oke, Pak Dana ... demokrasi di barat (Amerika, Inggris, dll) adalah
satu hal (one thing) ... bagaimana demokrasi di dunia Islam (negara2
Islam atau negara yang mayoritas penduduknya Islam). Apakah dapat
diterapkan (applicable) atau tidak? Ini yang menjadi permasalahan.

Sebagian berpendapat bahwa antara Islam dengan demokrasi tidak sejalan.
Sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa demokrasi sesuai dengan Islam.
Dan pendapat ini dianut baik oleh orang2 muslim maupun non-muslim.

Sekarang realitanya.
Pada saat muslim mengadopsi sistem demokrasi dalam pemerintahannya,
mereka membentuk partai bernuansa agama (tentu saja Islam). Namun
banyak hal yang kemudian mengganjal dan menjegal atau menghambat
kemenangan partai-partai Islam tersebut. Beberapa contoh sudah
dikemukakan sebelumnya, antara lain FIS di Aljazair, Ikhwanul Muslimin
di Mesir, Hamas di Palestina. Trend ini mengemuka. Partai2 bernuansa
Islam dikesankan sebagai partai "fasis" semacam NAZI-nya Hitler yang
jika menang kemudian akan membantai dan menyingkirkan lawan-lawan
politiknya. Oleh karena itu, lawan2 partai islam, termasuk juga dari
kaum militer, bersatu padu menggalang kekuatan untuk mencegah agar
partai Islam tidak menang dalam pemilu, termasuk dengan cara
pemfitnahan, pembunuhan nama baik (character assasination), atau cara2
yang lebih kasar lainnya, misal kudeta atau pembunuhan tokoh2-nya.

Kenapa partai islam dicurigai sektarian? Sementara di Jerman, Belanda,
dan negara-negara Eropa lainnya, banyak partai bernuansa agama yang
berdiri dan menjadi pemenang dalam pemilu (Kristen Demokrat, Kristen
Sosialis, dsb). Jika pendirian partai2 bernuansa agama bisa diterapkan
di negara2 Kristen atau yang mayoritas penduduknya beragama Kristen
(atau dulunya beragama Kristen), kenapa tidak pada negara2 Islam atau
negara2 yang penduduknya mayoritas Islam?

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 3/6/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>
> Mekanisme demokrasi tidak otomatis membentuk demokrasi karena harus
>  ada niat dan tindakan serta checks-&-balances yg bekerja baik.
>  ok
>  Tapi apakah Hitler bisa diperhentikan waktu itu?  Tdk bisa. Apakah
>  Suharto mudah diperhentikan waktu itu?  Tidak juga.
>
>  Saya kira kita banyak buang2 waktu kalau cuma mengecam kebijakan
>  politik AS dan Inggris yg sebenarnya tidak ada sangkut paut langsung
>  dg kepentingan kita sebagai bangsa Indonesia.  Yg terpaut cuma
>  sentimen agama.  Sentimen agama bukan unsur terpenting dalam membela
>  kepentingan bangsa.
>
>  Apa kepentingan bangsa terpenting dalam hubungan kita dg AS dan
>  Inggris:  investasi dan pendidikan.  Ini yg harus kita kejar dan
>  manfaatkan sebesar2nya.
>
>  Demokrasi AS memang penuh money politics.  Di Inggris tidak spt itu.
>  Di Jerman, Belanda, Perancis malah enggak sama sekali.  Varian
>  demokrasi mana yg paling cocok memang perlu didefinisikan oleh bangsa
>  itu sendiri.  Tolok ukur keberhasilan demokrasi cukup universal
>  sehingga ketidaklengkapan dalam praktek selama tolok utamanya OK,
>  biasanya OK.

Kirim email ke