Hello rekans semua, Sharif Dayan wrote: >Bangsa kita memang masih membutuhkan didikan mengenai bagaimana caranya >hidup saling menghargai. Paling tidak Korps bisa diharapkan untuk berjalan >paling depan dalam hal ini. Dengan demikian, tugas para penerus kita akan >menjadi lebih mudah karena kita sudah memulainya. Okeeh ?
Saya setuju sekali ini. Saya jadi ingat, di RT saya tinggal dulu di Bandung, ada satu keluarga Katholik. Pada waktu Natal, kami berkunjung kerumah mereka untuk mengucapkan selamat natal. Warga yang lain tidak ada satupun yang datang mengucapkan selamat, karena menurut mereka itu haram. Sebaliknya pada saat Lebaran, warga katholik ini justru datang berkunjung kepada seluruh warga muslim untuk mengucapkan selamat. Dalam hati saya berkata, betapa asosialnya warga muslim di RT saya ini. Tapi, ya mau bagaimana lagi, diajarinnya ya begitu itu sih sama orang2 yang diaku/mengaku paling paham soal Islam. Waktu adik kami berkunjung ke Belanda dan pulang ke Indonesia dengan membawa oleh2 dari kami yang berupa air suci Lourdes buat warga Katholik itu, matanya basah dilinangi air mata ketika menerimanya. Dengan tersedu2 dia lalu mengatakan bahwa sejak kami meninggalkan Indonesia hampir 4 tahun yll, sama sekali tidak ada seorangpun warga RT yang mau mengucapkan selamat kepadanya di hari Natal. Sambil berlinang air mata dia bilang ke adik kami, bhw dia tidak akan melupakan kami sampai akhir hayatnya. Aduuh, hati saya amat sangat tersentuh mendengar pesannya itu. Betapa indahnya hubungan antar manusia kalau kita mampu menembus barrier kepicikan pikiran dan kekakuan hati kita, untuk kemudian memberikan cinta kasih yang tulus kepada sesama, tanpa melihat embel2 agama. Saya amat sangat setuju dengan rekan Sharif bahwa Korps seyogyanya berjalan di barisan terdepan dalam memberi contoh kerukunan hidup umat beragama di Republik ini. Salam hangat, Hermansyah XIV. Sharif Dayan <[EMAIL PROTECTED]> 11/12/2003 20:48 Please respond to yonsatu To: Yon 1 Mahawarman <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: [yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif Widya Çastrena Dharmasiddha ! At 22:52 12-11-2003 +0700, "Edy Christiono" wrote: >saya muslim, istri dan anak2 saya kristen.......sejauh ini aman-aman >saja........... Ayah saya Muslim, Ibu saya Protestan. Saya dan adik dipersilakan memilih apa yang akan dianut. Sampai dengan SMA, saya suka mengikuti Mata Pelajaran Agama Islam, walau pada usia SD sudah dibaptis di gereja. Bagi saya, mempelajari apa pun ada manfaatnya. Lagi pula, kami dibesarkan dalam komplek sebuah BUMN, yang heterogen dalam hal agama. Sepengetahuan saya -entah pada surah apa dinyatakan dalam Al Qur'an- memang pria Muslim tidak boleh menikah dengan wanita ahli kitab. Kalau boleh tahu, bagaimana tahapannya, sehingga Anda menikah dengan wanita Kristen ? >saya yakin jika memang Tuhan ada tentunya di >kehidupan kekal nanti nggak bagi-bagi kapling seperti real estate Sampai saat ini, masih merupakan misteri bagi saya, bagaimana tiap-tiap orang bisa meyakini mengenai sesuatu yang berada di luar dirinya. Termasuk dalam hal ini adalah yang atheis. Bagi saya, komunis atau sosialis tidak berarti tidak beragama atau tidak memiliki keyakinan mengenai kekuatan lain di luar dirinya. Sebaliknya, yang menyatakan diri beragama -dst...- belum tentu mengikuti syariat yang seharusnya mereka patuhi. Masih dalam nada yang sama, saya pernah bertanyatanya, bagaimana mungkin ada tentara -yang salah satu kewenangan yang diberikan padanya adalah boleh membunuh dalam menjalankan tugasnya- yang menjalankan kehidupan sesuai keyakinannya. >kalau sudah kemaleman dan masih nyanyi keras-keras >ngganggu tetangga....."jumpmaster"nya sukris keluar..........turun ke bawah >dan berkata "maaf saudara-saudara sekalian sudah malam jangan keras-keras >nyanyinya , cukup sudah, sekarang waktunya saudara-saudara pulang !!!!!!" >pulang........... Dalam mengikuti ibadah-ibadah keluarga -mingguan, dibagi dalam sektor sesuai pengelompokan tempat tinggal, merupakan rangkaian ibadah umum pada hari Minggu- saya sering merasa kurang sreg ketika seusai ibadah -sekitar 20:30- diikuti dengan berlatih paduan suara. Tidak begitu menjadi masalah -menurut saya- kalau para tetangga juga Kristen. Tapi kalau bukan, maka saya menganggap hal itu sudah mengganggu. Pada kesempatan Hari Raya Idul Fitri, saya menyadari bahwa warga sektor yang saya kenali ternyata tidak mengunjungi warga Muslim yang tinggal bertetangga dengan gereja. Saya kira hal itu kurang baik, sehingga pada tahun berikutnya saya berprakarsa mengunjungi keluarga Ketua RT. Bangsa kita memang masih membutuhkan didikan mengenai bagaimana caranya hidup saling menghargai. Paling tidak Korps bisa diharapkan untuk berjalan paling depan dalam hal ini. Dengan demikian, tugas para penerus kita akan menjadi lebih mudah karena kita sudah memulainya. Okeeh ? :-) Sharif Dayan --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>