BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
766. Seks Bebas, Kondom dan HIV/AIDS

Hasil survei yang dilakukan oleh Annisa Fondation baru-baru ini cukup
mengejutkan karena 42,3 persen pelajar perempuan telah melakukan hubungan
seks pra-nikah. Siaran pers Annisa Foundation, sebuah lembaga independen
yang bergerak dibidang kemanusian dan kesejahteraan gender, menerangkan
sebanyak 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah hilang keperawanannya saat
duduk di bangku sekolah. Yang lebih memprihatinkan, di antara responden
mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan atau atas dasar suka sama
suka karena kebutuhan. Beberapa responden mengaku melakukan hubungan seks
dengan lebih dari satu pasangan dan tidak bersifat komersil. Direktur Annisa
Foundation, Laila Sukmadevi, dalam siaran pers itu mengatakan, penelitian
dilakukan selama enam bulan mulai Juli hingga Desember 2006 dengan
melibatkan sekitar 412 responden yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri
maupun swasta di Cianjur dan Cipanas. Disebutkan Laila, berdasarkan hasil
survei, total responden yang belum pernah melakukan kegiatan seks
berpasangan hanya 18,3 persen. Sedangkan lebih dari 60 persen telah
melakukan kegiatan seks berpasangan. Dari jumlah itu 12 persen menggunakan
metode coitus interuptus (meludah keluar jendela) dan selebihnya pilih alat
kontrasepsi, yaitu kondom yang dijual bebas di pasaran.

Seks pra-nikah adalah gaya pelembut (euphemism) dari seks bebas. Sebenarnya
ada hal yang pantas dilembutkan, namun ada pula yang tidak pantas, termasuk
di antaranya seks bebas itu. Juga seperti misalnya PSK pekerja seks
komersiel untuk pelacur serta kata-kata lainnya yang menunjukkan perbuatan
ataupun status yang hina lainnya. Biarkanlah semua kata-kata yang
menunjukkan kehinaan itu tidak dilembutkan. Gaya lembut jangan dibiarkan
iiberal, semua ada batasnya. Demikianlah sekarang ini masyarakat digiring ke
arah rasa bahasa bernuansa tidak enak mengenai kata "keras", bahwa keras itu
tidak baik, sehingga kata-kata itu perlu dilembutkan, sebab keras itu tidak
baik. Tidak boleh menghukum anak dengan pukulan, karena itu keras, itu tidak
baik. Dalam hal ilmu logam keras itu baik. Dalam Syari'at kita disuruh
menghukum dengan pukulan jika anak kita sudah berumur sepuluh tahun malas
shalat. Pukulan mendidik menurut Syari'at itu jangan disamakan dengan
menganiaya. Pukulan mendidik menurut Syari'at itu terasa sakit tetapi tidak
berbahaya, seperti misalnya telapak tangan, betis, dipukul pakai mistar,
atau daun telinga dipiting bagian atasnya, jangan bagian bawah. Pukulan yang
tidak menurut Syari'at adalah pukulan yang menganiaya yang menyebabkan anak
cedera, dan itu bisa ditangkap dengan tuduhan melanggar Undang-Undang
Perlindungan Terhadap Anak. Lihatlah akibatnya metode pendidikan yang
menganggap menghukum dengan pukulan itu tidak baik, karena itu keras, lalu
apa hasilnya? Anak-anak menjadi liberal, kurang ajar terhadap orang tua dan
gurunya, bahkan perilaku yang liberal berupa bernakoba dan berseks bebas
yang semakin buas di negeri ini, seperti dijelaskan di atas.

Hasil pendidikan bergaya lembut yang menghasilkan perilaku liberal itu
ibarat tanaman yang diberi pupuk berupa bacaan sampah pornografi dan
tayangan erotis pornoaksi yang menimbulkan hasrat nafsu hewani, serta
disiram air berupa kondom yang menimbulkan rasa aman dan berani untuk
berbuat hina berseks bebas, ditambah pula lagi dengan pendidikan seks yang
menyebabkan para ABG itu tergiur untuk mencobanya, melupakan bahaya yang
timbul akibat berseks bebas itu. Tujuan pendidikan seks itu maksudnya baik,
tetapi tidaklah semua maksud baik itu akan membawa kebaikan pula bagi ABG,
yang dalam masa panca roba, masih bergolak dorongan ingin mencoba, risikonya
itu perkara belakangan.

Seks bebas dan narkoba adalah dua sejoli dalam menyebarkan HIV. Mengapa?
Karena baik seks bebas maupun narkoba masing-masing pakai mekanisme jarum
suntik. Pada seks bebas jarum suntiknya tumpul sedangkan pada narkoba ada
yang pakai jarum suntik yang runcing. Namun ada bedanya, yaitu jarum suntik
yang tumpul "katanya" ada alat proteksi yang disebut kondom, sedangkan jarum
suntik yang runcing tidak ada proteksinya. Saya beri tanda kutip "katanya"
karena kondom itu tidak menjamin sebagai alat proteksi terhadap HIV.
Mengapa?
-- Pertama, many visitors to a sexual health clinic report usage of condoms,
which appears to lead to a statistically significant increase risk of
gonorrhea among men, according to the results of a new study. More than 15
percent of study participants had been diagnosed with either gonorrhea or
chlamydia, some both. [sumber: http://www.msnbc.msn.com/id/8974735]. Kalau
kondom bisa jebol oleh kuman gonorrhea, maka apa susahnya bagi virus yang
ukurannya jauh lebih kecil dari kuman, untuk menjebol.
-- Kedua, ini lebih meyakinkan lagi tidak amannya proteksi berkondom dilihat
dari segi teknologi kondom yang terbuat dari karet lateks, di mana pori-pori
karet lateks itu berdiameter 0,003mm, sedangkan ukuran virus jenis HIV
diameternya 0,000001mm. Perbandingan keduanya adalah seperti pintu gerbang
yang besar dengan seekor tikus. Logikanya "tikus" dengan sangat mudah bisa
mondar-mandir di pintu gerbang yang sangat besar itu tanpa halangan
sedikitpun.

Alhasil, kondom tidaklah aman sebagai alat proteksi. Bangsa ini sudah babak
belur dengan citra negara terkorup no 2. Dan itu semua di alamatkan kepada
ummat Islam, karena ummat Islam yang mayoritas di negara ini. Lalu apa
jadinya bangsa ini jika kemudian menjadi negara seks bebas no 2 juga di
dunia? Tidak! Pertumbuhan populasi peseks bebas harus diredam.
Sekurang-kurangnya grafik pertumbuhan yang menanjak harus dipatahkan dengan
filosofi: kejahatan terjadi karena bertemunya niat dan kesempatan, bertemu
ruas dengan buku. Jadi solusinya ialah: memperbaiki niat dan membuat
mekanisme penghalang kesempatan.

Memperbaiki niat dengan Firman Allah:
-- WLA TQRBWA ALZNY ANH KAN FAhSyt WSAa SBYLA (S. BNY ASRAaYL, 17:32),
dubaca:
-- wala- taqrabuz zina- innahu- ka-na fa-hisyatan wasa-a sabi-lan, artinya:
--  Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu keji dan jalan yang
amat jahat.
Dan membuat mekanisme penghalang kesempatan, yaitu Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi dengan sanksi yang keras harus cepat-cepat
disahkan. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 Februari 2007
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]


----- Original Message ----- 
From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Friday, February 16, 2007 20:46
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ni'mat Allah (Tafsir surat al-Quraish)

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
173. Ibadah Haji, Napak Tilas Nabi IbrahimAS

    Barangkali tulisan ini ada manfaatnya utamanya bagi Jama'ah Calon Haji
yang masih menunggu paspornya di asrama haji. Yaitu bacaan satu halaman
tentang pengertian dan pelaksanaan Ibadah Haji.

    Al Hajju sama artinya dengan Al Qasdu yang berarti pergi kepada
seseorang atau suatu tempat dengan maksud tertentu. Sedangkan pengertian
menurut Syari'at adalah seseorang pergi ke Tanah Haram (Makkah dan
sekitarnya: 'Arafah, Mina) pada waktu yang telah ditetapkan untuk
melaksanakan 'ibadah. Waktu tertentu yang dimaksud adalah: Asyhuru lHajji
Syawwa-lun wa DzulQa'dati wa 'Asyrun min DzulHijjati, bulan-bulan Haji:
Syawwal, DzulQa'dah dan 10 hari bulan DzulHijjah (R.B.). Rukun Haji yaitu:
Ihram, Wuquf di 'Arafah, Thawaf Ifadhah, Sa'i dan bercukur.

    Ihram adalah dalam keadaan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dikerjakan (termasuk berpakaian).

    Wuquf di Arafah yakni berada di Arafah pada 9 DzulHijjah. Thawaf adalah
mengelilingi Ka'bah 7 kali, 3 putaran pertama dikerjakan dengan berlari-lari
kecil dan 4 putaran terakhir dikerjakan dengan berjalan biasa. Sa'i adalah
berjalan antara bukit kecil Safa dengan Marwah dan ada jarak tertentu
ditempuh dengan berlari-lari kecil. Jika Thawaf terputus karena masuk waktu
shalat wajib, maka sesudah shalat wajib dapat dilanjutkan dengan menambah
jumlah putaran. Lain halnya dengan Sa'i, jika terputus harus mengulangi dari
awal kembali, tidak boleh menambah.

    Wuquf di 'Arafah mengingatkan kita akan bertemunya Kakek dan Nenek kita
Adam dan Hawa setelah sekian lama berpisah. Keduanya bertemu kembali di
Jabal Rahmah sebuah bukit yang terletak di Padang 'Arafah.

    Thawaf 7 kali mengingatkan kita akan apa yang telah dilakukan oleh Nabi
Ibrahim AS dan Isma'il (belum menjadi Nabi). Pada waktu membangun kembali
Ka'bah keduanya berkeliling 7 kali barulah selesai membangun. Ka'bah disebut
pula Bayt al-'Atiyq (Rumah Antik), karena merupakan bangunan yang tertua di
dunia ini. Dibangun oleh Kakek dan Nenek kita Adam dan Hawa, namun telah
hilang tatkala banjir pada zamannya Nabi Nuh AS. Pada zaman Nabi Ibrahim AS
hanya tinggal bekasnya berupa dasar Ka'bah. Nabi Ibrahim AS dapat mengetahui
lokasinya atas petunjuk Malaikat Jibril AS, yaitu pada gundukan tanah yang
lebih tinggi dari sekitarnya.

   Dalam bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam
(Hajar al-Aswad) RasuluLah bersabda: "Sesungguhnya yang kulakukan (mencium
Hajar al-Aswad) ini adalah apa yang pernah dilakukan oleh Ibrahim dan
anaknya, janganlah kalian menjadikannya sebagai kewajiban dalam berhaji (HR
Abu Dawud). Nama Hajar al-Aswad diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Memcium
Hajar al-Aswad dapat dilakukan secara lamngsung ataupun dari jauh secara
tidak kangsung, cukup dengan mencium jari-jari/telapak tangan kemudian
lengan dijulurkan dengan menghadapkan telapak tangan ke arah Hajar al-Aswad.
Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium
batu hitam itu karena sukacita. Nabi Ibrahim AS menciumi batu tersebut
dengan rasa suka dan gembira yang teramat sangat tatkala Ismail menceritakan
kepada Nabi Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki tampan
dan gagah yang telah memberikan baru hitam itu kepadanya. "Tahukah engkau
anakku," kata Nabi Ibrahim AS, "siapakah lelaki tampan yang memberikan batu
ini kepadamu?, itulah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia
biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq yang
dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti Hawa," menjelaskan
Nabi Ibrahim AS lebih lanjut.(*)


    Sa'i dari Safa ke Marwah 7 kali pulang balik mengingatkan kita akan
Ibunda Hajar berlari-lari antara bukit Safa dan Marwah untuk mencari air.
Ibunda Hajar tidak mendapatkan air di antara kedua bukit itu, melainkan air
itu didapatkan keluar dari dalam tanah dekat tumit Isma'il yang masih bayi.
Itulah air zam-zam yang kaya akan ion-ion mineral itu.

    Al 'Umratu berasal dari 'AMaRa yang berarti seseorang pergi mengunjungi
suatu tempat. Pengertiannya menurut Syari'at berkunjung ke Makkah pada
setiap waktu dan pada bulan Haji merupakan salah satu rangkaian ibadah Haji.
Rukun 'Umrah ialah Ihram, Thawaf 'Umrah, Sa'i dan bercukur.

    Aplikasi rangkaian Haji dengan 'Umrah ada tiga: Haji dahulu baru 'Umrah
(Ifrad), 'Umrah dahulu baru Haji (Tammatu') dan Haji dan 'Umrah dilakukan
sekaligus (Qiran). Kedua aplikasi yang terakhir kena dam (denda).

    Pelaksanaan ibadah Haji dimulai pada Yawmu lTarwiyah yaitu pada 8
DzulHijjah. Disebut demikian karena pada hari itu RasuluLlah SAW dalam
perjalanan beliau ke Arafah melepaskan dahaga (Tarwiyah) di Mina. Azh Zhahra
wa l'Ashra Yawma tTarwiyati biMinay, shalat Zhuhur dan 'Asar pada hari
Tarwiyah di Mina (R.B.). Sebelum Hari Tarwiyah yang mengambil Haji Tamattu'
dan Qiran harus lebih dahulu membayar harga kambing 2 ekor di bank di
Makkah. Seekor untuk dam dan seekor untuk hewan qurban. Yang akan mengambil
Haji Ifrad hanya membayar harga seekor kambing untuk hewan qurban.

    Menyembelih hewan qurban mengingatkan kita akan peristiwa Isma'il yang
tidak jadi diqurbankan, melainkan diganti dengan dengan domba, suatu hal
yang ditekankan oleh Allah SWT bahwa manusia dan kemanusiaan tidak boleh
dikurbankan untuk tujuan apapun juga.

    Pada 9 DzulHijjah, yang disebut Yawmu l'Arafah, jama'ah Wuquf di
'Arafah, dan itulah inti ibadah Haji. Di 'Arafah jama'ah menjama' shalat
Zhuhur dan 'Asar, mendengarkan Khuthbah dan membaca do'a. Yajma'uwna bayna
zhZhuhri wa l'Ashari fiy Sunnah, menjama' shalat Zhuhur dan 'Asar menurut
Sunnah (R.B.).

    Kemudian jama'ah meninggalkan 'Arafah menuju Mina, singgah mabit
(bermalam, prakteknya menunggu hingga liwat tengah malam) di Muzdalifah. Di
sini shalat Magrib dijama' dengan 'Isya. Jama'a Nabiyyu Sh.'A.W. bayna
lMaghribi wa l'Isya-i, Nabi SAW menjama' shalat Magrib dan 'Isya (R.B.).
Malam itu sejak matahari terbenam, masuklah 10 DzulHijjah, yaitu Hari Raya
'Iyd Al-Adhha..

    Sesudah memungut batu kerikil jama'ah meneruskan perjalanan ke Mina
untuk melontar Jumrah 'Aqabah. Sesudah bercukur maka sudah dihalalkan
(tahallul) melakukan perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan ihram,
kecuali bercampur suami isteri. Tahallul yang masih dilarang bercampur itu
disebut tahallul awwal.

    Adapun Jama'ah yang keadaan fisiknya masih segar sesudah melontar Jumrah
Aqabah dapat ke Makkah untuk Thawaf Ifadhah,   Sa'i, dan bercukur kalau
belum sempat bercukur di Mina, dan dan shalat 'Iyd Al-Addha. Setelah itu
sudah dibolehkan bercampur, keadaan ini disebut tahallul tsani. Sesudah itu
harus tiba kembali di Mina sebelum matahari terbenam.

    Pada hari-hari 11, 12, 13 DzulHijjah, yang  disebut Ayya-mu lTasyriq,
hari-hari Tasyriq, jama'ah bermalam dan melempar Jumrah Ula, Wustha dan
Aqabah di Mina. Jama'ah yang mengambil nafar awwal (rombongan pertama),
yaitu yang melempar jumrah hanya dua hari tasyriq (11 dan 12), melontarkan
49 biji kerikil dengan perincian 7 lontaran pada Jumrah Aqabah pada 10
DzulHijjah, ditambah 3 x 7 = 21 lontaran pada Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah
pada 11 DzulHijjah, ditambah 3 x 7 = 21 pada 12 DzulHijjah. Bagi jama'ah
yang mengambil nafar tsani, yaitu yang melempar jumrah pada tiga hari
tasyriq (11, 12, 13) maka lontarannya ditambah lagi 3 x 7 = 21, sehingga
seluruhnya 70 biji kerikil yang dilontarkan.

    Melontar jumrah mengingatkan kita akan peristiwa dilontarnya setan yang
mencoba mempengaruhi agar Nabi Ibrahim AS mengurungkan niatnya untuk
menyembelih puteranya, yaitu Isma'il yang sudah menjelang remaja.

    Setelah selesai melempar jumrah di Mina, lalu kembali lagi ke Makkah
untuk melakukan upacara perpisahan dengan Tanah Suci yang merupakan upacara
penutup rangkaian Ibadah Haji yaitu melakukan Thawaf Wada.

    Berniat Ihram dari Miqat, bermalam di Muzdalifah, bermalam dan melempar
jumrah di Mina, dan Thawaf Wada adalah wajib. setingkat di bawah rukun.
Kalau rukun tidak dikerjakan ibadahnya tidak sah, sedangkan kalau yang wajib
tidak dikerjakan, ibadah haji tetap sah apabila membayar dam.

    Adapun hal-hal yang teperinci seperti bacaan niat, talbiyah, doa pada
waktu Wuquf, Thawaf, Sa'i dan melempar jumrah, perincian 'amalan 'ibadah
sunnat seperti Thawaf Qudum, Shalat sunnat, perincian bayaran dam dan
lain-lain dapat dibaca dalam buku Manasik Haji.

*** Makassar, 23 April 1995
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
------------------------------------

(*)
Hajar al-Aswad (batu hitam) dijumpai oleh Ismail (belum jadi Nabi) tatkala
dia diperintahkan oleh ayahadanya, Nabi Ibrahim AS untuk mencari bahan
binaan (batu) ketika baginda berdua di dalam proses membangun Ka'bah
(BaituLlah). Tatkala pembinaan BaituLlah itu selesai, Nabi Ibrahim AS lalu
memerintahkan anakanda baginda,  Ismail: "Pergilah engkau mencari sebuah
batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia". (Jadi berbeda
dengan kebiasaan kita sekarang dilazimkan "perletakan batu pertama", maka
Nabi Ibrahim AS melakukan "perletakan batu terakhir"). Maka Ismailpun pergi
mencari batu tersebut seperti yang diminta oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika
Ismail sedang duduk beristirahat melepaskan penat lelahnya, tiba-tiba sahaja
dihadapannya berdiri seorang lelaki yang begitu tampan dan gagah, sambil
membawa sebuah batu yang berwarna hitam dan berkilat. Sambil tersenyum
ramah, lelaki tersebut menyerahkan batu hitam tersebut kepada Ismail dan
menyuruhnya segera pergi kepada ayahandanya. Berangkatlah Ismail membawa
batu hitam tersebut dan setibanya di hadapan Nabi Ibrahim AS,
diserahkannyalah batu hitam tersebut kepada Nabi Ibrahim AS.  Melihat bentuk
batu dan warna batu itu, Nabi Ibrahim AS menatap wajah Ismail seraya
bertanya: "Dari mana kau dapatkan batu ini?" Maka Ismailpun menceritakan
segalanya kepada Nabi Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki
tampan dan gagah yang telah menolongnya.

Mendengar penjelasan putera kesayangannya itu, Nabi Ibrahim AS dengan serta
merta menciumi batu tersebut dengan rasa suka dan gembira yang teramat
sangat. Menyaksikan tingkah laku ayahandanya yang agak ganjil itu, Ismailpun
menjadi heran.  Melihat perubahan pada wajah putera kesayangannya yang
keheranan, maka dipanggilnyalah Ismail duduk dekat dirinya.  Lalu Nabi
Ibrahim AS berkata: "Tahukah engkau anakku, siapakah lelaki tampan yang
memberikan batu ini kepadamu?," sambil menunjuk ke arah batu hitam yang
telah diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS di atas tanah.  Ismail menggelengkan
kepalanya.  "Lelaki tampan itu tadi adalah Malaikat Jibril AS yang menjelma
menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait
al-Atiq yang dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti
Hawa," menjelaskan Nabi Ibrahim AS.

Sejak itulah dan sampai sekarang ini, setiap orang yang bertawaf
mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad)
dan nama Hajar al-Aswad pun, diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS
bersama Ismail 7 kali berkeliling dalam membangun itu, dan tawaf 7 kali
berkeliling BaituLlah merupakan napak tilas mereka berdua. Mencium Hajar
al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu
karena sukacita. Di samping itu untuk menguji keimanan ummat Islam tatkala
mencium Hajar al-Aswad, yaitu meniatkan dalam hati bahwa batu hitam itu
tidak ada apa-apanya, batu itu tidaklah sakral. Haji Eros Jarot sutradara
film Cut Nyak Dien menyatakan bahwa ia tidak berani mencium Hajar al-Aswad,
ia cukup dengan mencium tangannya lalu menempelkannya ke Hajar al-Aswad,
katanya ia kuatir tatkala mencium batu itu lalu timbul pikirannya yang
lain-lain.

Hajar al-Aswad adalah istimewa, karena tidak pernah disembah sebagai berhala
oleh orang Arab jahiliyah yang telah menyimpang dari ajaran Nabi Ismail AS,
dari beragama Tawhid menjadi penyembah berhala. Juga Hajar al-Aswad tidak
pernah dijadikan wasilah (medium, perantara) dalam menyembah Allah oleh
orang Arab jahiliyah. Bahwa nama Allah telah dikenal oleh orang Arab
jahiliyah, buktinya nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah AbduLlah, artinya
Hamba Allah. Mengenal nama Allah itu merupakan ajaran yang masih tersisa
dari Nabi Ismail AS, termasuk tawaf menapak tilas pembangunan BaituLlah 7
kali berkeliling dari Nabi Ibrahim AS dan Ismail seperti telah disebutkan di
atas itu. Namun napak tilas itu telah diselewengkan orang Arab Jahiliyah
kerena mereka melakukannya dengan telanjang bulat.




----- Original Message ----- 
From: "total_sacrifice" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Friday, February 16, 2007 16:02
Subject: [wanita-muslimah] Re: Ni'mat Allah (Tafsir surat al-Quraish)


> punya kantong Doraemon masalah Hajar Aswat gak? kenapa dinamain hajar
> aswat? apa kalau mencium batu itu sambil membayangkan nyium Siti Hajar
> atau gimana?
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> > Oh, oh, ini ana kirim Seri 026 yang Abah toles ttg Quraisy dan sekuler.
> > Muammar Qaddhafi yang nongol di depan PC-nya Abah pd mlm/hr Jum'at
> >
> > mqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmq
> >
> > BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
> > [Kolom Tetap Harian Fajar]
> > WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> >
> > 026 Berhala Tradisional dan Berhala Modern
> >
> > Tulisan ini masih berupa oleh-oleh dari pulang mudik. Pada waktu pulang
> > mudik itu, disamping amanah yang diberikan oleh PHBI, juga diminta untuk
> > membaca Khuthbah Jum'at di Masjid Raya ibu kota kabupaten setempat.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke