Mbak Flora,

Saya rasa pointnya adalah sama seperti jilbab to some extent. Jilbab  
sebagai kehendak individu kan juga gak dikuyo2 disini.
Budaya Arab c.q. bahasa Arab juga begitu.

Dalam cerita yang mbak Flora beberkan, bukannya masyarakat kita (Jawa  
dalam hal ini) bisa menempatkan ke Arab an dalam sebuah bingkai  
konteks. Konteks ritual peribadahan, yang juga tidak menghilangkan  
kejawaannya, dengan translasi dan puisi bahasa Jawa (yang menurut mbak  
Flora sangat menyentuh hati, karena sesuai akar budaya mbak Flora yang  
jawa).



Yang dikritisi oleh member disini adalah social enginering untuk  
mengubah budaya (salah satu contohnya adalah bahasa) menjadi budaya  
Arab, karena selain itu tidaklah Adiluhung. Seperti kalau gak pakai  
Ana dan Anta, Umi dan Abu, Ikhwan dan Akhwat, bukanlah muslim yang  
baik, atau tidak dianggap sebagai teman yang layak (mungkin karena  
dianggap derajat keimanannya lebih rendah). Dan pernik pernik budaya  
lainnya.

Saya sangat senang mendengarkan  Da'i lokal (kampung) yang seringkali  
punya kearifan setempat untuk membumikan Qur'an dalam konteks kejawaan  
masyarakat tradisional, dengan metafora-metafora, dengan idiom-idiom  
yang dekat dengan akar budaya lokal. Dan masyarakat bisa menerimanya  
dengan lebih mudah, karena ada kedekatan (proximity) budaya.

Apakah sebagai muslim kita diharuskan secara total menjadi para Ana  
dan Anta, Ikhwan dan Ukhti? Pake sorban dan kifayeh? bukankah Al  
Qur'an sudah mengakui perbedaan suku dan budaya agar kita saling  
mengenal dan belajar?

Al Qur'an memang berbahasa arab dan akan selalu begitu hingga akhir  
masa, ritual ibadah memang berbahasa arab demi sebuah persamaan.  
Tetapi apakah kita harus menjadi orang arab karenanya?

Salim,
:D


On Mar 9, 2009, at 2:37 PM, Flora Pamungkas GMail wrote:

>
>
> Saat saya cuti ke Indonesia, lalu pulang kampung, ikut ke kelompok  
> pengajian
> mendiang Ibu saya.
>
> Para da'i maupun da'iyahnya selalu berbahasa Jawa dalam berdakwah.  
> Setiap
> ada penggunaan bahasa Arab,
>
> baik saat mengutip ayat2 Al Qur'an maupun hadith, ataupun  
> memanjatkan doa,
> kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa.
>
> Kalau untuk bacaan sholat dengan membaca (recite) surat2 dalam Al  
> Qur'an,
> selain untuk menjaga otentisitas Al Qur'an,
>
> kan juga tujuannya untuk mempersatukan muslim dari berbagai bangsa di
> seluruh penjuru dunia saat melakukan sholat berjama'ah.
>
> Imam sholat baca surat apa, jamaahnya akan tahu, bahkan banyak juga  
> yang
> sama2 hapal dalam bahasa yang sama, yaitu Arab.
>
> Kalau seandainya, umpamanya lho, semua kitab suci yang ada di bumi ini
> diceburin ke laut.
>
> Maka bisa dipastikan dalam waktu singkat, hanya kitab suci Al Qur'an  
> yang
> bisa di-recover.
>
> Karena jutaan barisan hafidz (penghafal Al Qur'an) bisa dengan mudah
> menyusun kembali menuliskan Al Qur'an dari halaman ke halaman.
>
> Waktu saya menikah, juga petugas KUA yg merangkap sebagai Pak Penghulu
> memimpin proses akad nikah dengan berbahasa Jawa.
>
> Malah pakai acara saya sungkem ke ayahanda, sebagai wali, ucapan saya
> dibimbing oleh pak Penghulu dalam bahasa Jawa yang puitis sekali.
>
> Bagaimana saya nggak nangis sesenggukan, pamit pada orang tua, mohon  
> doa
> restu dalam bahasa Jawa yg begitu menyentuh.
>
> (Terbayang saya sudah nggak bisa lagi tiap sebulan sekali, pulang  
> kantor
> dari Jakarta langsung ke Jawa untuk kangen2-an dengan orang tua saya.
>
> Tidur setempat tidur dengan ayah, ibu, adik, penuh canda dan tawa  
> sebelum
> kami terlelap tidur.)
>
> Waktu ijab-qobul, kalimat dalam bahasa Arab ditirukan oleh suami  
> saya dengan
> lancar. Juga saat diterjemahkan dalam bahasa Jawa.
>
> Hadir di situ pula tante dari suami saya yang memang tidak paham  
> dengan
> bahasa Jawa, kebingungan melihat saya dan bapak saya sama2 menangis.
>
> Lho, Flora ini kenapa? Kok nangis-nangis? Apakah tidak suka menikah  
> dengan
> keponakan saya??
>
> He.. he.. lucu deh. Setelah akad nikah selesai, perias manten jadi  
> sibuk
> merapikan make-up di wajah saya yang basah oleh air mata.
>
> Jadi apa sih sebetulnya yang diributkan dengan bahasa Arab, bahasa  
> Aceh,
> bahasa Jawa (ini tambahan dari saya berhubung saya orang Jawa).
>
> Apalagi kosa kata dalam bahasa Indonesia banyak sekali menyerap dari  
> bahasa
> Arab.
>
> Juga bahasa Spanyol dan Inggris, banyak kata2 yang diadopsi dari  
> bahasa
> Arab.
>
> Banyak dari kita sudah tahu akan hal itu.
>
> Di Kuba saya pernah belajar bahasa Arab, sebentar saja, karena kami  
> harus
> pindah ke negara lain.
>
> Guru mengajar bahasa Arab dengan bahasa pengantar bahasa Spanyol.
>
> Ternyata lebih mudah bagi kami untuk menghapal kata2 bahasa Arab,  
> karena
> arti maupun pronunciation-nya di bahasa Spanyol juga (hampir) sama.
>
> Sebab memang bahasa Spanyol banyak sekali menyerap kata2 bahasa Arab.
>
> Jadi apa sih yang salah dengan bahasa Arab?
>
> Kok bahasa Arab dikuyo-kuyo banget gitu lho kesannya, gething ..
>
> Ora mudheng aku .
>
> Almarhumah bibi jauh saya, dulu adalah salah satu penasihat  
> spiritual Ibu
> Tien Soeharto.
>
> Saat beliau mengisi acara "Mimbar Kepercayaan" (aliran Kejawen) di  
> TVRI,
> dalam ceramahnya yang banyak menekankan falsafah eling, eling,  
> beliau juga
> sering sekali menyebut kata2 taqwa, iman, khusuk, dsb. Bukankah  
> kata2 itu
> berasal dari bahasa Arab? Arab lagi, Arab lagi . :-D
>
> Salam,
>
> Flora
>
> Re: Testimoni Mantan Kader PKS tentang Hidden Agenda PKS menghancur
>
> Posted by: "izzuddin al qassam" wanitaacehtang...@yahoo.com
> wanitaacehtangguh
>
> Sun Mar 8, 2009 9:20 pm (PDT)
>
> kalo g pake bahasa aceh mana mungkin islam menjadi agama yang paling  
> fanatik
> di hati Rakyat desa disini eyang....
>
> coba deh eyang panggil salah satu anak muda Aceh yang eyang lihat  
> enggak
> pernah shalat
>
> trus bilang kafir
>
> pasti ntar malam eyang udah g ada....
>
> so...
>
> islam tidak hanya dengan kekerasan kan eyang...
>
> tp Rasulullah mengajarkan dengan hati...dengan ketulusan (halah kaya  
> put
> yang paling tau)
>
> put kan taunya dr Sirah Nabawiyah ^_^
>
> tergantung situasi eyang, kalo put lihat adat istiadat aceh
>
> masih banyak yang mubadzir padahal kan innal mubadziruuna kanu  
> ikhwaana
> syayathiin...put belum mampu merubah
>
> tp insyaAllah kalo kita rame-rame kita bisa kok
>
> :putri
>
> --- On Sun, 3/8/09, eyang_mbelgedes <eyang_mbelge...@yahoo.com> wrote:
>
> From: eyang_mbelgedes <eyang_mbelge...@yahoo.com>
>
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Testimoni Mantan Kader PKS tentang  
> Hidden
> Agenda PKS menghancurkan NKRI
>
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
>
> Date: Sunday, March 8, 2009, 10:03 AM
>
> Semoga di saat berdakwah menggunakan bahasa Acheh, bahasa Cut Nyak  
> Dien,
> bahasa yang sangat indah dan dimengerti oleh orang-orang setempat.
>
> Semoga di saat berdakwah juga menerapkan kultur Acheh yang  
> bermartabat,
> mengenakan pakaian dan tatakrama Acheh yang tidak mau tunduk kepada  
> Belanda
> ataupun kepada alam pikir Arabia.
>
> Semoga kekukuhan prinsipnya bukan berasal dari produk cuci otak yang  
> telah
> mendarahdaging sehingga membutakan mata hati dan nalar yang sehat di  
> dalam
> menentukan pilihan hidup yang terbaik.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke