Aisha :
   
  Menarik obrolan mba Chae dengan pak Satriyo dan teman-teman lainnya tentang 
Allah dan Tuhan ini. Subjectnya saya ganti supaya lebih fokus.

==========
   
  Jano - ko :
   
  --
   
  Mencari pahala
   
  --
   
  Al Qur'an
   
   [2.115] Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,maka ke mana pun kamu 
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) 
lagi Maha Mengetahui.
   
   [2.117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Diaberkehendak (untuk 
menciptakan) sesuatu, maka(cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 
"Jadilah".Lalu jadilah ia.
   
   
   [2.138] Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada 
Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.
   
   
  [2.142] Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: 
"Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul makdis) 
yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:"Kepunyaan Allah-lah 
timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke 
jalan yang lurus
   
   
   
  [2.231] Apabila kamu menalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir 
idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang makruf, atau ceraikanlah mereka 
dengan cara yang makruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi 
kemudaratan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barang siapa 
berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. 
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah sebagai permainan. Dan ingatlah nikmat 
Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab (Al 
Qur'an) dan AlHikmah (As Sunah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa 
yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah 
bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
   
   
   [2.165] Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah 
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka 
mencintai Allah.Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan 
jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka 
melihat siksa(pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya 
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya(niscaya mereka menyesal)
   
  ---
   
  Wassalam
   
   
   
  --oo0oo--
   
   
  
Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Menarik obrolan mba Chae dengan pak Satriyo dan teman-teman lainnya 
tentang Allah dan Tuhan ini. Subjectnya saya ganti supaya lebih fokus.

Ada pembahasan menarik dari Pak Imaduddin bahwa arti dari tuhan itu adalah yang 
mendominasi kehidupan manusia, jadi jika seorang laki-laki memperkosa seorang 
wanita maka saat itu yang mendominasi kehidupannya adalah nafsu seksnya, bisa 
dikatakan bahwa tuhannya itu nafsu seksnya. Jika seseorang melakukan korupsi 
supaya hartanya banyak dan dia bisa menikah lagi, punya simpanan, punya 
tabungan banyak, punya mobil mewah, punya rumah mewah, dll - maka tuhannya dia 
adalah nafsu untuk memiliki harta. Jika seseorang karena marahnya ke orang lain 
sampai membunuh orang, maka tuhan orang itu adalah nafsu amarahnya. Lalu kata 
pak Imad itu, muslim seharusnya berikrar "tiada tuhan selain Allah" syahadat 
itu. Artinya kita jangan bertuhan kepada sesuatu yang bisa mencelakakan diri 
kita dan diri orang lain atau lingkungan kita, terutama banyak nafsu dalam diri 
kita. Tuhan kita adalah Allah yang maha segalanya dan nama-nama lainnya di asma 
ul husna.

Betul seperti yang diceritakan mba Chae, umumnya orang sunda generasi nenek 
saya biasa mengatakan Allah itu dengan Gusti, lalu ada tambahan seperti nu maha 
agung, nu maha suci, nu maha adil, dll. Tapi saya perhatikan generasi orang tua 
saya biasa memakai panggilan Allah. Apakah mereka ini - generasi nenek saya 
tidak yakin kepada Islam atau buruk agamanya karena tidak menyebut Allah? Saya 
memperhatikan beliau-beliau ini misalnya salah seorang kakek saya dari Jawa 
tapi di daerah sunda, beliau menyebut Allah dengan Gusti itu wajahnya putih 
jernih dan membuat orang yang memandangnya merasa sejuk, wajah yang selalu 
bersih karena beliau menjaga wudunya, sholatnya selalu di mesjid, puasanya 
tidak sekedar puasa wajib, kurbannya selalu banyak, kegiatan sosialnya banyak 
seperti membuat panti asuhan, peduli terhadap orang jompo, anak asuhnya banyak, 
banyak sedekahnya, dan kebaikan lain-lainnya selain tutur katanya yang halus 
menyejukkan, selalu tersenyum lembut dan begitu halus ke
 cucu-cucunya. Dan segudang kebaikan lainnya yang bagi saya sangat islami 
karena beliau mencontohkan kejujuran, keadilan, kelembutan, kasih sayang, etos 
kerja, dll.

Jadi bagi saya sih orang mau menyebut tuhan, menyebut gusti, apapun bukan 
merupakan masalah besar, sepanjang dia sadar bahwa tuhan itu sesuatu yang 
mendominasi hidup kita, tuhan atau Allah atau Gusti dan entah sebutan lainnya 
itu memberi larangan dan mengharuskan ini itu kan untuk kebaikan manusia, maka 
kewajiban kita untuk menjauhi laranganNya dan melaksanakan kewajiban-kewajiban 
sesuai tuntunanNya. Dan kembali lagi ke masalah aksesoris fisik, jika kita 
mencap orang lain yang tidak memakai kata Allah dengan orang yang tidak yakin 
dalam Islam, apakah ini sama dengan orang mencap wanita yang tidak berjilbab 
itu orang yang tidak yakin dalam Islam? apakah ini sama dengan mencap orang 
yang tidak bergamis putih dan memakai tutup kepala seperti aa Gym itu orang 
yang tidak yakin dengan Islam? Jadi apakah kita mencap orang lain itu 
berdasarkan sesuatu yang fisik atau yang terlihat dan terdengar saja?

salam
Aisha
-------
>From : Chae
Saya tidak tahu Pak Satriyo, karena yang mengetahui hal ini hanya diri anda 
sendiri..artinya setiap individu seharusnya mengkoreksi dan mengevaluasi 
dirinya sendiri..ini yang kita lakukan setiap sholat kan Pak??, dan kewajiban 
saya tentunya harus berhusnudzon terhadap diri anda;)...Insya Allah..

Saya kasih contoh mengapa masih ada keraguan dari saya atau teman2 dimilis WM 
terhadap sikap konsisten anda tentang "memutlakan pendapat sebagai kebenaran".

Pak Satriyo menulis "bukan Tuhan, bu, kec Ibu juga tidak yakin dalam Islam, 
Allah itu nama Tuhan kita)"

Pak Satriyo, apa benar menurut anda jika saya menyepa Sang Pencipta diri saya 
dan alam semesta ini tidak dengan sebutan Allah, maka saya termasuk orang yang 
tidak yakin dalam Islam??

Bukankah Allah, adalah nama panggilan pada sang Pencipta dalam bahasa arab?? 
apakah saya tidak boleh memanggilnya dalam bahasa yang lain?? misalnya saya 
hendak memanggil-Nya lebih mesra dalam bahasa
sunda..misalnya dengan panggilan "Gusti nu Maha Agung"

Kalau dulu Musa memanggilnya dengan sebutan "Aku" pada sang Pencipta, kemudian 
Yesus memanggilnya lebih mesra dengan sebutan Ayah...apakah itu sebuah 
kesalahan???

Pak Satriyo, kalau pendapat saya...Sang Pencipta tidak pernah bisa terangkum 
atau terwakili atau terdeskripsikan dalam ciptaan manusia semisal 
bahasa/nama/panggilan. Sang Pecipta alam Semesta tiada sesuatu pun yang dapat 
menyamai-Nya dan tidak satupun yang dapat menggapai dan menggenggam-Nya. Jadi 
semua nilai yang ada tidak di ukur dari diri-Nya kepada kita tapi dari diri 
kita kepada-Nya sehingga sifatnya selalu "tidak mutlak atau ketidak niscayaan" 
apa yaaa bahasanya....;)).

Jadi pak Satriyo, bagi saya bukan masalah nama apa yang akan engkau gunakan 
untuk memanggil-Nya, sepanjang ketika kau sebut nama-Nya maka tidak satupun 
kejahatan/keburukan yang kamu lakukan. Misalnya saja ada orang yang mengucap 
takbir dengan lantang tapi kemudian tanganya telah membuat air mata kesedihan, 
kakinya telah membuat kezaliman, prilakunya menyengsarakan dan berbuat ketidak 
adilan. Justru yang demikian ketika dia bertakbir bukan Sang Pencipta yang dia 
panggil tetapi nafsu angkara dan nafsu egonya yang di sebut-sebut...

[Non-text portions of this message have been removed]



         

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke