Menurut saya, itu karena kita terbiasa mempolarisasikan segala sesuatu.
Gara-gara satu kata doang, "tolak".  Dianggap punya menganggap pengaturan
soal pornografi tidak perlu.
Kemarin waktu ke DPR, ada lho anggota DPR yg ngomong gini:
"Emangnya kamu mau jadi pelacur?" atau
"Emangnya kamu mau saya telanjangi?"
puasanya mereka batal gak ya, ngomong begitu? hehehe...

padahal arus menolak tadi perlu dilihat sbg kritik yg bunyinya:
kalau bikin kebijakan yg bener, nape??? :-)
bukan soal isu apakah kita bermoral atau tidak, tapi kualitas dari RUUnya.

kekeliruan yg perlu diluruskan adalah...
kalau menyelesaikan pornografi harus nunggu RUU Pornografi itu diselesaikan
padahal gak gitu.. ada instrumen2 hukum lain yg bisa digunakan, sambil
menunggu peraturan yg lebih kuat
meskipun peraturannya ada yg obsolete sehingga sanksinya dianggap terlalu
kecil
meskipun peraturannya ada yg legal draftingnya sangat lemah...
tapi kan hakim punya kewajiban untuk peka thd konteks sosial masyarakat
kalau penghapusan pornografi anak dianggap penting, gak harus nunggu RUU
POrnografi disahkan bukan?

Mungkin yg perlu dilakukan sekarang adalah menginformasikan ke masyarakat
instrumen2 hukum apa aja yg bisa dipakai? bagaimana cara menggunakannya?
bagaimana strateginya untuk menggunakannya sbg tekanan publik ke pemerintah
mengeluarkan kebijakan yg mungkin levelnya bukan UU tapi setidaknya
melokalisir materi2 itu agar tidak terjamah anak2.

diskusi soal alternatif2 lain ini yg perlu didorong...
karena demokrasi membuka dialog soal alternatif2 dan pilihan2.
termasuk pilihan solusi...



2008/9/19 Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>

>   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "h.s nurbayanti"
>
> Hmm media punya tugas untuk me"mayoritas"kan mereka yang tlh
> di"minoritas"kan itu dong ya?. Kan moga2 kalo media kita sehat bisa
> membuat diskusi sehat menjadi tradisi di negeri ini.
>
> Lalu, knapa segitu banyak orang di DPR yang punya "stigma miring" tsb
> menjadi mayoritas ya?
>
> Kayaknya kaum minoritas harus ubah strategi neh, mbak...:-)
>
> wassalam,
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke