********************************* Laporkan Situasi lingkungan <[EMAIL PROTECTED]> Atau Hub Eskol Hot Line Telp: 031-5479083/84 ************************** Kelanjutan .................. (3) _________________ Pemikiran Dr. A.S. Hikam (Pengamat Politik dari LIPI) dalam Diskusi yang diadakan oleh Forum Pengkajian Hak Asasi dan Demokrasi (FPHDI), tanggal 20 April 1999 di Wisma Bapindo, Heritage Club Lt.11, Singosari Room Jl.Basuki Rahmat, 129 - 137, Surabaya. Selamat membaca. Salam, Redaksi "Episode Kekerasan Politik dan Moralitas Bangsa Dewasa Ini" --------------Dr. A. S Hikam------------------------------------------ Ketika Orde Baru sudah menterjemahkan yang baik menurutnya bagi rakyat lalu dicoba di-"counter", ia dengan mudah akan menggunakan kekerasan. Implikasi dari kekerasan semacam ini tidak bisa lagi dihitung saat ini atau hanya 10 tahun lalu. Ini sudah bersifat "generation". Misalnya, keturunan napol G 30 S/PKI. Mereka juga mempunyai anak dan cucu sehingga bisa timbul suatu kesadaran untuk balas dendam, bahwa ini adalah ketidakadilan yang diwariskan. Tentu sulit dikatakan bahwa mereka kemudian menerima saja perlakuan terhadap mereka selama ini. Mereka tentu mempunyai kemarahan-kemarahan yang bisa dengan mudah muncul pada saat-saat krisis. Inilah yang berbahaya dari hasil kekerasan yang terlalu banyak dilakukan oleh negara yang otoriter. Sekarang, untuk keluar dari kemelut ini, walaupun sudah 30 tahun mengalami demoralisasi dalam hal penggunaan kekerasan, kita harus berani melakukan dekonstruksi atas gagasan yang memberikan "privilege" paling banyak kepada negara. Ini saya sebut sebagai perubahan reorientasi menjadi orientasi politik kewarganegaraan. Jadi, sekarang bukan negara yang diberi "privilege" tetapi mengembalikan kedaulatan rakyat sebagaimana diinginkan oleh para pendiri negeri ini. Walaupun hal ini dilakukan secara gradual, maka pelan-pelan apa yang dimonopoli negara itu secara perlahan harus dikurangi dan dihilangkan. Politik kewarganegaraan, harus berangkat dari hak-hak dasar/asasi, yaitu paling tidak tiga dasar prinsip dalam berpolitik; hak berpendapat, hak berkumpul, dan hak berorganisasi. Apabila kita sudah mulai berpolitik dengan mempergunakan model seperti itu, maka sistem dan format politik yang dibuat pun akhirnya selalu berorientasi kepada hak-hak tersebut. Kalau toh negara masi diberikan "privilege" tertentu, itu berartimereka tidak boleh dikontrol. Justru sebaliknya, karena mereka mempunyai dalil Weber tadi. Penguasa mempunyai penguasaan/dominasi terhadap alat-alat kekerasan maka penggunaan alat kekerasan apa pun harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Jadi, tidak semena-mena. Di era reformasi saat ini sama sekali belum diadakan reorientasi seperti itu. Oleh karenanya, akan terbentuk rezim Orde Baru II atau bahkan sampai III. Sampai sekarang, kelompok status quo belum melakukan reorientasi dalam format dan struktur politik. Kekerasan akhir-akhir ini (era Habibie) memang muncul dalam wacana yang paling jelas, karena tidak ada lagi rezim yang mempunyai otoritas. Di saat yang sama tidak ada kekuatan "counter" yang efektif. Oleh karena itu, dapat dilihat bagaimana kekerasan melanda di mana-mana hingga di jalan-jalan raya. Di Jakarta misalnya, banyak orang ngamen sambil memaksa, yakni dengan mencoret mobil atau mengambil kaca spionnya. Ini luar biasa, karena tidak ada lagi otoritas yang dianggap mempunyai kemampuan kontrol. Lebih besar lagi kerusuhan-kerusuhan horizontal, dimana kekerasan digunakan semena-mena oleh masyarakat. Tetapi masyarakat itu pun melakukannnya karena juga tidak melihat adanya suatu kekuatan yang bisa dianggap sebagai sesuatu yang mewakili mereka, ditambah provokasi dari luar. Provokasi dari luar itu tentu berasal dari mereka yang masih senang dengan format politik lama (kelompok status quo). Bersambung ...................................) "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l