Memang ironis sebab AS itu sangat ketat kebijakan imigrasinya sehingga
hanya yg mampu yg bisa hijrah ke sana dan kebanyakan dengan
bersekolah/kulah di sana atau bawa duit ratusan ribu dollar utk
investasi.  Tentunya mereka sudah middle class sudah modern
pemikirannya utk dapat membiayai uang kuliah yg mahal di AS dan bisa
menyelesaikan sekolahnya.  Begitu lulus tentu bisa lebih produktif dan
ikut dalam mainstream economy.  Kebijakan imigrasi AS lebih bersifat
memilih yg produktif.  Keberhasilan ini tentu dg merugikan negara asal
karena terjadi braindrain.

Lain di Eropah di mana kebijakan imigrasinya lebih lunak dan lebih
berspirit kemanusiaan.  Banyak yg hijrah ke sana karena mereka diusir
dari negara syariat di mana mereka berasal.  Mereka datang dari desa
bukan dari kota.  Mereka diterima karena lebih demi kemanusiaan. 
Karena budaya mereka lebih desa makanya lebih sukar berintegrasi dg
mainstream economy.  Di Jerman dan di Inggris ada komunitas yg
tertutup yg boleh dikatakan mirip bedol desa program transmigrasi kita
dulu.  Bagaimana kalau bedol desa itu bisa berintegrasi?

Selain itu juga kesempatan kerja di Eropa lebih ketat.  Di Inggris
lagi booming tetapi Perancis belum sehingga tingkat pengangguran
tinggi.  Mereka yg complain dan menganggur di Perancis lucunya tetap
memperoleh tunjangan sosial dari pemerintah Perancis yg berasal dari
pajak rakyat Perancis.  Dan mereka complain terus tapi disuruh pulang
enggak mau.  Kalau complain aja mending malah ada yg ngajak perang
melawan negara yg menampung dan menjamin mereka! Terus mereka menuntut
agar kolam renang putra putri dipisah, lapangan bermain dipisah, dsb
dsb; tetapi mereka enggak bayar pajak malahan makan dari hasil pajak
orang lain.  Rupanya enakan jadi parasit makmur di negeri kafir
daripada harus banting tulang tetap miskin di negara syariat milik
sendiri.  

Lucu ya.  Tapi ini kenyataaan di Inggris, Perancis, Jerman. Bisakah
kita mengerti mengapa ada Islamophobia di Eropah?  Imigran muslim di
Eropah masih belum dianggap anggota masyarakat yg produktif, karena
memang tidak produktif.  Yang mereka hafal itu halal, haram, zina,
aurat tetapi tidak ada skills yg dapat dipakai utk cari duit secara
halal atau yg kompetitif secara global.  Bisa bikin apa mereka ini?

Ayo gimana dong solusinya?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "khaidarmak" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Ya, saya setuju kalo salah satu yg menjadi sebab kerusuhan di prancis
> kemarin karena masih adanya diskriminasi dan ketimpangan ekonomi. Kaum
> imigran2 ini walaupun sudah generasi kedua dan dilahirkan di sana,
> masih dianggap sbg kaum imigran juga, masih dipandang sbg "the other".
> Di inggris juga begitu, keadaannya hampir sama. Hal ini berbeda dgn
> apa yg terjadi di amrik. Kaum muslim di sana lebih mampu berintegrasi.
> Bisa jadi, penyebabnya adalah kaum muslim di amrik rata2 dari kelompok
> yg berpendidikan dan berpenghasilan tinggi dibandingkan saudaranya yg
> di eropa yg kebanyakan berpenghasilan rendah. 
> 
> Khaidar
> http://leluconsinga.wordpress.com
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "ariel" <ariela4ever@> wrote:
> >
> > 
> > Anda benar, anglo saxon itu dari Inggris. 
> > 
> > Jika mengacu pada kasus kerusuhan di perancis tahun 2005, jelas
> > terlihat bahwa motif kerusuhan itu timbul di daerah2 miskin yang
> > dihuni oleh imigran. Kebanyakan kaum imigran di perancis adalah
> > generasi kedua yang lahir dan besar di negara tersebut. Pada
> > masyarakat egaliter seperti di eropa, ketimpangan ekonomi & sosial
> > tidak bisa dilepaskan dari tanggungjawab pemerintah. Faktor utama
> > timbulnya kerusuhan adalah ketidakadilan, dan masalah yang timbul di
> > perancis dalah ketimpangan lahan pekerjaan, pendidikan bagi kaum
> > imigran. Menurut saya salah satu cara untuk meredam ketimpangan sosial
> > ini adalah dengan mengucurkan kredit mikro, memberikan lahan
> > pendidikan, bagi para imigran. Mungkin proses asimilasi akan lebih
> > berhasil.  
> > 
> > salam,
> > -ariel
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> wrote:
> > >
> > > Anglo-Saxon?  Anglo Saxon itu Inggris bukan Perancis bung Ariel.
 Coba
> > > jangan diaduk2.  
> > > 
> > > Integrasi sosial juga tidak bisa berlangsung kalau yg mau
diintegrasi
> > > enggak mau beradaptasi.  Saya mengalami sendiri di Inggris bahwa yg
> > > dari Pakistan dan muslim lainnya sulit berintegrasi karena nilai2nya
> > > tidak sejalan dg yg mayoritas.  Contoh dari etika kerja.  Yg
muslim di
> > > Inggris paling kacau etika kerjanya.  Orang Pakistan dan muslim lain
> > > sering yg paling rendah prestasi sekolahnya. Lain dg India yg Hindu,
> > > Cina, Eropah Timur semua memiliki etika kerja yg sesuai sehingga
> > > mereka sama majunya di Inggris.
> > > 
> > > Komunitas Islam di Inggris juga menyendiri dan memisahkan diri. 
> > > Mereka yg tidak mau bergabung.  Saya kira di Perancis juga
demikian. 
> > > Padahal hukumnya sudah jelas tidak diskriminatif. Di Inggris kalau
> > > orang merasa didiskriminasi, diejek2 saja misalnya, bisa menuntut di
> > > pengadilan.  Dan sering terjadi kasus di mana di pelaku diskriminasi
> > > dihukum. Di Indonesia?  Lha rumah ibadah di bakar, kehidupan diancam
> > > aja enggak bisa apa2.  Dan tindakan ini membela Islam katanya.  
> > > 
> > > Di Saudi Arabia non-muslim itu tidak ada haknya. Mereka enggak boleh
> > > mendirikan rumah ibadah harus terpisah TIDAK BOLEH berintegrasi oleh
> > > pemerintah Saudi Arabia.  Kebijakan anti-integrasi, segregasi, ini
> > > kebijakan negara. Di Inggris dan Perancis terbalik: kebijakan
> > > integrasi adalah kebijakan negara tetapi ada yg memang tidak mau
> > > berintegrasi dan menuduh negara tidak mendukung integrasi.  Kalau yg
> > > mereka maksud dg integrasi bahwa negara Eropah Barat harus
dijalankan
> > > dg prinsip syariat ya mana ada yg mau.  Lho wong mereka yg
imigrasi ke
> > > Barat itu karena kegagalan sistem syariat di negara asal mereka utk
> > > menjamin keadilan dan kemakmuran!!!  Gimana sih???
> > > 
> > > There is something not modern with the mentality of the Islamic
> > > communities in the UK.
> > >
> >
>


Kirim email ke