BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 766. Seks Bebas, Kondom dan HIV/AIDS
Hasil survei yang dilakukan oleh Annisa Fondation baru-baru ini cukup mengejutkan karena 42,3 persen pelajar perempuan telah melakukan hubungan seks pra-nikah. Siaran pers Annisa Foundation, sebuah lembaga independen yang bergerak dibidang kemanusian dan kesejahteraan gender, menerangkan sebanyak 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah hilang keperawanannya saat duduk di bangku sekolah. Yang lebih memprihatinkan, di antara responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan atau atas dasar suka sama suka karena kebutuhan. Beberapa responden mengaku melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan dan tidak bersifat komersil. Direktur Annisa Foundation, Laila Sukmadevi, dalam siaran pers itu mengatakan, penelitian dilakukan selama enam bulan mulai Juli hingga Desember 2006 dengan melibatkan sekitar 412 responden yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri maupun swasta di Cianjur dan Cipanas. Disebutkan Laila, berdasarkan hasil survei, total responden yang belum pernah melakukan kegiatan seks berpasangan hanya 18,3 persen. Sedangkan lebih dari 60 persen telah melakukan kegiatan seks berpasangan. Dari jumlah itu 12 persen menggunakan metode coitus interuptus (meludah keluar jendela) dan selebihnya pilih alat kontrasepsi, yaitu kondom yang dijual bebas di pasaran. Seks pra-nikah adalah gaya pelembut (euphemism) dari seks bebas. Sebenarnya ada hal yang pantas dilembutkan, namun ada pula yang tidak pantas, termasuk di antaranya seks bebas itu. Juga seperti misalnya PSK pekerja seks komersiel untuk pelacur serta kata-kata lainnya yang menunjukkan perbuatan ataupun status yang hina lainnya. Biarkanlah semua kata-kata yang menunjukkan kehinaan itu tidak dilembutkan. Gaya lembut jangan dibiarkan iiberal, semua ada batasnya. Demikianlah sekarang ini masyarakat digiring ke arah rasa bahasa bernuansa tidak enak mengenai kata "keras", bahwa keras itu tidak baik, sehingga kata-kata itu perlu dilembutkan, sebab keras itu tidak baik. Tidak boleh menghukum anak dengan pukulan, karena itu keras, itu tidak baik. Dalam hal ilmu logam keras itu baik. Dalam Syari'at kita disuruh menghukum dengan pukulan jika anak kita sudah berumur sepuluh tahun malas shalat. Pukulan mendidik menurut Syari'at itu jangan disamakan dengan menganiaya. Pukulan mendidik menurut Syari'at itu terasa sakit tetapi tidak berbahaya, seperti misalnya telapak tangan, betis, dipukul pakai mistar, atau daun telinga dipiting bagian atasnya, jangan bagian bawah. Pukulan yang tidak menurut Syari'at adalah pukulan yang menganiaya yang menyebabkan anak cedera, dan itu bisa ditangkap dengan tuduhan melanggar Undang-Undang Perlindungan Terhadap Anak. Lihatlah akibatnya metode pendidikan yang menganggap menghukum dengan pukulan itu tidak baik, karena itu keras, lalu apa hasilnya? Anak-anak menjadi liberal, kurang ajar terhadap orang tua dan gurunya, bahkan perilaku yang liberal berupa bernakoba dan berseks bebas yang semakin buas di negeri ini, seperti dijelaskan di atas. Hasil pendidikan bergaya lembut yang menghasilkan perilaku liberal itu ibarat tanaman yang diberi pupuk berupa bacaan sampah pornografi dan tayangan erotis pornoaksi yang menimbulkan hasrat nafsu hewani, serta disiram air berupa kondom yang menimbulkan rasa aman dan berani untuk berbuat hina berseks bebas, ditambah pula lagi dengan pendidikan seks yang menyebabkan para ABG itu tergiur untuk mencobanya, melupakan bahaya yang timbul akibat berseks bebas itu. Tujuan pendidikan seks itu maksudnya baik, tetapi tidaklah semua maksud baik itu akan membawa kebaikan pula bagi ABG, yang dalam masa panca roba, masih bergolak dorongan ingin mencoba, risikonya itu perkara belakangan. Seks bebas dan narkoba adalah dua sejoli dalam menyebarkan HIV. Mengapa? Karena baik seks bebas maupun narkoba masing-masing pakai mekanisme jarum suntik. Pada seks bebas jarum suntiknya tumpul sedangkan pada narkoba ada yang pakai jarum suntik yang runcing. Namun ada bedanya, yaitu jarum suntik yang tumpul "katanya" ada alat proteksi yang disebut kondom, sedangkan jarum suntik yang runcing tidak ada proteksinya. Saya beri tanda kutip "katanya" karena kondom itu tidak menjamin sebagai alat proteksi terhadap HIV. Mengapa? -- Pertama, many visitors to a sexual health clinic report usage of condoms, which appears to lead to a statistically significant increase risk of gonorrhea among men, according to the results of a new study. More than 15 percent of study participants had been diagnosed with either gonorrhea or chlamydia, some both. [sumber: http://www.msnbc.msn.com/id/8974735]. Kalau kondom bisa jebol oleh kuman gonorrhea, maka apa susahnya bagi virus yang ukurannya jauh lebih kecil dari kuman, untuk menjebol. -- Kedua, ini lebih meyakinkan lagi tidak amannya proteksi berkondom dilihat dari segi teknologi kondom yang terbuat dari karet lateks, di mana pori-pori karet lateks itu berdiameter 0,003mm, sedangkan ukuran virus jenis HIV diameternya 0,000001mm. Perbandingan keduanya adalah seperti pintu gerbang yang besar dengan seekor tikus. Logikanya "tikus" dengan sangat mudah bisa mondar-mandir di pintu gerbang yang sangat besar itu tanpa halangan sedikitpun. Alhasil, kondom tidaklah aman sebagai alat proteksi. Bangsa ini sudah babak belur dengan citra negara terkorup no 2. Dan itu semua di alamatkan kepada ummat Islam, karena ummat Islam yang mayoritas di negara ini. Lalu apa jadinya bangsa ini jika kemudian menjadi negara seks bebas no 2 juga di dunia? Tidak! Pertumbuhan populasi peseks bebas harus diredam. Sekurang-kurangnya grafik pertumbuhan yang menanjak harus dipatahkan dengan filosofi: kejahatan terjadi karena bertemunya niat dan kesempatan, bertemu ruas dengan buku. Jadi solusinya ialah: memperbaiki niat dan membuat mekanisme penghalang kesempatan. Memperbaiki niat dengan Firman Allah: -- WLA TQRBWA ALZNY ANH KAN FAhSyt WSAa SBYLA (S. BNY ASRAaYL, 17:32), dubaca: -- wala- taqrabuz zina- innahu- ka-na fa-hisyatan wasa-a sabi-lan, artinya: -- Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu keji dan jalan yang amat jahat. Dan membuat mekanisme penghalang kesempatan, yaitu Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dengan sanksi yang keras harus cepat-cepat disahkan. WaLlahu a'lamu bisshawab. *** Makassar, 18 Februari 2007 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ----- Original Message ----- From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Friday, February 16, 2007 20:46 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ni'mat Allah (Tafsir surat al-Quraish) BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 173. Ibadah Haji, Napak Tilas Nabi IbrahimAS Barangkali tulisan ini ada manfaatnya utamanya bagi Jama'ah Calon Haji yang masih menunggu paspornya di asrama haji. Yaitu bacaan satu halaman tentang pengertian dan pelaksanaan Ibadah Haji. Al Hajju sama artinya dengan Al Qasdu yang berarti pergi kepada seseorang atau suatu tempat dengan maksud tertentu. Sedangkan pengertian menurut Syari'at adalah seseorang pergi ke Tanah Haram (Makkah dan sekitarnya: 'Arafah, Mina) pada waktu yang telah ditetapkan untuk melaksanakan 'ibadah. Waktu tertentu yang dimaksud adalah: Asyhuru lHajji Syawwa-lun wa DzulQa'dati wa 'Asyrun min DzulHijjati, bulan-bulan Haji: Syawwal, DzulQa'dah dan 10 hari bulan DzulHijjah (R.B.). Rukun Haji yaitu: Ihram, Wuquf di 'Arafah, Thawaf Ifadhah, Sa'i dan bercukur. Ihram adalah dalam keadaan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dikerjakan (termasuk berpakaian). Wuquf di Arafah yakni berada di Arafah pada 9 DzulHijjah. Thawaf adalah mengelilingi Ka'bah 7 kali, 3 putaran pertama dikerjakan dengan berlari-lari kecil dan 4 putaran terakhir dikerjakan dengan berjalan biasa. Sa'i adalah berjalan antara bukit kecil Safa dengan Marwah dan ada jarak tertentu ditempuh dengan berlari-lari kecil. Jika Thawaf terputus karena masuk waktu shalat wajib, maka sesudah shalat wajib dapat dilanjutkan dengan menambah jumlah putaran. Lain halnya dengan Sa'i, jika terputus harus mengulangi dari awal kembali, tidak boleh menambah. Wuquf di 'Arafah mengingatkan kita akan bertemunya Kakek dan Nenek kita Adam dan Hawa setelah sekian lama berpisah. Keduanya bertemu kembali di Jabal Rahmah sebuah bukit yang terletak di Padang 'Arafah. Thawaf 7 kali mengingatkan kita akan apa yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan Isma'il (belum menjadi Nabi). Pada waktu membangun kembali Ka'bah keduanya berkeliling 7 kali barulah selesai membangun. Ka'bah disebut pula Bayt al-'Atiyq (Rumah Antik), karena merupakan bangunan yang tertua di dunia ini. Dibangun oleh Kakek dan Nenek kita Adam dan Hawa, namun telah hilang tatkala banjir pada zamannya Nabi Nuh AS. Pada zaman Nabi Ibrahim AS hanya tinggal bekasnya berupa dasar Ka'bah. Nabi Ibrahim AS dapat mengetahui lokasinya atas petunjuk Malaikat Jibril AS, yaitu pada gundukan tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Dalam bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad) RasuluLah bersabda: "Sesungguhnya yang kulakukan (mencium Hajar al-Aswad) ini adalah apa yang pernah dilakukan oleh Ibrahim dan anaknya, janganlah kalian menjadikannya sebagai kewajiban dalam berhaji (HR Abu Dawud). Nama Hajar al-Aswad diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Memcium Hajar al-Aswad dapat dilakukan secara lamngsung ataupun dari jauh secara tidak kangsung, cukup dengan mencium jari-jari/telapak tangan kemudian lengan dijulurkan dengan menghadapkan telapak tangan ke arah Hajar al-Aswad. Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu karena sukacita. Nabi Ibrahim AS menciumi batu tersebut dengan rasa suka dan gembira yang teramat sangat tatkala Ismail menceritakan kepada Nabi Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki tampan dan gagah yang telah memberikan baru hitam itu kepadanya. "Tahukah engkau anakku," kata Nabi Ibrahim AS, "siapakah lelaki tampan yang memberikan batu ini kepadamu?, itulah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq yang dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti Hawa," menjelaskan Nabi Ibrahim AS lebih lanjut.(*) Sa'i dari Safa ke Marwah 7 kali pulang balik mengingatkan kita akan Ibunda Hajar berlari-lari antara bukit Safa dan Marwah untuk mencari air. Ibunda Hajar tidak mendapatkan air di antara kedua bukit itu, melainkan air itu didapatkan keluar dari dalam tanah dekat tumit Isma'il yang masih bayi. Itulah air zam-zam yang kaya akan ion-ion mineral itu. Al 'Umratu berasal dari 'AMaRa yang berarti seseorang pergi mengunjungi suatu tempat. Pengertiannya menurut Syari'at berkunjung ke Makkah pada setiap waktu dan pada bulan Haji merupakan salah satu rangkaian ibadah Haji. Rukun 'Umrah ialah Ihram, Thawaf 'Umrah, Sa'i dan bercukur. Aplikasi rangkaian Haji dengan 'Umrah ada tiga: Haji dahulu baru 'Umrah (Ifrad), 'Umrah dahulu baru Haji (Tammatu') dan Haji dan 'Umrah dilakukan sekaligus (Qiran). Kedua aplikasi yang terakhir kena dam (denda). Pelaksanaan ibadah Haji dimulai pada Yawmu lTarwiyah yaitu pada 8 DzulHijjah. Disebut demikian karena pada hari itu RasuluLlah SAW dalam perjalanan beliau ke Arafah melepaskan dahaga (Tarwiyah) di Mina. Azh Zhahra wa l'Ashra Yawma tTarwiyati biMinay, shalat Zhuhur dan 'Asar pada hari Tarwiyah di Mina (R.B.). Sebelum Hari Tarwiyah yang mengambil Haji Tamattu' dan Qiran harus lebih dahulu membayar harga kambing 2 ekor di bank di Makkah. Seekor untuk dam dan seekor untuk hewan qurban. Yang akan mengambil Haji Ifrad hanya membayar harga seekor kambing untuk hewan qurban. Menyembelih hewan qurban mengingatkan kita akan peristiwa Isma'il yang tidak jadi diqurbankan, melainkan diganti dengan dengan domba, suatu hal yang ditekankan oleh Allah SWT bahwa manusia dan kemanusiaan tidak boleh dikurbankan untuk tujuan apapun juga. Pada 9 DzulHijjah, yang disebut Yawmu l'Arafah, jama'ah Wuquf di 'Arafah, dan itulah inti ibadah Haji. Di 'Arafah jama'ah menjama' shalat Zhuhur dan 'Asar, mendengarkan Khuthbah dan membaca do'a. Yajma'uwna bayna zhZhuhri wa l'Ashari fiy Sunnah, menjama' shalat Zhuhur dan 'Asar menurut Sunnah (R.B.). Kemudian jama'ah meninggalkan 'Arafah menuju Mina, singgah mabit (bermalam, prakteknya menunggu hingga liwat tengah malam) di Muzdalifah. Di sini shalat Magrib dijama' dengan 'Isya. Jama'a Nabiyyu Sh.'A.W. bayna lMaghribi wa l'Isya-i, Nabi SAW menjama' shalat Magrib dan 'Isya (R.B.). Malam itu sejak matahari terbenam, masuklah 10 DzulHijjah, yaitu Hari Raya 'Iyd Al-Adhha.. Sesudah memungut batu kerikil jama'ah meneruskan perjalanan ke Mina untuk melontar Jumrah 'Aqabah. Sesudah bercukur maka sudah dihalalkan (tahallul) melakukan perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan ihram, kecuali bercampur suami isteri. Tahallul yang masih dilarang bercampur itu disebut tahallul awwal. Adapun Jama'ah yang keadaan fisiknya masih segar sesudah melontar Jumrah Aqabah dapat ke Makkah untuk Thawaf Ifadhah, Sa'i, dan bercukur kalau belum sempat bercukur di Mina, dan dan shalat 'Iyd Al-Addha. Setelah itu sudah dibolehkan bercampur, keadaan ini disebut tahallul tsani. Sesudah itu harus tiba kembali di Mina sebelum matahari terbenam. Pada hari-hari 11, 12, 13 DzulHijjah, yang disebut Ayya-mu lTasyriq, hari-hari Tasyriq, jama'ah bermalam dan melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah di Mina. Jama'ah yang mengambil nafar awwal (rombongan pertama), yaitu yang melempar jumrah hanya dua hari tasyriq (11 dan 12), melontarkan 49 biji kerikil dengan perincian 7 lontaran pada Jumrah Aqabah pada 10 DzulHijjah, ditambah 3 x 7 = 21 lontaran pada Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada 11 DzulHijjah, ditambah 3 x 7 = 21 pada 12 DzulHijjah. Bagi jama'ah yang mengambil nafar tsani, yaitu yang melempar jumrah pada tiga hari tasyriq (11, 12, 13) maka lontarannya ditambah lagi 3 x 7 = 21, sehingga seluruhnya 70 biji kerikil yang dilontarkan. Melontar jumrah mengingatkan kita akan peristiwa dilontarnya setan yang mencoba mempengaruhi agar Nabi Ibrahim AS mengurungkan niatnya untuk menyembelih puteranya, yaitu Isma'il yang sudah menjelang remaja. Setelah selesai melempar jumrah di Mina, lalu kembali lagi ke Makkah untuk melakukan upacara perpisahan dengan Tanah Suci yang merupakan upacara penutup rangkaian Ibadah Haji yaitu melakukan Thawaf Wada. Berniat Ihram dari Miqat, bermalam di Muzdalifah, bermalam dan melempar jumrah di Mina, dan Thawaf Wada adalah wajib. setingkat di bawah rukun. Kalau rukun tidak dikerjakan ibadahnya tidak sah, sedangkan kalau yang wajib tidak dikerjakan, ibadah haji tetap sah apabila membayar dam. Adapun hal-hal yang teperinci seperti bacaan niat, talbiyah, doa pada waktu Wuquf, Thawaf, Sa'i dan melempar jumrah, perincian 'amalan 'ibadah sunnat seperti Thawaf Qudum, Shalat sunnat, perincian bayaran dam dan lain-lain dapat dibaca dalam buku Manasik Haji. *** Makassar, 23 April 1995 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ------------------------------------ (*) Hajar al-Aswad (batu hitam) dijumpai oleh Ismail (belum jadi Nabi) tatkala dia diperintahkan oleh ayahadanya, Nabi Ibrahim AS untuk mencari bahan binaan (batu) ketika baginda berdua di dalam proses membangun Ka'bah (BaituLlah). Tatkala pembinaan BaituLlah itu selesai, Nabi Ibrahim AS lalu memerintahkan anakanda baginda, Ismail: "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia". (Jadi berbeda dengan kebiasaan kita sekarang dilazimkan "perletakan batu pertama", maka Nabi Ibrahim AS melakukan "perletakan batu terakhir"). Maka Ismailpun pergi mencari batu tersebut seperti yang diminta oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika Ismail sedang duduk beristirahat melepaskan penat lelahnya, tiba-tiba sahaja dihadapannya berdiri seorang lelaki yang begitu tampan dan gagah, sambil membawa sebuah batu yang berwarna hitam dan berkilat. Sambil tersenyum ramah, lelaki tersebut menyerahkan batu hitam tersebut kepada Ismail dan menyuruhnya segera pergi kepada ayahandanya. Berangkatlah Ismail membawa batu hitam tersebut dan setibanya di hadapan Nabi Ibrahim AS, diserahkannyalah batu hitam tersebut kepada Nabi Ibrahim AS. Melihat bentuk batu dan warna batu itu, Nabi Ibrahim AS menatap wajah Ismail seraya bertanya: "Dari mana kau dapatkan batu ini?" Maka Ismailpun menceritakan segalanya kepada Nabi Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki tampan dan gagah yang telah menolongnya. Mendengar penjelasan putera kesayangannya itu, Nabi Ibrahim AS dengan serta merta menciumi batu tersebut dengan rasa suka dan gembira yang teramat sangat. Menyaksikan tingkah laku ayahandanya yang agak ganjil itu, Ismailpun menjadi heran. Melihat perubahan pada wajah putera kesayangannya yang keheranan, maka dipanggilnyalah Ismail duduk dekat dirinya. Lalu Nabi Ibrahim AS berkata: "Tahukah engkau anakku, siapakah lelaki tampan yang memberikan batu ini kepadamu?," sambil menunjuk ke arah batu hitam yang telah diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS di atas tanah. Ismail menggelengkan kepalanya. "Lelaki tampan itu tadi adalah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq yang dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti Hawa," menjelaskan Nabi Ibrahim AS. Sejak itulah dan sampai sekarang ini, setiap orang yang bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad) dan nama Hajar al-Aswad pun, diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS bersama Ismail 7 kali berkeliling dalam membangun itu, dan tawaf 7 kali berkeliling BaituLlah merupakan napak tilas mereka berdua. Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu karena sukacita. Di samping itu untuk menguji keimanan ummat Islam tatkala mencium Hajar al-Aswad, yaitu meniatkan dalam hati bahwa batu hitam itu tidak ada apa-apanya, batu itu tidaklah sakral. Haji Eros Jarot sutradara film Cut Nyak Dien menyatakan bahwa ia tidak berani mencium Hajar al-Aswad, ia cukup dengan mencium tangannya lalu menempelkannya ke Hajar al-Aswad, katanya ia kuatir tatkala mencium batu itu lalu timbul pikirannya yang lain-lain. Hajar al-Aswad adalah istimewa, karena tidak pernah disembah sebagai berhala oleh orang Arab jahiliyah yang telah menyimpang dari ajaran Nabi Ismail AS, dari beragama Tawhid menjadi penyembah berhala. Juga Hajar al-Aswad tidak pernah dijadikan wasilah (medium, perantara) dalam menyembah Allah oleh orang Arab jahiliyah. Bahwa nama Allah telah dikenal oleh orang Arab jahiliyah, buktinya nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah AbduLlah, artinya Hamba Allah. Mengenal nama Allah itu merupakan ajaran yang masih tersisa dari Nabi Ismail AS, termasuk tawaf menapak tilas pembangunan BaituLlah 7 kali berkeliling dari Nabi Ibrahim AS dan Ismail seperti telah disebutkan di atas itu. Namun napak tilas itu telah diselewengkan orang Arab Jahiliyah kerena mereka melakukannya dengan telanjang bulat. ----- Original Message ----- From: "total_sacrifice" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Friday, February 16, 2007 16:02 Subject: [wanita-muslimah] Re: Ni'mat Allah (Tafsir surat al-Quraish) > punya kantong Doraemon masalah Hajar Aswat gak? kenapa dinamain hajar > aswat? apa kalau mencium batu itu sambil membayangkan nyium Siti Hajar > atau gimana? > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Oh, oh, ini ana kirim Seri 026 yang Abah toles ttg Quraisy dan sekuler. > > Muammar Qaddhafi yang nongol di depan PC-nya Abah pd mlm/hr Jum'at > > > > mqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmq > > > > BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM > > [Kolom Tetap Harian Fajar] > > WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU > > > > 026 Berhala Tradisional dan Berhala Modern > > > > Tulisan ini masih berupa oleh-oleh dari pulang mudik. Pada waktu pulang > > mudik itu, disamping amanah yang diberikan oleh PHBI, juga diminta untuk > > membaca Khuthbah Jum'at di Masjid Raya ibu kota kabupaten setempat. __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com