MERDEKA ! 
REFORMASI !
WIDYA CASTRENA DHARMA SIDHA !!

Mohon maaf saya absen beberapa lama ini. Masalahnya adalah petir yang menyambar 
komputer saya, lalu sekalian ganti teknologi, dan lalu ada masalah-masalah 
barang-baru-beli (infant mortality problems). Tapi sekarang sudah oke, mudah-mudahan.

Ya, awal 1998 saya (rasanya) didaulat menjadi Ketua Corps, di tengah suasana nasional 
yang memanas (Maret). Menjelang Mei semakin panas dan tak menentu. Acara-acara  besar 
di Aula Barat antara masyarakat kampus dengan para tokoh-tokoh (yang meneriakkan) 
reformasi!, untuk masyarakat kampus hanya membuat keyakinan yang semakin tinggi bahwa 
reformasi! itu pilihan satu-satunya. Sayangnya ada seorang tokoh (sekarangpun masih 
tokoh di belantara perpolitikan nasional) yang menyatakan dihadapan hadirin dengan 
penuh meyakinkan bahwa sumber  masalah yang menggerogoti negara tercinta ini adalah 
HMS. Karenanya, kalau mau beres HMS harus dilengserkan ! Tidak ada seorangpun, 
termasuk tokoh-tokoh yang hadir menyangkal pernyataan itu.  Tak lama kemudian HMS 
jatuh (menyatakan berhenti). Sekarang, empat tahun sudah berlalu, HMS sudah 
sakit-sakit-sakitan, anak-cucunya pada jadi tersangka, Republik sudah berganti 
Presiden tiga kali : reformasi! masih dipertanyakan banyak orang where-abouts - ny!
a.

Kembali ke Yon-I ditengah kekalutan April-Mei 1998. Rasanya jelas bagi siapapun yang 
madani, bahwa negara harus di-reformasi! tetapi HMS + pengikut2nya keukeuh bertahan. 
Dua arus besar bertentangan : rakyat vs the powerful (dg ABRI + Golkar + birokrasinya) 
ruling regime. Yon-I harus dimana ? Dan-Yon Herman berhadapan dengan masalah musykil. 
Suatu hari dia datang dan menyodorkan saya dengan kliping-kliping, mengemukakan 
masalah-masalah  dan minta pendapat : sebaiknya bagaimana. 

Lama sudah saya tidak ulubiung di politik praktis, sejak meninggalkan kuliah dan 
ramai-ramai '78 dulu (selanjutnya saya sekolah di LN, kembali tahun 1983 keadaan sudah 
tenang dan tahun-tahun selama satu-setengah dasawarsa sesudahnya juga adem-ayem saja 
negara ini). Ketika harus menyampaikan "pendapat operasional" semacam itu berfikirlah 
saya : "ya memang, ber-menwa itu berpolitik. Sejarah batalyon-I setidaknya menunjukkan 
itu dari masa kemasa. Dan seorang ketua CORPS - pun begitu : bisa ada kala=kalanya 
harus berpolprak. Apa boleh buat. "Old soldiers never-die, so are old ekeks !" 
Bukankah begitu Pak Indra Jaya ? Saya suka sekali dengan kata-kata Bapak tentang hal 
ini dibeberapa email yang lalu. Maka saya katakan pada Herman hal-hal pokok seperti 
fungsi Yon-I sebagai stabilisator dan dinamisator kampus. Saya contohkan bagaimana 
dulu Yon-I, di 1973-1974 tidak menghambat perjuangan mahasiswa, bahkan mendukungnya 
(secara idiil bagus 'kan ?). Dan-Yon Yunus Situmorang menurut say!
a ketika itu "bermain cantik" : bagaimana supaya perjuangan jalan terus tetapi kampus 
jangan sedikitpun diinjak lars-lars militer, apalagi roda-roda tank seperti yang sudah 
terjadi di kampus UI. Jangan sekalipun pernah kampus Ganeca ini diduduki tentara. 
Kampus ini terlampau bagus untuk dibegitukan ! Demikian prinsipnya. Sudah tentu 
disinilah berperan diantaranya : Seksi - V/Ter. Saya cukup tahu tentang hal ini karena 
ketika itu saya KASIE-V nya, jadi ikut 'main'lah kurang lebihnya. Alhamdulillah, meski 
Jakarta kemudian kita tahu terbakar pada tanggal 15 Januari 1974 (Malari), Bandung 
tetap "terkendali" walau tak kurang panasnya (ingat, jaman itu anak-anak ITB sangat 
berpengaruh di Bandung. "A" kata ITB, "A" kata mahasiswa-mahasiswa Bandung). Sebagai 
catatan (bukan sekedar infromasi tambahan) : Ketua DM-ITB nya adalah Prasetyo, PR-III 
ITB nya Wiranto Arismunandar, Rektornya Doddy Tisnaamidjaya, Pangdam VI Siliwanginya 
Aang Kunaefi).

Keadaan 1998 tentunya tidak sama persis dengan 1974. Tapi peran positif semacam itulah 
sekurangnya yang harus dimainkan Yon-I. Tapi pada kesempatan semacam inilah, setalah 
lama tidak berkontak rapat dengan Yon-I (cukup lama saya tidak diinfokan tentang , 
diundang pada atau diajak untuk acara-acara Yon-I, padahal saya di kampus) saya 
menjadi tahu bahwa secara kelembagaan Yon-I tidak lagi mempunyai "kekuatan" seperti 
(jauh) sebelumnya. Peran Staf sangat lemah, tidak ada informasi formal dari Seksi-I, 
ataupun lainnya dari Seksi-V. Informasi yang saya dengar dari anak-anak Menwa tak 
banyak bedanya dengan anak-anak MTI misalnya. No added information value. Dus, Yon-I 
harus memutuskan dan bergerak dengan general knowledge saja. Disinilah saya kira, 
tepatnya keputusan Dan-Yon Herman untuk berkonsultasi dengan senior-seniornya.

Aduh euy, sudah jam 09.00, saya harus kekampus dulu. Nanti malam disambung, 
Insya-Allah.

Iftikar.                                   





>----- Original Message -----
>From: "Rifki Muhida" <[EMAIL PROTECTED]>
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Sent: Friday, May 24, 2002 1:10 PM
>Subject: [yonsatu] Re: Refleksi 21 Maret (Re: tahun tahun penuh warna)
>> Herman Wijaya (Angkatan 29, Danyon 1998-1999), memang
>> layak kita berikan applause, untuk langkah "berani"
>> itu dan keberhasilan membawa batalyon I/ITB melewati
>> kondisi kritis di tahun 1998, dan itu menurut saya
>> menandai awal baru batalyon I/ITB dengan cara pandang
>> baru, yang lebih mandiri.
>... dst. ... dst. ...
>> Saya mengenal Herman Wijaya, sebagai kader saya yang
>> sangat kritis, kekritisannya itu terkadang membuat saya
>> takut ketika melibatkan dia dalam berdialog dengan
>> rektorat, pejabat ABRI atapun pejabat pemerintah,
>> walau demikian saya tahu bahwa dia adalah salah
>> seorang kader yang bagus, yang memiliki dedikasi dan
>> kemampuan untuk memimpin Batalyon I/ITB.
>
>Salut untuk Rifki yang "menangkap" apa yang sebetulnya tersurat dalam
>posting refleksi saya, yaitu bahwa kredit terbesar bagi tepatnya positioning
>Yon-I pada episode gerakan reformasi 1998 harus diberikan pada Herman Wijaya
>sebagai Danyonnya pada era itu.
>
>Kalau ada teman-teman yang lain yang barangkali salah-tangkap bahwa posting
>itu suatu refleksi keperanan saya pribadi, seperti Indradjaja yang lalu
>memuji saya, mungkin kesan itu muncul karena saya kurang mampu menonjolkan
>apa yang sebetulnya ingin saya tonjolkan di cerita itu:
>1. Leadership yang visioner dari Herman Wijaya di dalam situasi yang
>dilematis.
>2. Prognosa yang bernuansa "nubuat" dari dosen pembina yang meramalkan
>pecahnya kerusuhan Mei 1998.
>
>Karena itulah di posting itu saya katakan bahwa saya ingin tahu:
>1. Cerita Herman Wijaya sendiri tentang situasi Yon-I ketika itu.
>2. Penjelasan DR. Iftikar tentang siapa dosen pembina itu.
>
>Mudah-mudahan kita bisa membacanya di milis ini dalam waktu dekat (tapi
>nggak usah lalu dimasukin ke website "Mahawarman" ya Syafril, he he he.  Oh
>ya, itu website seluruh Mahawarman Jabar ataukah hanya Mahawarman Yon-I?).
>
>Wasalam.
>
>
>
>--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
>Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
>Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
>Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
>Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
>1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>



--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke