Membaca bahan-bahan yang disampaikan pak Indra djalil,
saya pikir itu bagus sekali dengan catatan bahwa itu
bisa dilaksanakan kalau kondisi menwa ITB dalam
keadaan ideal, seperti jumlah anggota banyak, waktu
dan anggaran yang tesedia dalam jumlah besar. Namun
masalahnya sekarang bagaimana menaggulangi krisis di
batalyon I yang penjabaran krisisnya sudah sangat
bagus disampaikan oleh Pak Utomo Triwinarno. Kita
memerlukan langkah-langkah taktis dan strategis untuk
mengatasi krisis ini. Setelah mencapai kondisi,
katakanlah kondisi "ambang", baru mekanisme dan
pemikiran dari pak Indra bisa kita terapkan. Kondisi
ambang itu adalah 
1. Tersedianya jumlah anggota minimum untuk
mengoperasionalkan organisasi ini, misalnya untuk
mengisi jabatan2 fungsional maupun struktural
sedikitnya pertahunnya batalyon I ITB harus merikrut
20 orang. Rinciannya. Ada tujuh staf (kepala dan wakil
2 orang) berarti 14 orang, untuk pembantu di tiap2
staf bisa diisi oleh satu angkatan dibawanya (20 orang
jabatan kepala biro), komandan/wakil kompi dan
komandan pleton ini semua 6 orang. Setiap tahun
jabatan staf harus begnati dari satu angkatan
keangkatan dibawahnya, supaya proses kaderisasi dan
pembelajaran praktek manjemen bisa terlaksana. Selain
itu jabatan fungsionla seperti komandan dan staf2
latihan rutin bisa di subtitusi dari staf ini, atau
kalau jumlah anggota banyak bisa diambil dari anggota
yang lain. Semua jabatan itu seharusnya diisi, untuk
memberikan pengalaman dalam praktek manajemen dan
meneguhkan postur organisasi militer yang ideal.
2. Tersedia waktu yang cukup, selain tugas
organisasi/tugas kestaf-an juga ada pendidikan2 yang
mana ini memrlukan waktu yang panjang, misalnya waktu
libur semster atau libur panjang sebaiknya digunakan
untuk pendidikan di menwa. Saya pikir suatu standar
pendidkan untuk batakyon I ITB, pendidikan dasar
(diklatsar) ditahun pertama, pendidikan menengah
(DInas staf dan suspelat) ditahun kedua, pendidikan
lanjut (suskapin) ditahun ketiga. Tiga jenjang
pendidikan itu sangat penting untuk membuat batalyon I
eksis dan bergulir dari tahun ketahun. Saya sangat
tidak setuju dengan ITB soal penggunaan waktu libur
untuk kegiatan belajar, seperti semester pendek, ini
memperkosa hak mahasiswa, dan tidak sesuai dengan
teori pendidikan.
3. Tersedianya anggaran, anggaran ini di gunakan untuk
operasional kegiatan batalyon sehari2 selama 1 tahun,
juga untuk semua pendidikan di batalyon I/ITB.
Biaya operasonal batalyon saya pikir ndak begitu besar
dibandingkan dengan biaya pendidikan, terutama
dibandingkan dengan pendidikan lapangan. 
4. Kondisi mental, ini menyangkut kebanggaan menjadi
korp menwa. Nama menwa yang "jatuh" di pentas nasional
dalam dua dekade ini ini sangat mempengaruhi setiap
anggota menwa untuk berbuat banyak. Saya menyarankan
beberapa waktu yang lalu adanya kegiatan "pintar" yang
berkaitan dengan teknologi hankam setidaknya dapat
kembali mengankat harkat ini. Dengan adanya kebanggaan
korps saya pikin banyak anggota yang akan aktif di
batalyon I/ITB.

Menurut saya yang harus dipikirkan selanjutnya adalah
bagaimana mencapai empat kondisi ini dan berapa lama
waktu yang diperlukan.

1. Perikrutan anggota
2. Waktu untuk pendidikan
3. Anggaran
4. Kebanggaan korps

Rifki Muhida


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Yahoo! Games - play chess, backgammon, pool and more
http://games.yahoo.com/

--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke