Pak Chodjim yth,

Terimakasih atas pencerahannya yg selalu mencerahkan.

Terasa bagi saya bahwa dalam sejarah Islam terjadi pembungkaman dari
upaya menyelesaikan permasalahan dunia melalui akal yg dipandui oleh
kelompok mu'tajilah menjadi upaya para penguasa menguasai rakyatnya dg
memberlakukan kekuasaan totaliter melalui bantuan para ulama (agama).

Saya tidak tahu kapan ini terjadi tetapi kelihatannya kekuasaan
totaliter berlandaskan agama itu marak setelah zaman Ibnu Ghazali.
Apakah dugaan saya benar.

Kejayaan Islam terjadi ketika para cendekiawan bebas mencari dan
memajukan ilmu, juga kehancurannya terjadi ketika akal dibungkam oleh
iman karena ancaman oleh penguasa absolut.

Saya rasa ini identifikasi persoalan yg dihadapi oleh umat Islam di
dunia sekarang ini.




--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "achmad chodjim" <chod...@...>
wrote:
>
> Bukan janggal, Sdr. Rye.
> 
> Perhatikan, mengapa ulama kaliber dunia seperti Ja'far Asshadiq,
Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali, Bukhari, Muslim, Ibnu Taimiyah, Ibnu
Qayyim tidak mau bekerja di pemerintahan pada zamannya. Bahkan di
antara mereka banyak yang rela dipenjara hingga akhir hayatnya.
> 
> Mengapa Ibnu Sina rela dipenjara daripada menjadi dokter khalifah?
Di sini kita harus paham watak kekuasaan. Jadi, kalau mau kerja sama,
siapa yang harus dipatuhi? Perhatikan ulama-ulama KSA dewasa ini,
mereka 100% menjadi cap stempel kebijakan raja KSA.
Perempuan-perempuan di KSA hingga hari ini masih belum dianggap
sebagai manusia. Yang disebut anak-anak Raja Saud yang 36 itu adalah
laki-laki semua yang dihasilkan melalui 24 istri. Anak perempuan tidak
disebut sama sekali. Kalau Anda mau keliling KSA sekarang ini, Anda
akan kesulitan menemukan sekolahan yang ada anak perempuannya. Di
mana-mana bisa kita jumpai madrasah, tetapi hanya sekolahan buat
laki-laki. Di mana peran ulamanya untuk mencerdaskan bangsa Arab?
> 
> Jadi, jangan dibawa-bawa ke Allah terlebih dahulu sebelum kita mau
membuka mata pada kenyataan hidup ini. Kalau ulama Indonesia ikut
berpolitik, apa yang mereka harapkan kalau tidak berbagai kekuasaan?
Padahal ulama dilarang menguasai manusia, karena tugasnya adalah
sebagai "mudzakkir", orang-orang yang menyampaikan pelajaran dan
hikmah kehidupan serta memberikan peringatan. Yang seperti inilah
ulama sebagai ahli waris para nabi.
> 
> Wassalam,
> chodjim
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Rye Woo 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, January 28, 2009 8:22 PM
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: FATWA MUI: Golput Haram,
Merokok antara Makruh dan Haram
> 
> 
>   Pak Chojim : Kalau umara dan ulama bekerja sama yang akan terjadi
adalah kong kalikong untuk menindas umat manusia.
> 
>   Pak... kok kayaknya janggal banget yaa, pernyataannya di atas. apa
tidak ada peluang untuk bekerja sama dalm hal kebaikan? sepertinya
kalo terjadi kerjasama udah pasti akan terjadi kezhaliman. Kayaknya
kalo pernyataan seperti itu cuma Allah deh yang berhak, Bener ga?
>    
>   Rgd
> 
>   --- On Thu, 1/29/09, achmad chodjim <chod...@...> wrote:
> 
>   From: achmad chodjim <chod...@...>
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: FATWA MUI: Golput Haram,
Merokok antara Makruh dan Haram
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
>   Date: Thursday, January 29, 2009, 10:25 AM
> 
>   Mbak Lina,
> 
>   Semboyan "kerja sama yang baik antara umara dan ulama" justru
keluar dari sistem Islam. Tak ada sistem kependetaan dalam agama
Islam. Kalau umara dan ulama bekerja sama yang akan terjadi adalah
kong kalikong untuk menindas umat manusia.
> 
>   Ulama (agama) itu tempat bertanya dalam kehidupan beragama. Ulama
(agama) itu harus bersifat marja' yaitu tempat rujukan di dalam
menjalankan laku hidup spiritual dan moral. Oleh karena itu, ulama
beken seperti Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali tidak ada yang mau
didudukkan oleh penguasa dari Kekhalifahan Umayyah maupun Abbasiyyah.
Mereka lebih rela dipenjara alias dimasukkan bui daripada menjadi qadi.
> 
>   Berdasarkan term Islam, para ahli di bidang ilmu pengetahuan juga
disebut ulama. Oleh karena itu, gelar profesor bisa disebut dalam
bahasa Arabnya "al-'alamah" . Nah, bila ulama (agama) itu benar-benar
ahli, maka berbagai persoalan rumah-tangga itu akan bisa diatasi oleh
para ulama (agama) seperti di zaman kejayaan Islam, dan bukan lagi
"psikolog". Munculnya pengetahuan psikologi di zaman modern ini ya
karena para ulama (agama -- apapun) sudah tidak mampu lagi mengatasi
berbagai persoalan pribadi, rumahtangga, dan masyarakat.
> 
>   Wassalam,
>   chodjim
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Lina Dahlan 
>   To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com 
>   Sent: Wednesday, January 28, 2009 2:26 AM
>   Subject: [wanita-muslimah] Re: FATWA MUI: Golput Haram, Merokok
antara Makruh dan Haram
> 
>   Kalo menurut saya pemerintah sebaiknya menempuh segala usaha: 
>   pragmatis maupun non-pragmatis. Kerjasama yg baik antara ulama dan 
>   umara...gituuuu.
> 
>   wassalam
>   --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, "achmad chodjim" 
>   <chodjim@ > wrote:
>   >
>   > "Pak Chodjim, saya tidak mengomentari tentang masalah hukum 
>   halal/haram
>   > tetapi terhadap komentar Pak Chodjim mengenai aspek ekonomi dan 
>   kesehatan
>   > dari perdagangan rokok."
>   > 
>   > Pak Ton,
>   > Saya amat menyadari betul tentang dampak rokok. Dan, saya sendiri 
>   tak pernah merokok. Namun, dalam hal ini saya ada perbedaan persepsi 
>   dengan Pak Ton tentang rokok-merokok ini.
>   > 
>   > Saya lebih memilih pragmatis. Selama pengangguran masih tinggi 
>   seperti sekarang ini, sublimasi pengangguran dan kemiskinan pada 
>   rokok saya pandang lebih baik ketimbang pelarangan ketat yang justru 
>   bisa menciptakan suasana yang mudah dipicu untuk timbulnya kerusuhan 
>   dan revolusi. Bila hal ini yang timbul, pelarangan rokok tidak 
>   berhasil, dan pembangunan bangsa pun akan dihadapkan pada berbagai 
>   problema yang berat.
>   > 
>   > Bagi saya dewasa ini bangsa Indonesia harus didorong untuk rajin 
>   bekerja, pemimpinnya harus didorong untuk hidup secara "clean 
>   governance", dan kita ciptakan hidup sehat di lingkungan kita masing-
>   masing.
>   > 
>   > Bagaimanapun saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Ton atas 
>   berbagai tanggapannya terhadap komentar saya di milis ini.
>   > 
>   > Salam,
>   > chodjim
>   > 
>   > [Non-text portions of this message have been removed]
>   >
> 
>   [Non-text portions of this message have been removed]
> 
>   [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>    
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke