Mawar Merah Café Bandar SUNGAI SEINE DAN KISAH-KISAH LAINNYA
8 L'HISTOIRE DE PARIS [SEJARAH PARIS] 1. Kuharap suatu hari kau datang ke Paris. Dan Paris kusarankan sebagai kota terakhir serta penyimpul dari rangkaian lawatan singkatmu. Sedangkan kota-kota lain yang kau datangi menjadi pembanding untuk lebih jauh mengenal jiwa ibukota Perancis ini. Aku usulkan juga, untuk memaksimalkan pengenalan, terutama mengenal jiwa Paris dan Perancis, tentu akan sangat berguna jika sebelumnya kau baca sejarah Paris dan Perancis. Mungkin dengan cara ini, kau bisa luput dari keadaan datang sebagai pelancong tanpa sangu pengetahuan, kemudian tahu sasaran-sasaran apa yang kau abadikan dalam foto, mengapa mereka kau potret. Sangu begini, berikutnya tentu saja akan mengalirkan sekian banyak pertanyaan pada diri dan di tempat kau coba mencari jawabnya lebih jauh. Kukatakan lawatan begini sebagai suatu pelancongan pencarian sambil meregangkan ketegangan syaraf oleh pergulatan mengalahkan tantangan hidup sehari-hari dan bukan hanya sebagai tamasya menyaksikan pemandangan baru di negeri orang sehingga kesan pun ketika mengakhir lawatan akan punya kadar berdasar. Tanpa rasa ingin tahu atau kuriusitas dan hasrat sungguh-sungguh mengenal jiwa Paris, sekali pun kita tinggal bertahun-tahun di sini, bukanlah serta-merta kita mengenalnya. Barangkali kita hapal akan jalan ini dan jalan itu, tapi apa bagaimana yang tersimpan di balik nama jalan yang kita tapaki belum tentu kita paham. Dalam hal ini aku jadi terkenang akan kritik Prof. Dr. Denys LOMBARD alm. terhadap para mahasiswa Indonesianya. "Mereka tidak acuh dan tidak ada keinginan memanfaatkan keberadaan mereka di Perancis, khususnya Paris, untuk mengenal negeri dan kota ini". Andaikan mereka jujur pada diri sendiri, [maaf] berapa gerangan mereka yang membaca koran negeri ini? Tanyakan pada mereka, apa gerangan jiwa Paris dan Perancis? Bagaimana penjelasan mereka tentang lapangan Concorde dengan obelisk Mesir di tengah-tengahnya di mana kepala raja dipancung oleh rakyatnya serta apa dampaknya hingga sekarang? Obelisk [l'obélisque] dan nama Concorde [Place de la Concorde] pada galibnya menyimpan makna dan catatan singkat padat tentang mimpi dan kesimpulan dari suatu kurun zaman. Paris seperti kota dan negeri mana pun adalah suatu perpustakaan karya raya tentang pengalaman kemanusiaan untuk mememanusiawikan diri mereka. Pertanyaan di atas tidak lebih dari hanya menggarisbawahi kritik Lombard alm. yang sejarawan, salah satu Indonesianis utama Perancis, terhadap mahasiswa-mahasiswinya asal Indonesia dengan menyelipkan harapan mengapa kita tidak bisa mendengar kritik dengan tenang dan apakah salahnya kita memanfaatkan kehadiran kita di suatu negeri untuk maksimal mengenal negeri di mana kita sedang berada? Apa gerangan ruginya belajar walau pun belajar menagih kesungguhan dan kerja keras? Dalam percakapan ketika saling kunjung sebagai sahabat, D.Lombard sangat menggarisbawahi arti penting belajar sejarah dan bahasa. Aku sendiri tidak bisa memastikan beliau sendiri menguasai berapa bahasa. Tapi ketika menyitat sesuatu, beliau selalu menggutip bahasa aslinya lalu bedliau terjemahkan. Beliau dan istrinya Prof. Dr. Claudine Salmon demi pekerjaan penyelidikan mereka, baru belajar bahasa Viêt Nam ketika sudah berusia. Dari keadaan ini, aku melihat bahwa belajar tidak mengenal batas usia. Belajar untuk menjawab zaman adalah keniscayaan seumur hidup. Orang hanya bisa belajar baik jika mempunyai kerendahan hati. Celakanya makin kita belajar, makin kita merasa sebagai pelajar awal belaka. Sejalan dengan pandangan D. Lombard ini, aku teringat sekaligus akan kata-kata Bung Karno pada tahun 60an agar kita sekali-kali jangan melupakan sejarah. Dasar pandangan Lombard tentang sejarah sejalan dengan pandangan sejarawan Aliran Annales [nama sebuah majalah akademis yang terbit di Paris] yang mengatakan bahwa masa lampau, hari ini dan esok tidak terpisahkan. Saling bertautan. Hari ini bisa ditelusuri dari dari kemarin, dan esok bisa dilihat dari hari ini. Sebelum tahun 1981, ketika golongan "kanan" menguasai mememerintah Perancis, relatif masalah sejarah ini sedikit diabadikan. Begitu golongan kiri naik ke panggung kekuasaan maka perhatian dan kesadaran sejarah mulai marak. Mitterrand , yang selain seorang budayawan dan tetapi juga seorang ilmuwan sosial, sebagai presiden dari golongan kiri terpilih pada Mei 198,1 mendorong masyarakat Perancis mengenal diri mereka sendiri melalui pengenalan sejarah. Untuk ini, François Mitterrand pribadi datang ke le Mur de Fédéré, di mana kaum Komunar di masakre. Kalau sebelumnya orang-orang datang ke Montmartre, tempat tertinggi di Paris, ketika melihat katedral Sacrée Coeur, orang tidak menanyakan apa gerangan di balik Sacrée Coeur, apa itu Montmartre, Pantheon, le Mur de Fédéré, dan lain-lain.... Sebelumnya, ketika golongan kanan berkuasa, ada kesan bahwa ekonomi dan sejarah dipertentangkan atau paling tidak dipandang sebagai tidak punya kaitan karena yang terpenting adalah uang dan uang yang dalam istilah orang Perancis dikatakan "l'argent roi" , "l'argent est le roi" [uang adalah raja]. Raja di sini terkesan padaku sebagai lambang absolutisme, sisa dari pengaruh budaya feodal sekali pun Perancis sudah menjadi Republik. Naiknya golongan kiri ke panggung kekuasaan mendorong maraknya kesadaran sejarah di negeri ini. Dalam konteks ini, aku jadi teringat akan pernyataan Max Lane dari Australia, penterjemah ke bahasa Inggris karya-karya Pulau Buru Pramoedya A Toer di Koperasi Restoran Indonesia, 12 rue de Vaugirard, 75006 Pari,s yang kurang lebih mengatakan bahwa "kuat tidaknya kaum kiri menentukan wajah suatu bangsa". Di Perancis, pandangan Max Lane ini dinyatakan dalam kata-kata: "kanan merusak negeri, kiri menatanya ulang". [Tentang istilah "kiri" dan "kanan", terkadang diungkapkan dengan istilah "rakyat kiri" dan "rakyat kanan" yang menunjukkan ada paling tidak dua Perancis, di sini, karena berada di luar konteks, maaf, tidak kumasuki. Aku juga tidak mempersoalkan tepat tidaknya istilah "rakyat kiri" dan "rakyat kanan" apabila di negeri ini dalam berbahasa relatif orang-orang agak cermat]. Aku juga tidak menyinggung pengertian serta analisa istilah-istilah tersebut. Masalah utamaku di sini adalah masalah sejarah, kesadaran sejarah dan prasasti sejarah. Paris, Juni 2006. ---------------------- JJ. Kusni Catatan: Foto prasasti diambil oleh Jelitheng [Dari Dok.: JJK]. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/