Jadi ibu tetap menuduh (spt ibu juga yakin saya menuduh) atau 
setidaknya yakin bahwa saya sudah menyangkut (pautkan) pribadi ibu? 
as i said, itu hak ibu dan hak saya adalah untuk melakukan hak jawab: 
saya tidal menuduh ibu.

Lagi-lagi penggunaan kata 'seringkali' ... apa memang bisa ibu 
buktikan, bukan klaim betapa seringnya saya ini dan itu? Fakta ya bu 
jangan klaim a la kadarnya. Kalo dirasa ternyata sulit melakukan 
statistik objektif dlm membuktikan klaim ibu atas seringnya saya ini 
dan itu, atau tepatnya seringnya saya 'terjebak pada sudut pandang 
sendiri' alias menuduh (cmiiw) krn itu adalah berdasar 'perasaan' ya 
sudah tidak apa-apa ...

SAMPAI sekarang saya BELUM TAHU bagian mana dari :"bukan Tuhan, bu, 
kec Ibu juga tidak
> yakin dalam Islam, Allah
> itu nama Tuhan."  yang ibu anggap 'terjebak pada sudut pandang 
sendiri' atau menurut saya adalah kata lain untuk 'menuduh' ...

intinya, ibu punya hak dalam mempersepsikan saya, dengan mind set dan 
paradigma ibu tentunya, yang mungkin juga menjadi self-claim, meski 
banyak 'pendukung' nya, dan saya pun punya hak jawab atas 
tuduhan/self claim ibu atas saya ...

jadi seklai lagi mohon maaf ...

salam,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menyampaikan apa yang kita ketahui dan kita pahami itu baik tapi 
kalau
> sudah menyangkut "pribadi" seseorang sebaiknya di konfirmasikan
> terkebih dahulu, hal ini untuk menghindari diri dari sikap
> menuduh/mengklaim...itu saja;)
> 
> Dan pendapat saya tentang anda, sejauh ini baik-baik saja karena 
hanya
> itu yang saya tahu dari postingan anda di milis...hanya saja
> bedasarkan postingan anda juga sering kali anda terjebak dalam sudut
> pandang anda sendiri..contohnya :"bukan Tuhan, bu, kec Ibu juga 
tidak
> yakin dalam Islam, Allah
> itu nama Tuhan." )
> 
> Hanya itu yang saya tahu dari diri anda, tidak kurang dan tidak 
lebih;))
> 
> Ma'af yaaa kalau salah...
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <efikoe@> wrote:
> >
> > Sekali lagi mohon maaf, karena nampaknya ibu sudah punya stigma 
> > tertentu terhadap saya sehingga dari sudut manapun saya tetap 
pada 
> > posisi 'salah' ...
> > 
> > coba ibu perhatikan, saya nyatakan ada dua pendapat kan? nah 
tentu 
> > karena saya berbeda dari ibu, saya ada di kelompok yang satu dan 
ibu di 
> > kelompok yang lain, dan WAJAR kalo saya kemudian mencoba 
menyampaikan 
> > apa yang saya tahu dan pahami ...
> > 
> > apa itu TENTUNYA TIDAK HARUS?
> > 
> > MAAF (lagi) juga,
> > 
> > (selalu teriring) salam,
> > satriyo
> > 
> > NB:
> > Tolong ibu tegaskan di sini, apa pendapat ibu tentang saya sejauh 
ini? 
> > Jujur ya agar kita bisa lebih fair.
> > Saya pribadi tidak memandang pribadi ibu meski opini ibu tidak 
sejalan 
> > dan sama dengna saya ... bagaimana ibu?
> > Kalo tidak mau menjawab dengan lugas, apa adanya, tapi hanya 
uraian, ya 
> > tidak usah saja ...
> > terima kasih ... ;-)
> > 
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
> > <chairunisa_mahadewi@> wrote:
> > >
> > > Jika demikian tentunya tidak harus ada statement seperti di 
bawah ini;
> > > 
> > > Satriyo:>bukan Tuhan, bu, kec Ibu juga tidak yakin dalam Islam, 
Allah
> > > itu nama Tuhan." )
> > > 
> > > ma'af,;)
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <efikoe@> 
wrote:
> > > >
> > > > Dear Ibu Chairunisa,
> > > 
> > > > Kedua, jika ibu lihat entry di wiki spt saya nyatakan di 
tanggapan 
> > > > saya atas tulisan ibu Flora, di sana dinyatakan ada dua sikap 
di 
> > > > kalangan ulama dan cendekiawan muslim tentang penerjemahan 
Allah ke 
> > > > bahasa lain, ada yang menganggap bisa diterjemahkan ada yang 
tidak.
> > >
> >
>


Kirim email ke