********************************* Laporkan Situasi lingkungan <[EMAIL PROTECTED]> Atau Hub Eskol Hot Line Telp: 031-5479083/84 ************************** Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus, Para Netters yang terhormat, berikut ini kami postingkan pemikiran Dr. A.S. Hikam (Pengamat Politik dari LIPI) dalam Diskusi yang diadakan oleh Forum Pengkajian Hak Asasi dan Demokrasi (FPHDI), tanggal 20 April 1999 di Wisma Bapindo, Heritage Club Lt.11, Singosari Room Jl.Basuki Rahmat, 129 - 137, Surabaya. Selamat membaca. Salam, Redaksi ======= "Episode Kekerasan Politik dan Moralitas Bangsa Dewasa Ini" --------------Dr. A. S Hikam---------------------------------------- Peristiwa-peristiwa yang berdimensi kekerasan dapat dilihat dari segi aspek politik. Yaitu dengan melakukan investigasi atau pengkajian hubungan antara masyarakat dan negara. Sebab, dalam literatur politik modern, negara mempunyai dominasi atau "privilege" untuk menggunakan kekerasan pada saat-saat tertentu. Hal ini ditolerir oleh hampir seluruh teori politik, mulai dari yang paling liberal sampai pada yang paling totaliter. Misalnya dalam teori Thomas Hobbes, Rousseau, John Locke diakui bahwa negara memang mempunyai "privilege" untuk menggunakan kekerasan untuk menjamin "order" atau tatanan sosial politik. Hobbes sangat dikenal dengan konsepsinya bahwa negara perlu ada agar individu-individu, dalam mencari kepuasan masing-masing, tidak saling membunuh. Rosseau, dalam filsafat politiknya, mengatakan privilege menggunakan kekerasan itu adalah dalam rangka menjamin hak hidup, hak kebebasan, dan "property" masyarakat. Demikian juga dalam teori yang lebih modern, seperti teori Max Weber, dikatakan bahwa kekerasan oleh negara diibaratkan seorang ayah bertindak disiplin kepada anaknya, dengan kemungkinan mendera anaknya itu supaya tidak melakukan tindakan yang lebih destruktif. Begitu juga teori Marxisme yang diaplikasikan ke dalam gagasan Lenin dan diterapkan oleh Stalin mengatakan, negara sebagai penjelmaan kehendak kelas proletar (marhaen) yang disublimasikan ke dalam partai serta membuat aparat negara, memiliki kekuasaan yang hampir tak terbatas dalam hal penggunaan kekerasan. Karena negaralah penjelmaan kehendak rakyat. Dalam literatur negara otoriter dikatakan, negaralah yang lebih tahu yang baik bagi rakyatnya, sehingga berhak menggunakan kekerasan. Dalam hal ini, negara mendapat justifikasi. Dalam konteks Indonesia, selama 50 tahun lebih merdeka masih proses eksperimen karena belum berhasil menciptakan suatu sistem yang bisa menciptakan keseimbangan/balance antara negara dan masyarakat. Bila tidak balance maka "privilege" negara tidak bisa dibatasi. Di era demokrasi parlementer memang negara tidak terlalu kuat tetapi eksperimen ini tidak berhasil karena realitas struktural pada masa pasca Kolonial itu belum bisa teratasi. Justru menciptakan kegaduhan karena konflik di masyarakat yang bersifat ideologis, dan negara tampaknya tidak mampu menyelesaikannya. Waktu itu ada godaan besar pada elit politik untuk melakukan eksperimen sebaliknya yaitu dengan menguatkan negara. Kemudian demokrasi terpimpin menggeser visi elit politik parlementer yang ingin memberi porsi yang seimbang antara negara dan masyarakat. Demokrasi terpimpin betul-betul memberi privilege bagi negara untuk mendominasi politik. Namun eksperimen demokrasi terpimpin juga gagal karena tidak bisa mengatasi konflik elit politik di dalam dirinya sendiri dan tidak mempunyai infrastruktur yang kuat. Kemudian demokrasi terpimpin jatuh dan meluncurkan suatu rezim baru, yaitu Orde Baru. Bersambung ....................... "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l