitu yang mengunyah dan mencerna berita itu secara selektif dan cermat.
Saya teringat sebuah film yang berjudul Le Corsaire Noir, Si Bajak Laut
Hitam sebuah film asal Perancis. Sepintas lalu film itu isinya sangat
sederhana, menceritakan hubungan asmara antara Si Bajak Laut dengan seorang
"Lady" teras bangsawan penguasa sebuah puri di daratan Brittania. Namun ada
yang menarik untuk disimak dari dialog di antara keduanya. Sang Lady
menanyai mengapa kekasihnya itu menjadi bajak laut. Si Bajak Laut
menjelaskan bahwa ia seorang raja dari kerajaan yang berwilayahkan kapalnya.
Saling bunuh dan rampas-merampas diperbolehkan oleh tata-dunia di antara dua
kerajaan yang sedang berperang. Sebagai seorang raja yang berdaulat atas
wilayahnya ia berhak menentukan sendiri, kerajaan mana lawannya dan yang
mana sekutunya.

Maka dalam tata-komunikasi kontemporer bajak laut tersebut adalah terroris.
Akan tetapi andaikata Bosnia ditinggalkan sendirian lalu mereka itu
membentuk kelompok-kelompok perlawanan dalam wilayah yang lebih luas,
dapatkah mereka itu disebut terroris?

Tunggu dahulu!
Dalam S.Al Hajj 39 dan 40 Allah berfirman:
-- Udzina lilladziena yuqataluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha 'ala
nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayri haqqin illa
an yaquwluwna rabbuna Llah, artinya:
-- diizinkan berperang bagi mereka yang dizalimi dan sesungguhnya Allah
berkuasa memenangkan mereka. Yaitu mereka yang diusir dari tanah airnya
dengan tidak semena-mena, hanya karena mereka berkata Maha Pengatur kami
adalah Allah.

Orang-orang Bosnia itu dizalimi, dzulimuw, diusir dari tanah airnya,
ukhrijuw min diyarihim, karena apa? Karena mereka mengatakan rabbuna Llah,
Maha Pengatur kami adalah Allah, kami adalah orang-orang Muslim yang
menyembah Allah. Pantaskah orang-orang Bosnia itu apabila ditinggalkan
sendirian oleh dunia internasional disebut terroris, kaum fundamentalis yang
berkonotif negatif dalam tata-komunikasi barat, jika mereka membentuk
kelompok-kelompok perlawanan di pelosok-pelosok Eropa?

Mereka tidak pantas disebut terroris. Mareka itu adalah kelompok-kelompok
pejuang, regu-regu jihad, bukan teroris! Kita tidak boleh terkicuh oleh
tata-komunikasi barat. Maka alangkah sumbangnya omongan Prof Dr Samuel
Huntington dalam majallah Time, terbitan 28 Juni 1993. Huntington ini atas
dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui jalur tata-komunikasi barat
menyalurkan sangkaan yang dibungkus dengan teori ilmiyah perihal Islam
mengancam demokrasi barat. Dalam Time tersebut dapat kita lihat bagaimana
kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University ini melihat Islam.
Bahwa musuh barat dewasa ini adalah Islam, karena kehadiran Islam akan
mengancam keberadaan demokrasi barat, demikian Huntington, yang konon
kabarnya di Indonesia ini salah seorang tokoh narasumber yang buku-bukunya
menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan politik. Oleh
karena itu, demikian Huntington, barat harus mewaspadai gerakan-gerakan kaum
fundamentalis Islam.

Kalau saya tidak salah dalam sebuah acara sejenis tangkas cerdas di
televisi, yang juru omongnya (MC) adalah Rano Karno, ada pertanyaan tentang
sebuah negara fundamental Islam, theokrasi, dan dikatator. Remaja kita
peserta tangkas cerdas itu tidak ada yang dapat menjawab. Maka dengan rasa
bangga Rano Karno membacakan, bahwa itu adalah negara Iran.

Itulah prasangka yang dibungkus kemasan teori ilmiyah disalurkan melalui
jalur tata-komunikasi barat. Benarkah Iran itu sebagai suatu negara, ataupun
kelompok-kelompok pejuang Islam adalah kaum fundamentalis, yang berbahaya
bagi demokrasi barat, menurut Huntington?

Kantor Berita Reuter, yang dimuat di Fajar 10 Agustus 1993 yang lalu,
menyiarkan seperti berikut: "Rafsanjani yang dilantik Rabu lalu untuk
menduduki kursi kepresidenan selama empat tahun untuk yang kedua kalinya,
menunjuk tim pemerintahannya yang beranggotakan 23 orang. Dia mengajukan
nama-nama tersebut melalui sepucuk surat yang dibacakan dalam majelis.
Sedemikian jauh tidak segera ada indikasi dari kalangan konservatif (dalam
majelis) apakah mereka akan menerima seluruh menteri yang diusulkan oleh
Rafsanjani tersebut."

Ada pepatah, nilai warisan budaya moyang kita yang masih relevan hingga
kini: Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu gamang jua. Ini berlaku
pula bagi Huntington. Huntington, sang Tupai ini akhirnya gamang juga, oleh
berita yang dikutip di atas itu. Apabila kita sedikit jeli, berita tersebut
mengungkapkan bahwa teori tentang ancaman fundamentalisme Islam yang
membahayakan demokrasi barat, tidak membumi. Teori tersebut ditolak oleh
realitas dari dunia empiris. Selama ini saya menyangka bahwa sistem
pemerintahan negara yang berbentuk republik hanya dua jenis: Kabinet
persidensial dan kabinet parlementer. Itulah demokrasi barat. Lalu bagaimana
dengan sistem pemerintahan Republik Islam Iran? Cobalah baca penggalan
berita: Sedemikian jauh tidak segera ada indikasi dari kalangan konservatif
(dalam majelis) apakah mereka akan menerima seluruh menteri yang diusulkan
oleh Rafsanjani tersebut.

Rafsanjani mengusulkan menteri ke majelis. Apa artinya itu? Proses
pembentukan pemerintahan dilakukan presiden bersama-sama dengan majelis.
Terus terang belum pernah saya dengar sebelumnya proses pembentukan
pemerintahan seperti itu dalam ilmu tatanegara. Demikian pula melalalui
berita itu dapat kia lihat bagaimana Syari'at Islam "wa amruhum syura
baynahum", dan urusan mereka dimusyawarakan di antara mereka, dijabarkan ke
dalam Ilmu Fiqh dalam ruang lingkup ketatanegaraan oleh ummat Islam yang
Syi'ah. Sebelum membaca berita itu saya belum tahu tentang penjabaran
Syari'at ke dalam Fiqh di kalangan Syi'ah itu, karena saya bukan Syi'ah,
namun saya sangat berterima kasih kepada Syi'ah oleh karena ilmu saya
bertambah (terlepas dari perbedaan theologi antara Ahlu sSunnah dengan
Syi'ah).

Semestinya pers kita merengguk keluar menjadi milik kita istilah
fundamentalis Islam dari tata-komunikasi barat dengan memberikannya konotasi
yang positif. Sebab bukankah fundamentalis berarti Ahlu sSunnah?
Fundamentalis Islam adalah ahlu sunnah, bukan teokrasi dan bukan pula
diktator, terlebih-lebih lagi bukan terroris. Huntington perlu belajar dari
fundamentalis Islam tentang proses yang sangat demokratis dalam pembentukan
kabinet.  Bagaimana tuan Huntington dan para pengagumnya yang ada di
kampus-kampus Perguruan Tinggi di Indonesia? WaLlahu a'lamu bishsshawab.

*** Makassar, 22 Agustus 1993
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
========================

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
726 Hidangan di atas Meja

Hari Pendidikan Nasional diisi oleh IMMIM dengan demontrasi di dalam ruang
yang dibatasi dinding, yaitu kegiatan mujadalah (diskusi). Pada hari Selasa,
2 Mei 2006 yang lalu itu, di Aula Mini IMMIM Jalan Jenderal Sudirman oleh
DPP IMMIM diselenggarakan diskusi bertemakan motto IMMIM: "Bersatu dalam
'Aqidah, Toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah." Penceramah adalah Prof HM
Quraisy Syihab, salah seorang di antara para pendiri Pesantren IMMIM
Tamalanrea. Pak Quraisy kemukakan bagaimana cara memanej perbedaan pendapat
dalam bingkai Khilafiyah-Furu'iyah, yang diibaratkan oleh Pak Quraisy
sebagai Hidangan di Atas Meja.

Terakhir saya bertemu dengan Pak Quraisy 18 tahun yang lalu, yaitu pada
tahun 1988 di lapangan terbang Cengkareng Sukarno Hatta yang waktu itu
bersama-sama dengan Allahu Yarham H.Ismail Hasan Metareum dan Dr 'Imaduddin
Abd Rahim. Ada cirikhas Pak Quraisy dalam berceramah, maupun menulis buku,
yaitu Pak Qurisy jarang mengemukakan pendapat beliau, melainkan pada umumnya
Pak Quraisy mengemukakan beberapa pendapat beserta dengan alasannya
masing-masing, jadi terserah kepada kita untuk memilih pendapat itu. Jadi
betul-betul Pak Quraisy ibarat menyuguhkan hidangan di atas meja. Itulah
tehnik (bukan teknik) memanej perbedaan pendapat. Selama hidangan itu ada di
atas meja maka kita bebas (bukan liberal) memilih keinginan kita, dan tidak
boleh kita paksakan kepada orang lain untuk memilih seperti yang kita pilih.
Pokoknya kalau hidangan itu ada di atas meja maka itu semuanya benar. Antara
lain Pak Quraisy mengemukakan dua contoh:
Pertama, ayat:
-- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S. ALBQRt, 2:228), dibaca:
-- walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in (s.
albaqarah), artinya: -- Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan
diri (menunggu) tiga kali quru'. Dalam hal ini ada dua pendapat, tiga kali
haid atau tiga kali bersih dari haid.
Kedua, instruksi RasuluLlah SAW:
-- "Jangan shalat 'Ashar sebelum tiba di pemukiam Banu Quraizhah." Ada
sekelompok sahabat yang shalat Ashar sebelum tiba karena memperhitungkan
kalau akan shalat Ashar di tempat Banu Quraizhah, maka waktu shalat akan
terliwat, sedangkan ada sekelompok yang betul-betul baru shalat waktu tiba
di tempat yang dituju walaupun waktu Ashar sudah liwat. Dan itu kedua-duanya
dibenarkan oleh RasuluLlah SAW.

Elok kiranya saya kemukakan asbabul wurud instruksi tsb, yakni seperti
berikut: Pernah Madinah dikepung pasukan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan
Yahudi Banu Nadhir dari lembah Khaibar dengan kekuatan di antara 18.000
hingga 20.000 orang. Ada bagian Kota Madinah yang terlindung oleh
benteng-benteng Yahudi Banu Quraizhah dan pepohonan kurma. Akan tetapi ada
pula bagian yang terbuka sama sekali. Atas saran Salman Al Farisi pada
bagian terbuka itu dibuat lini pertahanan dengan menggali parit (khandaq).
Itulah sebabnya perang melawan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu
Nadhir yang datang menyerbu Madinah itu disebut dalam sejarah dengan "Perang
Khandaq". Ada pakta antara Kaum Muslimin dengan banu Quraizhah yang antara
lain berbunyi: Jika ada musuh menyerang Madinah banu Quraizhah bersama-sama
kaum Muslimin mempertahankan Madinah dan masing-masing mengeluarkan biaya
untuk peperangan mempertahankan kota. Banu quraizhah membelot, bergabung
dengan pasukan konfederasi, akan menyerang Madinah dari belakang lini.
Pengepungan itu digagalkan Allah SWT pada malam sebelum hari H, yaitu:
-- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S. ALAhZAB, 33:9), dibaca:
-- fa arsalna- 'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarawha-, artinya:
-- maka Kami kirim kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak
melihatnya.
Angin yang sangat dingin bertiup dengan sengitnya, yang menyebabkan pasukan
konfederasi malam itu juga semuanya mundur. Pasukan konfederasi bubar,
Perang Khandaq berakhir. Namun bagi Banu Quraizhah belumlah selesai. Baru
saja Rasululah akan menaruh senjata beliau di rumah, Jibril datang dan
menunjuk ke arah Banu Quraizhah. [H.R. Bukhariy].

Contoh shalat Ashar di atas itu, ialah tatkala RasuluLlah masih hidup, jadi
mudah untuk merujuk kepada beliau. Karena sekarang ini kita sudah jauh dari
zaman RasuluLlah SAW, lagi pula banyaknya isme-isme yang mempengaruhi ummat
Islam, maka kita harus jeli melihat hidangan-hidangan yang seba-neka itu,
mana yang ada terhidang berbingkai meja yang dimaksud Pak Quraisy.

Dalam diskusi itu sebenarnya saya tidak bermaksud ikut bicara. Namun tatkala
Pak Quraisy selesai menjawab tanggapan pada pukul 12.00, dan disambut oleh
moderator Prof. H Ahmad Sewang memberikan kata akhir menutup acara diskusi,
saya maju ke depan berbisik kepada keduanya Pak Quraisy dan Pak Ahmad untuk
memberi saya 5 menit, berhubung tadi disepakati diskusi berakhir pukul
12.15. Pasalnya, ada pembicara mengemukakan Jaringan Ulil Absar yang dijawab
Pak Quraisy hanya secara umum saja, tambahan pula mungkin banyak peserta
diskusi yang belum pernah dengar nama jaringan yang disebut seperti itu,
Jaringan Ulil Absar..

Maka saya kemukakan bahwa yang dimaksud oleh pembicara tadi Jariangan Ulil
Absar adalah yang menamakan diri Jaringan Islam Liberal (JIL). Saya tegaskan
dalam pembicaraan saya itu, bahwa JIL itu hidangannya tidak ada dalam
bingkai meja yang dimaksud Pak Quraisy. Adapun alasannya ialah JIL
menganggap sekularisme, liberalisme dan pluralisme adalah kebenaran mutlak
dan dijadikan paradigma untuk mengkritisi Al-Quran. Apa yang saya kemukakan
itu dibenarkan oleh Pak Quraisy dengan menambahkan bahwa Ulil menganggap
Al-Quran itu biasa-biasa saja, ya seperti buku sastra biasa saja. Itukan
tidak benar, demikian Pak Quraisy, yang maksudnya terletak di luar bingkai
meja tempat hidangan disajikan.

Alhasil bebas memilih bukan secara liberal, melainkan bebas memilih di
antara hidangan yang terhidang di atas meja, di mana hidangan di atasnya,
itu semuanya benar: "Bersatu dalam 'Aqidah, Toleransi dalam
Khilafiyah-Furu'iyah." WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 7 Mei 2006
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]

===========================

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
729. Apa itu Binatang yang Disebut Hermeneutika

Sebermula, Seri 729 ini direncanakan masih lanjutan jihad intelektual yang
saya emban (execute) melawan serangan-serangan para orientalis terhadap
Al-Quran, yaitu jihad lanjutan melawan serangan seorang orientalis yang lain
lagi yang bernama samaran Luxenberg. Namun karena banyaknya deringan telepon
yang saya terima yang menanyakan, yang salah seorang di antaranya memakai
ungkapan: Apa itu "binatang" yang disebut hermeneutika," maka jihad melawan
Luxenberg ini insya-Allah nanti dalam Seri 730 yang akan datang.

Hermeneutika lagi bertrend terutama buat yang berpaham liberal. Istilah
hermeneutika berkaitan dengan mitos dewa Hermes yang memiliki kebiasaan
"memintal" (spin), yang dalam realistasnya menurut Sayyid Hussain Nasr
adalah Nabi Idris AS, karena konon dewa Hermes dalam mitologi Yunani
tersebut menyampaikan pula warta para dewa kepada manusia, bahkan bukan
hanya sekadar menyampaikan, namun juga memberikan tambahan berupa ulasan.
Mitos ini mengungkap dua hal, pertama: memastikan maksud, isi suatu kata,
kalimat, teks,  kedua: menemukan instruksi-instruksi dibalik simbol.

Secara harfiah, kata ini pernah digunakan oleh Aristoteles (384-322) SM,
dalam karyanya: Peri Hermeneias, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dengan De Interpretatione; dan baru kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan On the Interpretation. Sebelumnya, al-Fârabi
(870?-950) M, telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Arab: Fi al-'Ibârah,
dan memberi komentar karya Aristoteles tersebut. Hermeneias yang dikemukakan
Aristoteles, hanya untuk membahas fungsi ungkapan dalam memahami pemikiran,
serta pembahasan tentang satuan-satuan bahasa, seperti kata benda, kata
kerja, kalimat, ungkapan, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata-bahasa.
Ketika membicarakan hermeneias, Aristoteles tidak mempersoalkan teks,
ataupun mengkritik teks. Yang menjadi topik pembahasan Aristoteles adalah
interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang diinterpretasikan.

Binatang hermeneutika ini ibarat ulat bermetamorphosis menjadi kupu-kupu,
dimulai sejak para theolog Yahudi dan Kristen berusaha mengembangkan metode
dan aturan yang dapat memandu penafsiran dan mengevaluasi kembali teks-teks
dalam Bible yang sudah hilang teks aslinya yang dalam bahasa Hebrew Kuno
(Al-'Ibriyyah Al-Qadimah) untuk Perjanjian Lama dan bahasa Aram
(Al-'Ibriyyah Al-Jadidah) untuk Injil(*). Kemudian selama tahun-tahun
pertama abad ke sembilan belas, metode itu ibarat kupu-kupu malam(**)
terbang melebar menjadi hermeneutika umum oleh filosof dan theolog
Protestan, Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Perkembangan hermeneutika
sangat berkaitan dengan filologi, alegori yang juga sebagai sistem
penafsiran terhadap teks.

Demikianlah hermeneutika itu bermetamorphosis lebih lanjut dari konteks
theologi ke dalam konteks filsafat yang telah dibidani oleh Friedrich
Schleiermacher tersebut. Maka tatkala hermeneutika itu ibarat kupu-kupu
malam telah terbang melebar bermetamorphosis ke filsafat, menjamurlah
serba-neka aliran yang menciutkan posisi hermeneutikanya Schleiermacher
menjadi hanya sebagai salah satu aliran hermeneutika yang ada. Selain
hermeneutikanya Schleiermacher, ada hermeneutikanya Emilio Betti
(1890-1968), seorang sarjana hukum Romawi berbangsa Itali; ada
hermeneutikanya Eric D. Hirsch (1928- ?) seorang kritikus sastra berbangsa
Amerika; ada hermeneutikanya Hans-Georg Gadamer (1900- ?) seorang filosof
dan ahli bahasa, dan lain-lain aliran-aliran, dsb.

Arkian, perkembangan hermeneutika mencapai puncaknya yang ekstrem keliwat
batas, yaitu menerobos masuk wilayah epistemologis. yaitu penafsiran
terhadap teks yang dibangun berdasarkan teori epistema (dari bhs Yunani Kuno
episteme), yang menyangkut tentang parameter pengetahuan berupa:
-- asal-usul,
-- anggapan,
-- karakter,
-- cakupan,
-- kecermatan,
-- keabsahan.

Hermeneutika epistemologis yang ekstrem ini digunakan oleh pengecer Mohammad
Arkoun dalam Rethinking Islam, (Kayfa na'qilu l-Islama, Bagaimana kita
mengakali Islam). Saya dapat menimba dalam debat saya vs Ulil Absar Abdalla
di cyber space, yang panglimanya komunitas yang menamakan diri Islam
Liberal, bahwa komunitas ini memakai hermeneutika epistemologis, yaitu
menurut mereka ayat-ayat Makkiyah bermuatan nilai universal, namun ayat-ayat
Madaniyah diciutkan posisinya oleh parameter cakupan menjadi hanya bermuatan
local, dan inilah yang menjadi paradigma yang dipakai oleh meraka dalam
pendekatan kontekstual. Seperti contohnya khimar (telekung) panjang menutupi
dada, itu bermuatan lokal, hanya wajib untuk daerah Arab yang
berpadang-pasir dan berdebu, yang secara kontekstual tidak cocok bagi negeri
seperti Indonesia ini. Karena hermeneutika epistemologis cakupan muatan
lokal tersebut, mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat Qath'i. Ayat tentang
wajibnya khimar panjang yang qath'i sudah menjadi relatif.

-- WLYDHRBN  BKHMRHN  'ALY  JYWBHN  (S. ALNWR, 24:31), dibaca:
-- walyadhribna bikhumurihinna 'ala- juyu-bihinna (s. annu-r).
WLYDHRBN - walyadhribna dalam ayat (24:31) terdapat Lam Al Amr (Lam yang
menyatakan perintah), maka kata tersebut berarti: Diperintahkan kepada
mereka menutupkan, sehingga ayat (24:31) terjemahannya adalah:
-- Diperintahkan kepada mereka menutupkan khumur mereka ke atas dada mereka.
(Khumur adalah bentuk jama' = plural dari khimar, artinya tutup kepala, yang
di Indonesia ini tutup kepala yang dipanjangkan menutup dada itu disebut
"jilbab", padahal dalam bahasa Al-Qur'an: jalabib, bentuk jama' dari jilbab
adalah baju longgar yang panjang sampai mata-kaki yang menutupi lekuk-lekuk
tubuh).

Hermeneutika epistemologis dengan parameter anggapan memperanakkan paradigma
tritunggal: sekularisme - liberalisme - pluralisme, yang di atas paradigma
ini, komunitas yang menamakan diri Islam Liberal ini mengadakan pendekatan
kontekstual bahkan mengkritisi ayat-ayat Al-Quran. Seperti disebutkan di
atas itu, tidak ada lagi ayat Qath'i, ayat-ayat itu dijadikannya relatif.
Jadi terjadi pergeseran nilai, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an direlatifkan,
sedangkan paradigma berupa parameter epistemologis yang ukuran akal itu,
dijadikannya mutlak. Wahyu menjadi relatif, akal dimutlakkan. Penggunaan
hermeneutika terhadap Al-Quran sudah merusak aqidah, karena akal sudah
mengungguli wahyu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Mei 2006
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
-------------------
(*)
Injil = Perjanjian Baru minus Surat-surat Paulus
(**)
Kupu-kupu malam sayapnya senantiasa melebar, berbeda dengan kupu-kupu siang
yang kalau hinggap sayapnya menguncup.




----- Original Message -----
From: "Bejo Paijo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, June 17, 2006 11:47 AM
Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Re: Pro dan kontra APP dan isu
Arabisasi


> Ya syukurlah kalau nggak ngerasa. Nggak maslah kan?
>   Katanya jaman liberal, bebas dong mau nulis apa aja. Tapi satu yang
pasti ghibah memang dosa.
>   Kok bisa ya nyebutin yang beda pendapat dengan saya terus saya cap
liberal? Darimana ya? Saya khan cuma counter tulisan yang lain. Terus terang
saya kadang beda pendapat dengan Pak Wida, Abah, tapi karena menurut saya
masih dalam cabang, ya saya ok saja, itu pendapat dia. Tapi kalau sudah
maslah yang dah prinsip, qath'i kok masih diutak dan diatik boleh dong saya
menyangkal.
>   Ingat ya, walaupun cuma copy paste, tapi semua akan
dipertanggungjawabkan di hadapanNya. Walaupun cuma berpura-pura.
>
> "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>   Wah...wah Pak Bejo berghibah:-)
> Dosa pak itu fitnah.
> Liberal, sekuler, toleransi kebablasan menurut pak Bejo itu dasarnya
apa????
> Jangan2 karena orang2 yg menuliskan pendapatnya beda dengan Pak Bejo
dianggap liberal, sekuler atau
> toleransi kebablasan.......?
> Kita gak bisa 'menuduh' seseorang itu sebagai liberal dll hanya melihat
dari pendapatnya di tulisan/milis
> Flora mengaku fundies dengan dasar berpegang pada Qur'an dan hadits.
> Tapi sebagian lagi menganggap yg namanya fundies itu yg suka kekerasan, yg
fanatik, yg merasa benernya sendiri.
> Begitu misalnya.
>
> Untuk bisa mencap pribadi seseorang itu apakah fundies, liberal, moderat,
sekuler, bertoleransi kebabalasan tidak sekedar
> di lihat dari tulisan, pendapatnya di milis :-))
> Di milis kadang2 pendapat seseorang itu hasil kopipaste, hasil browsing,
surfing, ngubek2 file milis2, dari abahnya atau sumber 'katanya', kata tv,
kata koran, kata si anu, kata blog, kata buku, kata siapa.....nggak spontan.
> Kalo mau jujur, asli, mencerminkan kepribadian, wawasannya sendiri, way of
life seseorang member, maka :.......
> Perlu pendekatan, bersemuka, paling gak bersilaturahim sejam,2 jam,
seharian, berkali-kali ketemu........ :-)
>
> Itulah sebabnya di milis; tulisan/pendapat Pak Bejo sering
disikapi/dianggap bernada bermusuhan, menyinggung perasaan, mencampuri,
mengintervensi masalah pribadi/ sikap member lain yg perasaannya halus
selembut sutera india tanpa Pak Bejo menyadarinya.
> Mohon maaf. [Diimbuhi 'lah' juga mungkin bisa.]
>
> salam :-)
> l.meilany
>
> ----- Original Message -----
> From: Bejo Paijo
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Monday, June 12, 2006 7:21 AM
> Subject: Balasan: Re: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Re: Pro dan kontra
APP dan isu Arabisasi
>
>
> Kebanyakan WM member tuh berAlqur'an dan berHadits sebagian. Untuk
melengkapinya ditambahi dengan berliberal, bersekuler, bertoleransi
kebablasan dan lain-lain. Gitu lho Mbak...
> Masak nggak ngerasa?....
>
> "L.Meilany" menulis:
> Fundamentalis itu kok pengertiannya banyak sekali ya....
> Flora bilang fundamentalis karena ber Qur'an dan berHadits shahih.
> Setahu saya member WM juga hampir sebagian besar ya ber Qur'an dan
berHadist shahih.
> Inilah kembang setaman WM ; modelnya macam2, beraneka warna seperti di
taman bunga
> Ada yg yg seperti Flora, ada yg seperti Pak Bejo, ada yg seperti MQ ada yg
FPI, Pak Abdi atau yg seperti saya...... :-))
>
> Mungkin ini analoginya seperti yg mau ke istana bogor [ istana bogor
dengar2 sampai akhir juni
> terbuka untuk umum, kalo yg mau lihat cermin seribu]
> Dari Jakarta semua berkendaraan roda 4.
> Ada yg bahan bakarnya premium, pertamax, solar, gas......
> Di sepanjang jalan saling debat dan berantem; lebih bagus premium, lebih
bagus pertamax........:-))
>
> salam :-)
> l.meilany
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Mia
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, June 11, 2006 11:31 AM
> Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Re: Pro dan kontra APP dan isu
Arabisasi
>
>
> Saya prihatin dengan mbak Flora, kalau didampingin fundamentalis
> kayak Pak Bejo, yang kata-katanya di milis sering nggak pantas.
>
> Juga prihatin kalau didampingin fundamentalis seperti Pak HMNA, yang
> saya pikir ulama penyembah berhala. Saya bilang begini kepada pak
> HMNA disertai harapan, hope he could save his own soul.
>
> Ternyata saya sudah melewati sebagian besar hidup
> saya, 'mendampingi' fundamentalis seperti mbak Flora, dan insha
> Allah nggak akan sia-sia.
>
> salam
> Mia



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/jDk17A/gOaOAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke