mBak Ning,
Fatwa itu ada di video youtube. Bagi yang nonton fatwa tersebut, amat 
mengerikan apa yang disampaikan oleh wakil ketua FPI, al-Kathath (HTI), dan 
Baasyir (MMI). Mosok teriak-teriak "bunuh, bunuh orang ahmadiyah, jangan takut 
membunuh orang ahmadiyah, kalau saudara takut dosa membunuh mereka, kami yang 
akan nanggung dosanya dunia dan akhirat".

Ini jelas bukan orang Islam meskipun menyatakan diri sebagai gerakan-gerakan 
Islam. Dalam Alquran ditegaskan bahwa tak ada orang yang memikul dosa orang 
lain. Jadi, kalau kita mencuri lantaran disuruh si X, maka ya kita yang berdosa 
dan si X tidak memikul dosa kita yang mencuri. Terus koq berani-beraninya 
mereka menyatakan siap memikul dosa dunia dan akhirat orang-orang yang membunuh 
orang ahmadiyah.

Silakan mBak ning klik video youtube di bawah ini


http://www.youtube.com/watch?v=U7RLCXNdKF4

Wassalam,
chodjim



  ----- Original Message ----- 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, May 01, 2008 6:33 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Re: [mediacare] Preman berjubah, Pemerintah 
dan Ahmadiyah



  Saya belum dapet tuh mas fatwa dari organizasi2 tersebut, khusus
  mengenai kejadian yang mas tanyakan di bawah. Saya hanya dapat pers
  release dan fatwa secara umum saja. Namun demikian, saya rasa, yang
  dinyatakan secara umum itu ya berlaku umum. Maksudnya, bila mereka
  melarang kekerasan, ya artinya kekerasan yang dilakukan oleh siapa saja,
  dalam kesempatan yang mana pun, ya tidak mereka support, begitu. 

  Kalau ada yang kenal dengan tokoh-tokoh di organisasi2 tersebut, mungkin
  bisa minta jawaban secara langsung, dan dishare di sini, supaya tidak
  menjadi fitnah. Ada beberapa tulisan di salah satu email di sini yang -
  menurut saya - adalah fitnah, karena berdasarkan prasangka saja. Ya
  kalau bukan fitnah, mungkin suatu kesimpulan yang terlalu prematur
  karena belum ada cek dan re-cek. Sebaiknya kita semua lebih mengontrol
  diri.

  Mohon maaf bila menyinggung.

  Wallahua'lam.
  Wassalaam,
  -Ning

  -----Original Message-----
  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Dwi W. Soegardi
  Sent: Friday, May 02, 2008 9:21 AM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: [mediacare] Preman berjubah,
  Pemerintah dan Ahmadiyah

  Mbak Ning,

  apa fatwa MUI, HTI, PKS untuk provokasi dan penghasutan yang dilakukan
  oleh Sobri Lubis, al-Gatot dan Abu Bakar Baasyir?
  FPI menghasut massa untuk membunuhi Ahmadiyah di mana saja mereka berada
  dan bersedia menjamin mereka.
  Tak satupun organisasi "berani" mengritik FPI, FUI.

  Dan jangan lupa, MUI juga punya fatwa sesat untuk kalangan lain seperti
  Syiah. Ahmadiyah bukan yang terakhir, Mbak Ning.

  salam,
  DWS

  On 5/1/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  >
  > Saya rasa, tindakan anarkis seperti ini akan terus ada selama 
  > pemerintah tidak tegas mengambil sikap. Ini bisa karena :
  > (1)masyarakat mengambil alih tugas pemerintah - suatu gejala yang 
  > sangat umum, main hakim sendiri, bila aparat dianggap tidak mampu 
  > mengatasi permasalahan - atau (2)ada orang mengail di air keruh, 
  > memprovokasi sehingga menyulut kemarahan massa, dengan tujuan yang 
  > antara lain untuk mendiskreditkan MUI atau harokah/gerakan-gerakan 
  > Islam.
  >
  > MUI sendiri sudah mengeluarkan "fatwa" untuk tidak berbuat anarkis. 
  > HTI di pers release-nya menyatakan hal yang sama, melarang tindakan 
  > anarkisme dan kekerasan kepada Ahmadiyah. Para tokoh PKS pun 
  > menyatakan larangan tindakan kekerasan kepada Ahmadiyah. Jadi secara 
  > institusi, setidaknya organisasi2 yang saya sebut ini tidak 
  > mensupport terjadinya kekerasan kepada Ahmadiyah. Walaupun pendapat 
  > mereka tentang aqidah Ahmadiyah adalah tetap dan tegas, yakni mereka
  bukan bagian dari Islam.
  >
  > Wallahua'lam
  > Wassalaam,
  >
  > -Ning
  >
  >
  >
  >
  > -----Original Message-----
  > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of mediacare
  > Sent: Thursday, May 01, 2008 10:42 PM
  > To: [EMAIL PROTECTED]; wanita-muslimah@yahoogroups.com; 
  > zamanku; [EMAIL PROTECTED]; media jabar; 
  > [EMAIL PROTECTED]
  >
  > Subject: [wanita-muslimah] Re: [mediacare] Preman berjubah, Pemerintah

  > dan Ahmadiyah
  >
  >
  > ----- Original Message -----
  > From: [EMAIL PROTECTED]
  > To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  > [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  > [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
  > [EMAIL PROTECTED]
  > Sent: Thursday, May 01, 2008 8:05 PM
  > Subject: [mediacare] Preman berjubah, Pemerintah dan Ahmadiyah
  >
  >
  > Sekadar berbagi, tulisan saya mengenai Ahmadiyah.
  >
  > ade armando
  > Majalah Madina
  >
  > Preman Berjubah, Pemerintah dan Ahmadiyah
  >
  > Oleh Ade Armando
  >
  > "Bunuh, bunuh, bunuh, BUNUH! PERANGI AHMADIYAH, BUNUH AHMADIYAH, 
  > BERSIHKAN
  > AHMADIYAH DARI INDONESIA! Ahmadiyah halal darahnya! Persetan HAM!
  Tai
  > kucing HAM! Allahu Akbar"
  >
  > Kalimat-kalimat penuh kebencian itu dilontarkan Sobri Lubis. Dia 
  > adalah
  > seorang tokoh Front Pembela Islam (FPI) yang berpidato dalam tabligh

  > akbar
  > di Banjar, Jawa Barat, 14 Februari 2008.
  >
  > Saya memiliki rekaman pidatonya saat Sobri tampil dengan didampingi
  > beberapa tokoh lainnya di hadapan ribuan umat Islam. Selain Sobri,
  ada
  > pula Ir. M. Khattath, pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia, yang dengan

  > lebih
  > tenang -- dan dengan senyum dinginnya -- menyatakan bila pengikut
  > Ahmadiyah tidak mau bertobat, hukumannya mati. Juga ada Abu Bakar 
  > Baasyir
  > yang juga dengan tenang menyatakan hukuman bagi nabi palsu
  sederhana:
  > kalau ditemukan, tangkap, potong leher.
  >
  > Kutipan-kutipan di atas sengaja diangkat untuk menunjukkan bahwa
  > pembicaraan mengenai masih adanya gerakan-gerakan radikal yang
  > menghalalkan kekerasan dalam umat Islam di Indonesia bukanlah omong
  > kosong. Inilah kalangan yang atas nama agama merasa berhak
  menghabisi
  > mereka yang berada di luar kelompoknya. Dalam kasus terakhir ini, 
  > mereka
  > secara bergelombang berusaha memaksa pemerintah untuk tunduk pada
  > keyakinan mereka: bubarkan Ahmadiyah, nyatakan Ahmadiyah sebagai 
  > ajaran
  > terlarang, paksa mereka tobat!
  >
  > Kalau pemerintah tidak mau membubarkan, bagaimana? Di sini, pantas 
  > lagi
  > dikutip pernyataan seorang aktivis yang menyebut dirinya Panglima 
  > Gerakan
  > Umat Islam Indonesia (GUII). Bernama asli Abdul Haris Umarela, orang

  > yang
  > sekarang mengubah namanya menjadi Abdurrahman Assegaf itu berfatwa:
  > "Darah
  > Ahmadiyah halal," Lalu, Umarela ini berkata pula: "Insya Allah,
  dalam
  > waktu dekat, bila pemerintah tidak menutup Ahmadiyah, jangan kami
  > disalahkan bila kami akan memberantas mereka ..."
  >
  > Saya bukan penganut Ahmadiyah. Saya duga sebagian besar dari pembaca
  > artikel ini bukanlah penganut Ahmadiyah. Tapi saya ingin 
  > mengingatkan Anda
  > semua untuk melihat ancaman yang sangat nyata dari kelompok-kelompok
  > preman berjubah - dengan menggunakan istilah Ahmad Syafii Maarif -
  > tersebut terhadap pertama-tama, Ahmadiyah, dan juga pada gilirannya

  > nanti,
  > pada keragaman dalam Islam dan juga kebhinekaan di negara ini.
  >
  > Dalam kasus Ahmadiyah ini, suasananya menjadi lebih menakutkan
  karena
  > gerakan radikal ini Islam memanfaatkan MUI yang memang kerap
  dijadikan
  > rujukan dalam soal-soal keislaman. Dan lebih menakutkan lagi
  kemudian
  > karena mereka sudah memanfaatkan tangan-tangan negara seperti 
  > Bakorpakem,
  > yang melalui sebuah proses pemantauan yang tak memiliki 
  > pertanggungjawaban
  > publik yang jelas, menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah memang ajaran 
  > yang
  > sesat.
  >
  > Saat ni, pemerintah belum mengeluarkan kata akhir. Surat Keputusan 
  > Bersama
  > (SKB) yang ditunggu-tunggu kaum radikal itu belum lagi disahkan.
  Tapi,
  > dalam waktu yang sempit ini, mari kita mengingatkan bahwa bila bila
  > pembubaran Ahmadiyah terwujud maka sebenarnya kita sedang membiarkan
  > terjadinya penzaliman terhadap jutaan warga Indonesia serta
  mmbiarkan
  > kekuatan anti-demokrasi berkedok agama unjuk gigi mengarahkan 
  > politik di
  > negara ini.
  >
  > Adalah sangat penting bahwa seluruh bangsa di negara ini diyakini 
  > bahwa
  > ini adalah negara hukum yang tidak bersikap diskriminatif. Kaum
  preman
  > berjubah itu memang bisa saja berteriak, "Tai kucing itu HAM!"
  > Masalahnya, mereka harus sadar bahwa, terlepas dari senang atau
  tidak,
  > Indonesia adalah sebuah negara hukum yang percaya pada perlindungan

  > HAM
  > sebagaimana tertuang dalm deklarasi Universal HAM dan UUD 1945.
  Banyak
  > dari para ulama itu juga berargumen bahwa di negara-negara seperti
  > Pakistan dan Saudi Arabia, Ahmadiyah dilarang. Para ulama yang
  buicara
  > seperti itu lupa dua negara itu adalah negara Islam. Indonesia
  bukan.
  >
  > Karena itu alasan untuk membubarkan sebuah ajaran - kalau itu memang

  > bisa
  > dilakukan - haruslah merujuk pada konstitusi. Dalam hal ini, 
  > terlepas dari
  > para ulama MUI bilang apa, tak ada alasan untuk membubarkan
  Ahmadiyah.
  > Kalau saja Ahmadiyah adalah sebuah gerakan yang memprovokasi 
  > kekerasan dan
  > mendorong para pengikutnya menyerang pihak lain, organisasi itu 
  > sebaiknya
  > memang dibubarkan. Masalahnya, Ahmadiyah tidak bergaya begitu.
  >
  > Ahmdiyah itu sudah ada di Indonesia sejak 1920an. Pernahkah kita 
  > mendengar
  > mereka melakukan aksi kekerasan dan menyerang pihak lain? Tidak. Dan

  > ini
  > bisa dijelaskan dengan merujuk pada salah satu dasar ajaran
  Ahmadiyah.
  > Mereka memang anti menggunakan kekerasan untuk memperjuangkan Islam.
  > Istilah jihad dalam komunitas Ahmadiyah dipercaya sebagai penyebaran
  > ajaran dengan cara dakwah dan persuasif. Justru karena sikap
  > anti-kekerasan inilah, Ahmadiyah dulu kerap dituduh sebagai gerakan

  > pro
  > kaum penjajah Barat.
  >
  > Secara ironis harus ditunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir

  > ini,
  > umat Ahamdiyah justru menjadi korban penindasan oleh
  kekuatan-kekuatan
  > yang melecehkan hukum dan pemerintah. Permukiman mereka dihancurkan,
  > mereka diusir dan sebagian sampai sekarang harus ditempat
  pengungsian,
  > masjid-masjid mereka diluluhlantakkan, secara fisik warga Ahmadiyah
  > dipukuli, diteror. Dalam hal ini, sangat tidak masuk di akal bila
  > dikatakan bahwa Ahmadiyah meresahkan masyarakat karena 
  > tindakan-tindakan
  > mereka.
  >
  > Karena itu, satu-satunya alasan untuk mempersoalkan kehadiran 
  > Ahmadiyah
  > adalah soal penafsiran Islam. MUI memang sudah mengeluarkan fatwa
  yang
  > menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat. Dalam konteks 
  > demokrasi,
  > mereka tentu berhak untuk mengeluarkan pernyataan semacam itu. Tapi

  > itu
  > tentu saja sebatas penilaian sejumlah ulama yang selalu mungkin
  salah.
  > Bukankah untuk menentukan kapan Iedul Fitri saja, ulama bisa berbeda
  > pendapat?
  >
  > Celakanya, sebagian pihak berusaha meyakinkan orang bahwa karena MUI

  > sudah
  > berkesimpulan begitu, itulah kebenaran absolut. Ini menggelikan.
  > Seandainya kita sempat membaca beragam ensiklopedi otoritatif di 
  > berbagai
  > negara, terbaca jelas bahwa Ahmadiyah senantiasa dianggap sebagai 
  > sebuah
  > aliran dalam Islam. Ensiklopedi Islam yang disusun Prof. Dr.
  Azyumardi
  > Azra saja jelas-jelas menulis Ahmadiyah sebagai bagian dari Islam.
  > Kalau
  > Ahmadiyah memang sebuah aliran yang mengada-ada, masakan di dunia
  ada
  > puluhan juta umat Ahamdiyah?
  >
  > Perdebatan soal Ahmadiyah adalah murni soal penafsiran. Ahmadiyah
  > sepenuhnya mengakui rukun Islam dan rukun iman, sebagaimana diyakini
  > mayoritas umat Islam lainnya. Ahmadiyah mengakui Muhammad SAW
  sebagai
  > rasul terakhir dan Al-Qur'an sebagai kitab suci mereka. Namun
  penganut
  > Ahmadiyah juga meyakini bahwa di abad 19 lalu, lahir Mirza Ghulam 
  > Ahmad
  > yang kemudian menerima wahyu dari Allah untuk merevitalisasi 
  > ajaran-ajaran
  > yang dibawa Nabi Muhammad itu untuk menyelamatkan dunia Islam yang 
  > saat
  > itu sedang terpuruk. Karena itulah, umat Ahmadiyah meyakini Gulam 
  > Ahmad
  > sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an.
  >
  > Semua penganut Ahmadiyah tidak percaya bahwa Ghulam Ahmad sejajar 
  > dengan
  > Nabi Muhammad dan rasul-rasul lainnya. Mereka hanya percaya bahwa 
  > 6-7 abad
  > setelah Nabi Muhamad wafat, Allah menununjuk seorang terpilih -
  yakni
  > Ghulam Ahmad - untuk memimpin umat Islam meraih kembali kejayaan 
  > Islam.
  >
  > Para ulama di MUI itu bisa saja tidak percaya dengan segenap klaim 
  > itu. Tapi
  > di sini kita masuk dalam tataran penafsiran dan keyakinan. Selama 
  > seabad
  > terakhir debat tentang kesahihan klaim Ghulam Ahmad merupakan salah

  > satu
  > isu yang penting dan terus hidup dalam dunia Islam. Tidak pernah 
  > ditemukan
  > titik temu. Sekarang pertanyaannya, kalau ada perselisihan
  penafsiran
  > dalam sebuah agama, pantaskah pemerintah campur tangan dan
  menentukan
  > panafsiran mana yang benar?
  >
  > Eropa pernah memberi pelajaran yang sangat baik soal ini. Sekitar 
  > sepuluh
  > abad yang lalu, para pemuka gereja diberi kewenangan seperti yang 
  > dimiliki
  > MUI dalam kasus Ahmadiyah ini. Para petinggi gereja saat itu
  memiliki
  > kewenangan untuk memfatwakan siapa yang disebut sebagai menyimpang 
  > dari
  > ajaran Kristen dan dengan itu dapat menggunakan negara untuk
  menghukum
  > mereka yang dinyatakan para petinggi agama itu sebagai murtad, 
  > kafir, dan
  > sesat.
  >
  > Karena hubungan negara dan agama yang mesra dan saling memanfaatkan

  > ini
  > Eropa mengalami abad-abad kegelapan terburuknya, yang diwarnai
  dengan
  > penindasan, pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, penzaliman mereka 
  > yang
  > berada di luar ajaran Kristen resmi. Eropa terpuruk ketika petinggi

  > agama
  > berkuasa.
  >
  > Kita tahu semua, abad kegelapan itu juga sekaligus adalah abad
  > keterbelakangan Eropa. Di bawah para petinggi agama yang dengan
  yakin
  > merasa menjalankan amanat Tuhan untuk menjaga kesucian dunia, rakyat

  > hidup
  > dalam ketakutan - takut berpikir, berbicara, mencari ilmu
  pengetahuan,
  > berkarya. Lebih buruknya lagi, tatkala tahu bahwa tidak ada kontrol
  > terhadap mereka, para petinggi agama itu justru kemudian 
  > menyalahgunakan
  > kekuasaannya untuk mengangkangi berbagai kenikmatan duniawi. Mereka
  > menjadi korup!
  >
  > Karena konteks itulah, setelah abad itu dilalui, Eropa tidak pernah

  > lagi
  > memberikan ruang bagi para petinggi agama untuk mengambil keputusan

  > dalam
  > kehidupan politik. Dalam demokrasi, agama adalah agama, negara
  adalah
  > negara. Agama disingkirkan karena dianggap tidak memberi ruang bagi

  > hak
  > untuk memiliki keragaman pendapat - sesuatu yang justru sangat 
  > esensial
  > dalam demokrasi yang menghormati hak-hak asasi manusia.
  >
  > Ini yang sekarang persis terlihat dalam kasus gerombolan 'preman 
  > berjubah'
  > di Indonesia ini. Mereka nampaknya percaya bisa menyetir negara ini

  > sesuai
  > dengan tafsiran sempit mereka. Mereka seperti bermimpi bisa
  menempati
  > kedudukan menakutkan para petinggi gereja abad kegelapan yang justru
  > adalah pangkal keterbelakangan Eropa.
  >
  > Sekarang, semua bergantung kepada pemerintah. Secara sederhana, ada

  > kubu
  > pilihan. Yang satu adalah kubu yang menghalalkan kekerasan atas nama
  > agama, yang percaya pada gagasan yang menolak keberagaman, gagasan 
  > bahwa
  > hanya ada satu tafsiran tunggal seraya meniadakan yang lain. Di sisi

  > lain,
  > ada kubu yang percaya pada arti penting hak asasi manusia, pada hak
  > berbeda pendapat dan keyakinan, serta hidup dalam suasana yang tidak
  > merestui kekerasan.
  >
  > Semoga pemerintah mengambil pilihan yang benar.
  >
  >
  >
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  > ------------------------------------
  >
  > =======================
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
  masyarakat.
  > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI :
  > http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]
  >
  > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment

  > ....Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >
  > ------------------------------------
  >
  > =======================
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
  masyarakat.
  > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : 
  > http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]
  >
  > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment

  > ....Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >

  ------------------------------------

  =======================
  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI :
  http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

  This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
  ....Yahoo! Groups Links



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke