Arus laut cocok untuk skala besar.
Tetapi juga cocok untuk skala kecil dan mikro.
Anggaran yang kecil kemudian hari akan cukup untuk pembangkitan listrik 
di pesisir.
Hal yang juga menguntungkan adalah bahan dasar ynag diperlukan hanya 
besi tahan karat, bukan aluminium, Jadi teknik kira2 sama dengan 
pembuatan kapal air, bukan teknik tinggi untuk galangan kapal terbang.  
Untuk proyek ombak anakonda bahan dasarnya malah karet yang lebih mudah 
lagi dikembangkan untuk skala perusahaan menengah.
Kalau tidak mau ketinggalan dalam persaingan global harusnya Indonesia 
justru harus berani ikut Litbang plarus laut dan ombak dengan segera.

Salam

Hok An

http://web.bisnis.com/artikel/2id2689.html

Selasa, 08/12/2009 11:00 WIB


    Ternyata, pengembangan energi arus laut belum jadi prioritas

oleh : Rudi Ariffianto

"Bappenas membutuhkan dukungan kuat untuk mendorong pemanfaatan energi 
arus laut Indonesia. Bukan apa-apa, ini sangat politis dan kami harus 
berhadapan dengan 'mafia fosil'."

Pernyataan itulah yang mengemuka dari Staf Ahli Menteri Negara PPN/ 
Kepala Bappenas Bidang Tata Ruang dan Kemaritiman Son Diamar dalam 
sebuah seminar beberapa waktu lalu.

Ungkapan Son Diamar sejalan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya 
Mineral Darwin Zahedy Saleh yang belakangan ini begitu gemar mengangkat 
isu energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi catatan khusus bagi para 
jurnalis.

Bahkan, dia berjanji membicarakan pengembangan energi itu dengan mitra 
kerja bilateralnya, seperti Inggris, Jepang, dan Belanda. Tidak itu 
saja, Menteri ESDM itu juga berjanji berupaya menghilangkan 
sumbatan-sumbatan pengembangan EBT.

Namun tidak dimungkiri, di sektor ketenagalistrikan misalnya, Menteri 
asal Partai Demokrat itu masih fokus pada pengembangan energi panas bumi.

Itu dapat dimaklumi karena pemerintah telah menetapkan panas bumi 
sebagai energi primadona di program 10.000 MW tahap kedua, dengan 
kapasitas 4.733 MW.

Rencana pengembangan EBT oleh pemerintah, sekalipun penuh gebrakan, 
sesungguhnya masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi yang dimiliki.

Apabila panas bumi berjalan mulus, artinya kapasitas akan meningkat 
menjadi sekitar 5.922 MW, itu masih setara dengan 22% dari total potensi 
yang mencapai 27.000 MW.

Sumber energi yang tidak kalah besarnya adalah arus laut Indonesia. 
Secara singkat, energi listrik dari arus laut (EAL) pada prinsipnya 
adalah mengubah energi kinetik dari arus dan gelombang laut untuk 
menggerakkan turbin.

Sebenarnya, prinsip kerja pembangkit energi arus laut mirip dengan PLTA, 
tetapi dengan konstruksi logam yang lebih baik karena harus bersentuhan 
dengan air laut yang korosif.

Sejauh ini, memang ada perbedaan perhitungan sangat signifikan antara 
Departemen ESDM dan Kementerian PPN/Bappenas terkait dengan besaran 
potensi yang ada. Departemen ESDM memperkirakan potensi EAL hanya 2.000 
MW, sedangkan Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan ada potensi sekitar 
5,6-9 terrawatt.

Koordinator Tim Kajian Staf Ahli Bappenas Bidang Tata Ruang dan 
Kemaritiman Rizal Seiful Sabirin mengungkapkan perkiraan potensi 5,6-9 
terrawatt didasarkan pada hasil proyek Arus Lintas Indonesia (Arlindo).

Menurut dia, jika dikonversikan menjadi listrik, arus laut Indonesia 
bisa mencapai 30.000-50.000 kali lipat dari kapasitas pembangkit PLTA 
Jatiluhur 187 MW.

*Proyek tahap III*

Saat ini, Kementerian PPN/Bappenas merancang rencana untuk memasukkan 
EAL ke dalam program 10.000 MW tahap III.

Ada beberapa provinsi kepulauan yang dibidik untuk dijadikan lokasi 
pengembangan, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara 
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.

Bahkan, Son Diamar menargetkan pembangkit listrik energi arus laut di 
Kepulauan Riau sudah bisa beroperasi pada 2011-2012. Akankah rencana itu 
berjalan mulus?

Tantangan pertama adalah keandalan teknologi. Direktur Energi Terbarukan 
dan Konservasi Energi Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen 
ESDM Ratna Ariyanti meragukan keandalan teknologi EAL.

Dia mengatakan sejauh ini pemanfaatan EAL di dunia baru sebatas riset di 
laboratorium.

Akan tetapi, Rizal membantahnya dan menyatakan sudah banyak perusahaan 
penyedia teknologi pembangkit arus laut di dunia.

Di sisi lain, dia mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak dalam 
perangkap kartel teknologi. "Itu sudah menjadi rahasia umum ketika 
vendor menawarkan teknologi, mereka pasti juga ingin meningkatkan 
ketergantungan konsumennya. Nah, itu perlu ada strategi agar kita tidak 
terjebak."

Dari dalam negeri, Institut Teknologi Bandung telah berhasil 
mengembangkan turbin pembangkit EAL skala kecil, 5.000 watt, di Nusa 
Penida, Bali dan Sekotong, Lombok Barat.

Di Sekotong, tim yang sama bekerja atas permintaan Departemen Kelautan 
dan Perikanan untuk melistriki penduduk nelayan. Pembangkit di Sekotong 
telah beroperasi sejak Oktober 2009 dan menjual listrik seharga Rp500 
per kWh.

Harus diakui, tantangan pengembangan EAL adalah masalah pendanaan. 
Bayangkan saja, biaya yang dibutuhkan untuk setiap megawattnya sekitar 
US$3 juta. Kebutuhan dana investasi itu jauh di atas kebutuhan investasi 
untuk PLTA dan PLTGU (US$900.000-US$1 juta per MW) dan PLTU (US$1 
juta-US$1,2 juta per MW) yang kini menjadi primadona.

Tidak heran apabila Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana 
mengharapkan swasta berpartisipasi merealisasikan rencana besar ini, 
mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah. Besarnya investasi juga 
menuntut adanya insentif bagi investor agar proyek lebih menarik.

Sebenarnya, dengan dukungan penuh dari pemerintah, status sebagai EBT 
menjadikan EAL akan lebih mudah mendapatkan insentif dalam bentuk 
mekanisme pembangunan bersih (CDM) yang diatur protokol Kyoto.

Rizal menyesalkan pemerintah yang belum mengenal pembangkit listrik 
tenaga EAL dalam kebijakan energi nasionalnya. Bahkan, belum 
mengagendakan pembangunan PLT EAL hingga 2014. 
/(rudi.ariffia...@bisnis.co.id)/


irmec schrieb:
>  
>
> Alm mertua dari bu Armida sudah tiga tahun lalu membangun turbin 
> PLTArus. Tapi kata beliau - alm. Prof. Iskandar Alisjahbana - itu 
> bukan untuk skala besar.
>

Kirim email ke