Refleksi: Tentara adalah  instrumen untuk menjaga terjamin keamaan kekuasaan 
negara, demikian kurang lebih defenisinya.. Lihat saja pada masa pemerintahan 
Soeharto dibilang TNI tidak boleh berpolitik maka itu harus netral, tetapi 
tidak netral untuk gebuk oposisi atau orang yang tidak setuju dengan politik 
Soeharto.  

Sekarang ini  situasainya agak lain dari zaman Soeharto, tetapi 
jenderal-jenderal atau perwira-perwira tinggi TNI baik yang pensiunan dan 
mempesiunkan diri saling  berebutan mendapat kursi dalam apartur kekuasaan 
negara. Jadi pada prinsipnya TNI itu berpolitik, yang berpolitik adalah 
jenderal sedangkan prajurit  krocok disuruh netral dan arti kata ikut jangan 
ikut-ikutan  rebut kursi dalam perintahan, itu rejeki kami bukan untuk kamu. 
Begitulah kasarnya berkenaan dengan Pemilu.  Dengan lain kata juga Dwi Fungsi 
tetap hidup, cuma kamuflasinya berubah, dulu boleh pakai pakai baju hijau  
dalam tugas, sekarang baju batik dan kopiah.  Silahkan koreksi!

ttp://www.sinarharapan.co.id/berita/0901/29/sh06.html


Presiden Ingatkan Netralitas TNI-Polri dalam Pemilu  
Oleh
Dina Sasti damayanti


Jakarta-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar jajaran TNI dan 
Polri terus menjaga netralitas mereka dalam Pemilu 2009. Netralitas TNI dan 
Polri dalam pemilu penting diwujudkan karena merupakan harapan seluruh rakyat 
Indonesia. 
Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono saat memberikan sambutan dalam 
pembukaan Rapim TNI dan Rakor Polri di Istana Negara, Jakarta, Kamis (29/1) 
pagi ini.

Presiden juga mengatakan bahwa dipilihnya Istana Negara sebagai bagian untuk 
menjaga netralitas TNI Polri. 
"Saya pilih di Istana Negara, bukan di Cilangkap dan di Mabes Polri agar tidak 
ada fitnah. Zaman sekarang ini, mudah orang berburuk sangka. Ada apa Presiden 
datang ke Cilangkap? Apalagi rapat tertutup kepada jajaran TNI dan Polri. 
Jangan-jangan diminta untuk memenangkan atau memilih di Pemilu 2009. Kalau di 
Istana Negara ini, sudah lazim dijadikan tempat forum-forum Rakenas, Rapim, dan 
lainnya," tandas Presiden sambil mempersilakan wartawan untuk meliput semua 
yang dikatakannya sebagai bagian dari akuntabilitas dan pertanggungjawaban 
Yudhoyono selaku pimpinan negara. 
Lebih lanjut, Presiden meminta agar dalam Pemilu 2009 tidak terulang lagi 
kejadian seperti pada Pemilu 2004 silam ketika ada oknum pejabat TNI Polri yang 
mengeluarkan kebijakan atau instruksi yang menganggu netralitas TNI Polri. 

Menurut Presiden Yudhoyono, ini bukan kebijakan organisasi, tetapi dilakukan 
oleh oknum. Bahkan pada saat ini saja, menjelang Pemilu 2009, Presiden 
Yudhoyono masih mendengar ada isu semacam ini.
"Saya dengar informasi, ada petinggi Angkatan Darat yang mengatakan, asal bukan 
capres X. Ada petinggi Polri yang diisukan membuat tim sukses capres tertentu. 
Saya yakin informasi ini tidak benar. Begitulah rentannya, rawannya, mudahnya 
satu isu bergulir ke sana ke mari. Oleh karena itu, harus netral, lurus, jangan 
berpolitik praktis. Saya tetap percaya para jenderal, laksamana, marsekal, 
Jenderal TNI dan Polri akan benar-benar netral dalam Pemilu 2009," tegas 
Presiden Yudhoyono.
Presiden juga mengingatkan agar jajaran TNI Polri sebagai salah satu pelaku 
reformasi tidak diganggu atau dirusak dari semangat reformasi yang dicanangkan 
bersama. Presiden meminta agar berhati-hati dalam me-ngeluarkan statement atau 
berbicara dengan pihak-pihak tertentu, apalagi dalam bertindak. 

Lebih jauh, Presiden meminta kepada seluruh jajaran Polri untuk melakukan 
pengamanan pada saat Pemilu 2009. Sementara itu, jajaran TNI juga harus siap 
dalam membantu tugas-tugas kepolisian dalam mengamankan Pemilu 2009. 

"Saya minta kepada jajaran TNI Polri berkaitan dengan ketertiban dan keamanan 
Pemilu 2009 tidak boleh underestimate, semua akan baik-baik saja, ringan-ringan 
saja. Tapi tidak perlu overestimate diseram-seramkan. Bisa saja ada sesuatu 
yang berbeda dari Pemilu 2004, tetapi yang paling baik, mencegah benturan fisik 
dan perusakan, serta mengutamakan pendekatan persuasif," kata Presiden.
Sementara itu, Presiden juga menyerukan kepada elite dan tokoh politik agar 
bisa mengendalikan emosinya dan emosi para pendukungnya yang menang tidak perlu 
berpesta pora serta melukai perasaan yang tidak berhasil. Sementara itu, yang 
kalah tidak perlu mengamuk atau melakukan hal anarki, tetapi semua pihak harus 
saling bertenggang rasa agar kehidupan politik di negara ini menjadi teduh. n
 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke