~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Layanan Informasi Aktual [EMAIL PROTECTED] ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Catatan Redaksi Eskol-Net: Baru saja memasuki hari ke-5 pemerintahan Presiden ke VI, Susilo Bambang Yudhoyono, sebuah Gereja (GKIN) yang berlokasi di Komplek perumahan Puri Kosambi Karawang diserang dan dirusak ratusan massa seperti yang dilaporkan Tempo Interaktif di bawah.
Apakah pemerintahan dengan motto " Diskriminasi NO, Kesetiakawanan Sosial YES" dan yang dipilih secara langsung oleh rakyat ini dapat menjamin kebebasan rakyatnya dalam memeluk dan menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan rasa aman dan damai? Atau justru sebaliknya melanggengkan "tradisi" menutup, merusak dan atau membakar rumah ibadah milik orang lain yang tidak sesuai dengan keyakinannya? Sebagai informasi: Selama pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri yang berakhir pada 20 Oktober 2004, telah 114 buah gedung Gereja yang ditutup, dirusak dan atau dibakar, termasuk peristiwa penutupan Paroki dan pemblokiran sekolah Yayasan Sang Timur di Ciledug sebagai anti klimaks. ~~~~~~~~ Jawa Barat Warga Rusak Rumah Ibadah Senin, 25 Oktober 2004 | 16:20 WIB TEMPO Interaktif, Karawang: 500-an warga Kampung Kosambi II Desa Duren, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Ahad malam (24/10), pukul 20.30 Wib menyerang dan merusak sebuah rumah ibadah jemaat Gereja Kristen Injil Nusantara (GKIN) di komplek perumahan Puri Kosambi Blok A1 Rt.04/11, Karawang. Genting, kaca-kaca jendela, pintu masuk dan kursi-kursi hancur berantakan, tapi tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Pendeta Suhardi, si pemilik rumah, sampai Senin siang (25/10), belum diketahui rimbanya. Jemaatnya khawatir, Suhardi diculik warga yang melakukan penyerangan. "Saya khawatir pendeta diculik, sebab setelah kejadian dia (Pendeta Suhardi) tak pernah kelihatan lagi," kata Manulang salah seorang jemaat. Warga yang tinggal di sekitar komplek perumahan tersebut telah beberapa kali memberikan peringatan kepada Pendeta Suhardi dan para jemaatnya untuk tidak melakukan kegiatan ibadah di rumahnya. Bahkan, Camat Klari Abdul Kholik juga telah menyampaikan keberatan warga itu secara langsung. Tetapi, peringatan demi peringatan tersebut tak digubris pendeta Suhardi dan jemaatnya. Sampai akhirnya pada Sabtu malam (23/10), lima puluhan warga mendatangi rumah Pendeta Suhardi. Mereka menyuruh menghentikan aktivitas paduan suara komunitas yang mengatasnamakan Serikat Tolong Menolong (STM). Pada Minggu malam, limaratusan warga kembali mendatangi rumah yang dijadikan tempat ibadah itu, dan langsung merusaknya. Kepala Polres Karawang Ajun Komisari Besar Chairul Anwar membenarkan adanya aksi penyerangan dan perusakan atas rumah Pendeta Suhardi itu, Senin siang (25/10). Chairul berjanji segera mengundang pihak-pihak yang bertikai untuk mencari solusi yang terbaik. Chairul juga menepis kekhawatiran para jemaat pengikut Pendeta Suhardi yang menyatakan Suhardi "menghilang" karena diculik. "Tidak ada penculikan," Chairul menegaskan. Kemungkinan, kata Chairul melanjutkan, Suhardi sedang berkunjung ke teman-temannya, untuk mendinginkan suasana batinnya. Nanang Sutisna - Tempo http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/jawamadura/2004/10/25/brk,20041025-3 0,id.html