Yth Pak Wisnaya dan Pak Tjahyo, dkk Kita itu bangsa yang sangat kaya, kita punya segalanya. Kita punya masalah didalam menjalankan proses. Untuk menjalankan proses, kita butuh energi awal, energi inisiasi untuk mengatasi kelembaman (inersia) kita. Ketika sudah bergerak, selalu ada gesekan. Gesekan dapat meredam (menyerap) energi kita. Gesekan membuat kita panas. Panas dipancarkan ke luar sistemnya. Yang bergerak dan yang menggesek sama-sama kehilangan energi - terbuang percuma keluar sistem (terbuang ke lingkungan) dan lingkungan itu akan mempengaruhi kita yang membuat kita kembali lembam. Jadi, mari kita bersinergi. Pembangunan PLTB perlu didukung. Kekuatan 80 KW (Rp 3,5 milyar) sudah cukup untuk membangun "localized energy district". Kecil dan bisa dikelola oleh masyarakat jauh lebih baik daripada besar 200 KW (Rp 15 Milyar) dan memerlukan manajemen kompleks, apalagi kemudian "dijual" ke PLN. Tentu saja harganya mahal karena harus biacar dalam bahasa investasi dan itung-itungan untung-rugi (cost and profit). Tetapi, kalau kita berpikir agak lain, yaitu dengan konsep "efforts and benefits" (usaha berbasis manfaat), dan itu mestinya sangat mudah dibangun dari masyarakat kita - karena masyarakat kita sesungguhnya sudah memiliki dan terbukti berjalan selama ini - itu jauh lebih baik. Jika memang ada pihak berkenan, saya bisa coba rintis bagaimana caranya membantu secara teknik. Persoalan energi adalah satu hal yang harus diatasi, tetapi PT PLN tidak selalu menjadi bagian dari solusi persoalan energi kita, terlebih ketika kita mampu memberdayakan local asset kita. ESDM sebagai "wakil negara" mestinya mengerti tentang misi ini. Kalau ESDM membuat "sesuatu" lalu "menjual" memang agak aneh. Makin aneh ketika ESDM mengundang "orang lain/swasta" membuat sesuatu, lalu setelah sesuatu itu selesai, ESDM "menjualnya" dan ...... OK, pendekatan "cost and profit" adalah hal yang paling gampang dilihat. Tetapi, bisa nggak, ESDM merintis satu program lain yaitu memberikan stimulan atau insentif untuk masyarakat dalam upayanya menciptakan dan mengelola energi untuk dirinya sendiri. Silakan ditindak-lanjuti. Salam, GB Suparta Jurusan Fisika FMIPA UGM Kabidyan Litbang LPPT UGM Tim Pengkaji Peran MIPA dalam Pengembangan RIPTEK EBT KNRT
Pan Bima <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya membaca, uraian Pak Suparta lebih berpijak pada filosofis dan kearifan dalam menyikapi persoalan energi. Konsep fisikawan seperti Pak Suparta sangat dekat dengan konsepnya Mahatma Gandhi. Gunakan energi seperlunya, lakukan secara mandiri dan jangan mengeksploitasi alam untuk menghasilkan energi secara berlebihan. Keterkaitan sistem membawa pasti berbagai perubahan jika salah satu subsistem dilakukan intervensi. Bali harusnya menjaga keseimbangan yang harmonis antara alam bhur, bwah, swah. Perubahan yang gradual akan lebih baik daripada percepatan yang dipaksakan. Sebab percepatan yang dipaksakan tentu akan membutuhkan energi yang lebih besar, berarti akan menguras sumberdaya alam yang lebih banyak dan akan berpengaruh pada keseimbangan ekologi. Perubahan yang perlahan-lahan akan dapat diikuti oleh keseimbangan alam, dan juga akan membutuhkan energi secukupnya. Tetapi suatu perubahan yang perlahan hanya dimungkinkan oleh paradigma berfikir manusianya yang juga dijiwai oleh Tri Hita Karana. Tidak perlu mengejar "kemajuan" dengan lompatan jauh kedepan. salam gde wisnaya On 9/17/07, CHPStar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Terimakasih lagi Pak Suparta, Jadi saya sudah dapat keyakinan bahwa ini adalah sistem kopleks yang paling sederhana berbasis electricity dan heat. Tinggal prosesnya ya? Karena Pemerintah sibuk ngurusi BUMN, kita tetap butuh LSM yang berkepentingan pada KONSUMEN. Perguruan Tinggi mesti ngurusi PRODUSEN. Nah, saya yang mengupayakan kerjasama konsumen dan produsen yang sudah ada di BNR itu. Selanjutnya progres disebut Public and Private Partnerships. Jadi kita musti bikin stakeholder process and partnerships. Saya mengerti deh. Salam: Tjahjo GBSuparta <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Tjahyo, Yth Terima kasih atas tanggapannya. Saya sependapat kalau sistem energi dan segudang persoalannya merupakan suatu complex systems, tetapi dapat diselesaikan secara paralel, yang berarti upaya penyelesaian perlu didekati dengan pemahaman matematika dan fisika tingkat kompleks dengan sistem pemroses paralel. Karena itu baru mencoba memetakan bersama beberapa rekan ahli Matematika dan Fisika dari UGM dan ITB. Bagi kami sudah jelas pak. Bahwa energi merupakan kebutuhan manusia. Sepanjang itu bisa dipenuhi sendiri (untuk diri sendiri atau lingkup kecil) - lakukan saja. Kami berupaya mendorong agar Pemerintah memberi insentif atas upaya berdikari/swadeshi demikian. Pada skala ini, umumnya inisiatif ini bukan bermaksud untuk tujuan komersial/private industry, tetapi memang lebih mengedepankan benefitnya bagi mereka. Bahwa energi juga merupakan kebutuhan massal. Disini peran industri, modal, ekonomi, sosial, politik, bahkan ideologi dapat saling berinteraksi. Bahkan pertimbangan sains dan teknologinya sering menjadi bias, lalu dieksploitasi sehingga "netralitas" sainstifik, engineering, dan teknologi menjadi berpihak. Kami berupaya meletakkan kembali pondasinya agar aspek-aspek yang kompleks itu bisa saling bersinergi. Kedua hal itu berbeda, bagai bumi dan langit. Jadi, bagaimana kita coba mendorong agar keduanya berjalan. Sendiri-sendiri dan paralel - oke-okelah. Masing-masing ada yang mengurus. Kalau kita bisanya segitu, ya setidaknya itu bisa menjawab masalah krisis energi kita sendiri. Peran LSM tentunya sangat besar. Tetapi, ada baiknya teman-teman LSM tidak secara gegabah memandang sisi negatif dari suatu kebijakan, program, dan implementasinya. Setiap orang/institusi punya jalan dharmanya sendiri. Perseteruan intelektual tanpa karya nyata dan bermanfaat akan banyak membuang energi ke lingkungan sehingga lingkungan hidup kita makin panas. Alam kita bisa makin panas kalau kampanye Global Warming kita tidak efisien. Kalau diskusi-diskusi di dalam ruang AC justru menghasilkan "pemanasan" baru, disamping AC itu itu sendiri membuang panas ke luar! Setidaknya kita berupaya mengingatkan bahwa sumber energi itu anugrah yang sudah given dan sesungguhnya telah tersedia di sekitar lingkungan kita, tidak perlu ngebor bumi, tidak perlu juga memanen cahaya matahari di luar angkasa dengan teknologi Space Power Station untuk ditransfer ke bumi (Ingat film James Bond Brosnan yang terakhir yang mempertunjukkan Icarus sebagai mesin penghancur bumi). Bahkan, kita dapat memperoleh energi yang menyejukkan dengan menanam tanaman (sumber biomassa), konservasi hutan (sumber daya mikrohidro) dan mengembangkan budidaya laut (angin, cahaya matahari, gelombang, ombak, elektrolit, hidrogen, dan tanaman hayati di laut). Salam, GB Suparta CHPStar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Suparta Yth, Mohon energi alternatif terus dikaji sampai dengan pengertian complex systems. Saya sebagai orang asosaiasi perencana pemerintah ternyata kami mengalami kesulitan untuk mengatakan ini the baselime (Public Electricity + Private Industry) dan itu the alternative. Kenyataannya, pakar pakar lokal sampai dengan saat ini masih sibuk meneliti bahaya tegangan extra tinggi 500 kV tapi apakah kita tahu bahwa untuk mengoperasikan Java-Bali Systems seyogianya kita butuh dana, sdm dan teknologi yang serba extra tinggi juga. Sekarang saya sebagai orang masyarakat sistem kendali masih sulit mengatakan the baseline dan the alternative adalah "parallel and distributed systems". Sebagai pribadi, kita harus jujur bahwa distributed system adalah new cooperative identity. Apakah kita masih sempat belajar tentang koperasi? Salam, Tjahjo GBSuparta < [EMAIL PROTECTED]> wrote: Semeton, Saya sedang melakukan kajian tentang energi alternatif, membantu kementerian ristek. Sesungguhnya banyak tersedia pembangkit-pembangkit energi yang tidak menyumbang pada pemanasan global, terutama pada jenis non-fosil (energi baru dan terbarukan, EBT). Tetapi, tidak semua jenis EBT aman dan tidak menyumbang pada pemanasan global. Kesimpulan dasar sementara saya adalah hasil residu pemanfaatan energi, energi yang disia-siakan (terbuang percuma), dan pemindahan energi (misalnya pada AC, Kulkas, dll) akan cenderung menyumbang panas ke lingkungannya. Secara kumulatif selanjutnya akan memberikan "energi" ke lingkungan, salah satunya dalam bentuk panas. Rekomendasi sementara, mari kita gunakan energi seperlunya saja, jangan berlebih. Konsep desa mandiri energi mungkin perlu dicermati dan diwujudkan karena energi yang dihasilkan lebih mudah dikelola dan relatif sedikit memberikan kontribusi pemanasan global (karena energi tidak termanfaatka). Sistem energi dengan jalur distribusi panjang merupakan sistem yang tidak efisien karena ada loss energi yang dibuang ke lingkungan (lingkungan menerima energi sehingga bertambah panas) selama perjalanannya. Semua benda menurut fisika itu adalah bentuk lain dari energi, tetapi energi itu baru berpengaruh ketika dia berubah karena posisi, keadaan, bentuk, dll. Jadi, kalau ingin menghasilkan energi, lakukan perubahan seperlunya. Residu energi yang disia-siakan akan menyebabkan benda-benda menjadi berenergi! Sebagian dari benda-benda berenergi itu sangat mungkin menjadi reaktif dan merusak lingkungan. Pernah mendengar kasus SUTET? Anda tidak direkomendasikan tinggal pada rumah beratap seng (logam) di bawah jaringan SUTET. Tapi, kalau membangun rumah genteng, boleh-boleh saja. Tapi, usahakan jangan mengoperasikan alat-alat elektronik karena potensial mengalami resonansi elektromagnet sehingga alat-alat elektronik itu menghasilkan energi. Energi itu mungkin tidak harmsfull, tetapi potensial bermasalah dalam jangka panjang. Silakan diseksamai. Salam, GB Suparta Fisika UGM Yogya --------------------------------- Check out the hottest 2008 models today at Yahoo! Autos. --------------------------------- Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. --------------------------------- Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us. --------------------------------- Got a little couch potato? Check out fun summer activities for kids. -- Gde Wisnaya Wisna Jl.Dewi Sartika Utara 32A Singaraja-Bali --------------------------------- Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.