waah... spengetahuan sy nii.... ahli kubur itu diangkat...
kalo ga gimana dia bisa nyampe kuburannya??
jalan sendiri? sperti di toraja .. gitu? hiiiii..... atut ah atut....

hummm .. gitu yaa... ahli fikih ga ada ijazahnya yaaa....
kaya pengusaha dong... ga ada ijazahnya...
tapi kenapa yaa orang pada belajar usaha ke yg punya ijazah,
padahal yg punya ijazah belom tentu punya bisnis...
hebatnya yg punya ijazah malah kerja di perusahaannya orang yg ga punya 
ijazah...
hahaaa... lucu....


mprie



----- Original Message ----
From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, May 6, 2008 11:25:47 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ahli Fikih Himbau Pengecam MUI untuk Tahu 
Diri


Pertanyaan saya:
Siapa yang mengangkat seseorang sebagai ahli fikih. Ada ijasahnya? Ada 
brevetnya? Dilihat dari karya tulisnya? Diangkat pemerintah? Atau 
mengangkat diri sendiri?
Ahli yang tidak perlu pengangkatan tetapi justru dihindari banyak 
orang adalah ahli kubur. He, he.
KM

----Original Message----
From: [EMAIL PROTECTED] com
Date: 06/05/2008 10:54 
To: <wanita-muslimah@ yahoogroups. com>
Subj: [wanita-muslimah] Re: Ahli Fikih Himbau Pengecam MUI untuk Tahu 
Diri

Pokok permasalahanya bukan pada fatwa MUI.
MUI tidak bisa disalahkan dengan mengeluarkan fatwa (ini di luar
masalah perdebatan konten fatwa). Itu adalah hak MUI.

Pokok permasalahannya adalah kita yang masih nyaman dengan campur
tangan negara dalam urusan agama. Dalam kata lain masalahnya terletak
pada kurang seriusnya kita dalam menuntut pemisahan secara tegas antar
a negara dengan agama. 

Dan kalau mau jujur kesalahan itu pantas dibebankan pada kita semua.

Salam

--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Ahmad Badrudduja
<ahmadbadrudduja@ ...> wrote:
>
> Setuju, Pak Kartono Mohamad yang bijaksana.
> 
> MUI dikecam selama ini karena bertindak terlalu jauh, bahkan sama
sekali tak bertanggung jawab dengan menempatkan suatu sekte kecil
dalam keadaan terancam secara fisik.
> 
> Ma'ruf Aminm, kiai yang bertanggung jawab atas keluarnya fatwa MUI,
selalu mengatakan bahwa tugas MUI hanya membuat fatwa, sementara itu
tugas menjaga keamanan ada pada pihak keamanan. Saya dengar penegasan
itu sekali lagi dalam acara SIGI di SCTV beberapa hari lalu.
> 
> Pernyataan semacam itu jelas seperti "lempar batu sembunyi tangan".
MUI kan sudah bisa memprediksi bahwa dalam keadaan maraknya kekerasan
atas nama agama di Indonesia sekarang ini, mengeluarkan fatwa
penyesatan atas Ahmadiyah sama saja dengan menyiramkan bensin pada
rumput yang sudah kering dan siap terbakar.
> 
> Apa yang terjadi? Terbakar beneran, kan?
> 
> Setelah terbakar, apa kata MUI "penyiram bensin" itu? Petinggi MUI
bilang, "Kami kan hanya menyiram bensin, yang melakukan pembakran
bukan kami. Yang bertugas memadamkan bukan kami, tetapi dinas 
kebakaran." 
> 
> Melihat penderitaan warga Ahmadiyah di lapangan, anak-anak mereka
yang ketakuran karena keluarga mereka hidup dalam teror dan ancaman,
rumah-rumah mereka dirusak, apakah para tetua agama di MUI tidak
tersentuh hatinya?
> 
> Fatwa MUI bukan sekedar deretan huruf di atas kertas, tetapi membawa
kesengsaraan ribuan orang di dalam kehidupan nyata.
> 
> Demi kemurnian akidah, nyawa manusia dikorbankan. Itulah pelajaran
dari sejarah kegelapan Eropa zaman dulu, dan sekarang diulang kembali
dengan dalih ayat-ayat suci oleh MUI.
> 
> AB
> 

    


      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke