mba Mia,
silakan saja setuju dan satu kalangan dari ummat, dan tidak setuju 
dengan kalangan lain, tapi tidakkah mereka semua saudara kita? nada 
memojokkan dan tidak ada 'kasih sayang' tentu juga sama saja dengan 
bersikap zalim/tidak adil bukan? apalagi jika dasar sikap kita atas 
mereka yang terlihat 'jahat' atau 'anarkis' itu hanya berdasar media 
yang sering tidak objektif dalam meliput, terutama media tv. coba 
bandingkan liputan di koran tempo hari ini tentang insiden FPI di 
daerah duren sawit (cmiiw) yang sweeping majalah dan media porno, 
dengan indosiar. koran tempo to the point memberitakan bahwa tindakan 
anggota FPI tersebut tdk via koordinasi dengan pihak berwenang di 
FPI. maka ketika ada 3 orang anggota FPI yang digiring ke kantor 
polisi, setelah bagian intel FPI datang dan menjelaskan duduk 
perkaranya, semua beres. tapi indosiar sedemikian rupa membuat FPI 
adalah aktor anarkis dan tidak dijelaskan duduk perkaranya bahkan 
khusus mewawancarai seorang 'penjual' yang 'mengaku' dipukul(i) oleh 
FPI ...

Seperti hemat mba Mei, dengan JIL yang jelas menyesatkan saja kita 
tidak patut memusuhi, apalagi dengan FPI yang niatnya hanya ingin 
melakukan amar maruf nahi munkar ... nah FPI ini kan butuh asah, asih 
dan asuh dari kita yang lebih arif ini mengingat rata-rata anggota 
FPI adalah kalangan yang mudah emosi dan sumbu-pendek ...

belajar memang takes time, buat siapa saja ...

btw, pendapat Mernisi soal idrib ini bisa saya dapat di mana ya mba?

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> baca artikel ttg bu musdah di koran, kalo nggak salah jkt post.
> 
> persepsi sejalan itu kudu, pendapat berbeda atau nggak persis sama 
> itu wajarlah.
> 
> persepsi sejalan itu minimal tidak mengartikan 'idrib' sebagai 
> memukul yang dalam arti menganiaya (secara fisik atau psikis).  
> 
> kok langsung menolak pendapat Fatima Mernissi? pak satriyo pernah 
> baca tulisannya tentang 'idrib'?  pendapatnya selaras dengan semua 
> yang dikatakan Yusuf dan Laleh (kok kayak yusuf dan laila..;-) . 
> tulisannya kalo nggak salah sudah lama sekali tahun 80-an (?). 
> konteks utamanya adalah 'idrib' artinya bukan memukul secara fisik, 
> dengan latar belakang budaya Pakistan/TimTeng, dimana perempuan 
> jelas terdiskriminasi.  Tapi pada waktu itu reaksi ulama status quo 
> berang sekali, padahal kan selaras isinya dengan Pak Yusuf dan 
prof. 
> Jeffrey Lang sekarang-sekarang ini.  yah, belajar memang take time, 
> asal sabar saja nggak kayak FPI.
> 
> salam
> Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <efikoe@> wrote:
> >
> > Ibu Musdah ada di mana mba? Kalo bu Laleh dan pak Yusuf ... 
ya ... 
> > memang saya lihat tulisan (tentang) mereka seputar Annisa 34 itu.
> > 
> > yang mba maksud cross-cut itu bagaimana ya? mungkin maksud mba 
> irisan 
> > gitu ya, atau benang merah?
> > 
> > yang jelas, pendapat bu Laleh tidak persis sejalan dengan pak 
> Yusuf, 
> > karena bu Laleh mencomot 'daraba' yang maknanya 'go away' 
> sedangkan 
> > pay Yusuf cenderung memaknai daraba dalam ayat dimaksud 
> > sebagai 'kembali menerimanya' ... spt saya kutip berikut:
> > 
> > "... Finally, if she would repent then he would take up sharing 
> the 
> > bed with her again."
> > 
> > jadi pak Yusuf tidak persis sama dengan bu Laleh, karena kalo bu 
> > Laleh bilang (tahap/langkah ketiga/terakhir dalam menangani istri 
> > yang nusyuz) 'go away' atau 'leave them alone' (wah dua kata ini 
> beda 
> > lho mba artinya, 'pergi' dan 'jangan ganggu'), pak Yusuf 
> sebaliknya 
> > menyatakan "..he would take up sharing the bed with her again" 
> > atau 'kembali menerimanya di tempat tidur' ... beda kan?
> > 
> > kalo yang mba maksud irisan bu Laleh dan pak Yusuf adalah pada 
> sama-
> > sama tidak mengartikan 'daraba' dengan 'memukul' itu benar ...
> > 
> > dan saya lebih memilih penjelasan pak Yusuf daripada bu Laleh, 
> > apalagi si Fetima Mernisi ... maaf ya untuk hal ini kita beda.
> > 
> > salam,
> > satriyo
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> > >
> > > Kesimpulannya pemahaman Laleh Bakhtiar, Ibu Musdah dan Pak 
Yusuf 
> > > Estes ini sejalan, bahkan ada cross-cut nya yaitu 'leave them 
> > alone' 
> > > atau 'go away', slangnya mungkin egepe-lah. Kira-kira gitu kan, 
> > kalo 
> > > saya nggak salah baca?
> > > 
> > > Emang udah waktunya digali lagi pemahaman kita. Buku lama yang 
> saya 
> > > baca pertama kali tentang makna 'idrib' ini dari Fetima 
> Mernissi, 
> > > yaitu 'leave them alone'.  Dan baru-baru ini dari Prof. Jeffrey 
> > Lang.
> > > 
> > > Yang saya kurang ngerti, penafsiran Fatima Mernissi yang sudah 
> lama 
> > > sekali itu dikritik keras oleh jumhur ulama.  Mungkin kita 
orang 
> > > Indonesia nggak terlalu ngeh, karena dalam pikiran bawah sadar 
> > kita, 
> > > toh kita nggak memahaminya secara harafiah 'memukul' gitu, 
kan.  
> > > Tapi dalam konteks budaya negaranya sendiri Pakistan (dan Timur 
> > > Tengah), Fatima Mernissi dan perempuan2 lainnya jelas mengalami 
> > > trauma dari praktek diskriminasi terhadap perempuan yang 
> didukung 
> > > tafsiran sempit pada Quran seperti itu.
> > > 
> > > Alhamdulillah, sekarang keberanian Fatima Mernissi membuahkan 
> > hasil. 
> > > It's long over due. Kali ini Pak Janoko akan menggumam nurutin 
> > > iklan: Mernissi...emang bikin bangga...:-)
> > > 
> > > salam
> > > Mia
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas" 
> > > <florapamungkas@> wrote:
> > > >
> > > > Satu lagi penjelasan perihal topik yang sedang dibicarakan, 
> yaitu 
> > > memukul
> > > > isteri.
> > > > Diuraikan oleh Sheikh Yusuf Estes, seorang mantan pendeta 
dari 
> > > Texas, USA 
> > > > di web sitenya : www.shareislam.com atau di link tsb di bawah 
> > ini:.
> > > > 
> > > > http://www.islamtomorrow.com/articles/women_treatment.htm
> > > >  
> > > >  
> > > > Question:
> > >
> >
>


Kirim email ke