Bung SUHARYO!!!!

Ini termasuk sampah fisika dan quack kan? Artikel yang tercantum ini?

Tinjauan kritisnya seperti ditulis oleh orang yang delusional....


--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Raja Elang <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> 
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 1
> Â 
> PARADIGMA SAINS-MISTIS FRITJOF CAPRA
> (SUATU TINJAUAN KRITIS DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN)
> Oleh:
> Sutjipto Subeno
> Â 
> Sejak berkembangnya hipotesa Relativitas Einstein,1 dunia fisika
mengalami
> pergolakan paradigma. Struktur paradigma lama yang didasarkan pada
paradigma Cartesian
> dan Newton mengalami pergeseran. Semua batasan-batasan absout yang
ditegakkan oleh
> Cartesius dan Newton di dalam rumus-rumus “ilmu pasti”-nya mulai
dipertanyakan, bahkan
> diruntuhkan oleh pemikiran-pemikiran dan rumus-rumus relativisme
yang merupakan “ilmu
> relatif”.
> Bahkan setelah perkembangan fisika nuklir, yang merupakan aplikasi
dari hipotesa
> Einstein, telah berhasil menelurkan beberapa hasil tertentu, maka
hipotesa Einstein semakin
> menekan teori-teori fisika Newton.2 Beberapa ahli fisika modern,
dengan segera dan senang
> hati menerima paradigma baru ini untuk diperkembangkan lebih lanjut.
Beberapa di antara para
> tokoh tersebut adalah fisikawan modern seperti Stephen Hawkings dan
Fritjof Capra.3 Di dalam
> makalah ini secara khusus akan disoroti paradigma yang dipaparkan
oleh Capra, dimana ia
> mengkaitkan sains dengan pemikiran Tao dari Lao Tze.4
> PARADIGMA ATAU ASUMSI DASAR CAPRA
> Fritjof Capra memulai teorinya dengan sejumlah asumsi dasar, yang
menjadi suatu
> paradigma bagi seluruh pemakaian sainsnya. Sekalipun ia berusaha
untuk mencari dukungan
> ---
> 1 Di dalam makalah ini, teori atau rumusan Einstein secara konssten
dianggap hanya sebagai hipotesa, karena
> paradigma ini belum sepenuhnya dapat dibuktikan keabsahannya.
Bahkan, beberapa hipotesa dasar relatif dari
> Einstein, yaitu e = mc2 (energi dapat dihasilkan melalui pengurangan
massa atau sebaliknya = hukum kekekalan
> energi) belum dapat dibuktikan di semua bidang secara tuntas.
> 2 Teori tentang fusi dan juga pembuktian berpengaruhnya kecepatan
gerak diperbandingkan dengan kecepatan
> sinar matahari / gerak elektromagnetik, telah membuat teori mekanika
Newton mendapatkan goncangan yang
> cukup keras.
> 3 Dengan bukunya: Tao of Physics dan The Turning Point
> 4 Pembahasan dipusatkan kepada buku pertamanya, Tao of Physics,
dimana ia lebih banyak mempermasalahkan
> paradigma yang dipakainya untuk melihat dan mengerti sains. Kelak di
dalam buku keduanya, The Turning Point,
> ia mencoba untuk mengaplikasikan paradigma tersebut di berbagai
bidang disiplin ilmu, seperti sosiologi, sains,
> kebudayaan, dll.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 2
> Â 
> untuk asumsi-asumsi yang ditegakkannya, terlihat sekali di beberapa
bagian, justru asumsiasumsi
> itulah yang mewarnai interpretasinya terhadap realita sejarah sains.
> 1. Fisika Cartesian dan Newtonian kadaluarsa
> Bagi Capra, fisika Cartesian dan Newtonian telah salah memandang
alam semesta. Seluruh
> materi hanya dianggap sebagai benda mati.
> “The ‘Cartesian’ division allowed scientists to treat matter
as dead and completely separate
> from themselves, and to see the material world as a multitude of
different objects assembled
> into a huge machine. Such a mechanistic world view was held by Isaac
Newton who
> constructed his mechanics on its basis and made it the foundation of
classical physics. From
> the second half of the seventeenth to the end of the nineteenth
century, the mechanistic
> Newtonian model of the universe dominated all scientific thought. It
was paralleled by the
> image of a monarchial God who ruled the world from above by imposing
his divine law on
> it. The fundamental laws of nature searched for by the scientist
were thus seen as the laws of
> God, invariable and eternal, to which the world was subjected.”5
> Dengan argumentasinya ini, Capra menyerang pendekatan Cartesian,
Newtonian dan
> sekaligus menyerang Kekristenan, dengan asumsi bahwa pandangan dunia
materi itu mati
> adalah salah, dan bahwa Tuhan memerintah dunia inipun juga salah.
Capra beranggapan
> bahwa dunia ini terdiri dari materi yang hidup, sehingga seluruh
paradigma Cartesian dan
> Newtonian sama sekali tidak dapat dipakai lagi. Akibatnya paradigma
sains perlu diganti
> dengan paradigma dari sains modern, yang mengacu kepada teori
Relativitas.
> 2. Relasi erat fisika modern dan mistisisme timur
> Fisika Modern dimulai oleh Galileo, yang bercirikan kombinasi antara
pengetahuan empiris
> dengan matematika. Oleh karena itu, Capra melihat Galileo sebagai
bapak dari Sains
> Modern.6 Tetapi ia juga melihat bahwa akar dari perkembangan sains
bermula dari filsafat
> Gerika, khususnya dari arus pikir Milesian, yang dapat dikatakan
sangat mirip dengan
> konsep pikir monistis dan organis dari filsafat India dan Cina
kuno.7 Mereka sama-sama
> percaya adanya Prinsip Ilahi yang mengatasi semua allah dan manusia.
> Oleh karena itu, Capra melihat Sains Modern kembali kepada perpaduan
dengan Mistisisme
> Timur. Untuk itu paradigma Sains Modern berbeda (berubah) dari
paradigma Sains Barat
> kuno. Ciri dari paradigma Sains Modern adalah:
> ---
> 5 Capra, Tao, hal.27.
> 6 Capra, Tao, hal.27.
> 7 Capra, Tao, hal.24-25.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 3
> Â 
> “In contras to the mechanistic Western view, the Eastern view of
the world is ‘organic’. For
> the Eastern mystic, all things and events perceived by the senses
are interrelated, connected
> and are but different aspects or manifestations of the same
ultimate reality.”8
> Dan untuk mendukungnya, ia melihat berbagai corak filsafat Timur,
dimana berbagai-bagai
> arus Mistisisme Timur, sekalipun berbeda-beda di dalam berbagai
detail ajaran mereka,
> namun:
> “they all emphasized the basic unity of the universe which is the
central feature of their
> teaching. The highest aim of their followers â€" whether they are
Hindus, Buddhists, or Taoists
> â€" is become aware of the unity and mutual interrelation of all
things, to transcend the notion
> of an isolated individual self and to identify themselves with the
ultimate reality.”9
> Paradigma inilai yang diimpor dan mewarnai pikiran Capra di dalam
meninjau seluruh
> perkembangan Sains Modern. Hal ini jelas, seperti yang diakuinya,
bahwa pikiran itu mulai
> berkembang di tengah-tengah masyarakat Barat sekitar 20 tahun
terakhir, akibat masuknya
> Mistisisme Timur ke Barat.10
> Itu alasan mengapa kemudian Capra menyoroti sains, khususnya Sains
Modern bukan lagi
> sebagai suatu permasalahan rasional, seperti paradigma yang dipegang
selama ini
> dikalangan ilmuwan, tetapi lebih melihatnya sebagai suatu “jalur
hati”.
> They are intended to suggest that Eastern thought and,, more
generally, mystical thought
> provide a consistent and relevant philosophical background to the
theories of contemporary
> science; a conception of the world in which scientific discoveries
can be in perfect harmony
> with spiritual aims and religious belief. … It (the book or Capra)
attempts to suggest that
> modern physics goes far beyond technology, that the way â€" of Tao
â€" of physics can be a path
> with a heart, a way to spiritual knowledge and self-realization.11
> 3. Kesamaan pendekatannya: Relativisme.
> Problema penggabungan kedua bidang besar, menurut Capra haruslah
dipandang dengan
> terlebih dahulu menyelesaikan pengertian “mengetahui” dan
bagaimana pengetahuan itu
> diekspresikan. Untuk itu Capra mendefinisikan beberapa hal:
> Rational knowledge is thus a system of abstract concepts and
symbols, characterized by the
> linier, sequential structure which is typical of our thinking and
speaking. In most language,
> this linier structure is made explicit by the use of alphabets which
serve to communicate
> experience and thought in long lines of letters.
> ---
> 8 Capra, Tao, hal.29.
> 9 Capra, Tao, hal.29.
> 10 Capra, Tao, hal.15.
> 11 Capra, Tao, hal.30-31.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 4
> Â 
> The Natural World is one of infinite varieties and complexities, a
multidimensional world
> which contains no straight lines or completely regular shapes, where
thins do not happen in
> sequences, but all together; a world where â€" as modern physics
tells us â€" even empty space
> is curved. It is clear that our abstract system of conceptual
thinking can never describe or
> understand this reality completely.12
> Akibatnya kita sulit menyadari akan keterbatasan dan relativitas
pengetahuan konseptual
> kita. Kita akan sulit membedakan antara realitas yang sesungguhnya
dari konsep atau
> simbol realita itu, yang diutarakan oleh pengetahuan konseptual
kita. Menurut Capra,
> disinilah Mistisisme Timur memberikan jalan keluar untuk kita tidak
perlu bingung lagi.
> Untuk ini, paradigma pengetahuan kita jarus diubah, dari pengetahuan
konseptual menuju
> kepada pengetahuan eksperimental, agar kita dapat langsung bertemu
dengan realita itu
> sendiri. Pengetahuan eksperimental ini melampaui pengetahuan
intelektual dan juga
> persepsi inderawi kita:
> What the Eastern mystics are concerned with is a direct experience
of reality which
> transcends not only intellectual thinking but also sensory perception.13
> Oleh karena itu, Capra mengusulkan untuk menggabungkan kedua sistem
pengetahuan.
> Dan Capra melihat bahwa sebenarnya, kedua sistem ini saling tumpang
tindih di dua dunia
> (realm) tersebut.
> Although physicist are mainly concerned with rational knowledge and
mystics with intuitive
> knowledge, both type of knowledge occur in both fields. This becomes
apparent when we
> examine how knowledge is obtained and how it is expressed, both in
physics and Eastern
> mysticism.14
> Bahkan lebih jauh, Capra mengargumentasikan bahwa,
> The rational part of research would, in fact, be useless if it were
not complemented by the
> intuition that gives scientist new insights and makes them creative.15
> Disini Capra melangkah lebih jauh dengan meletakkan pengetahuan
intuitif (intuitive
> knowledge) di atas pengetahuan rasional, bahkan riset rasional.
Memang kemudian, ia
> mengatakan bahwa wawasan intuitif tidak terpakai di dunia fisika,
kecuali ia bisa
> diformulasikan di dalam kerangka kerja matematis, yang didukung
dengan suatu penafsiran
> dalam bahasa yang gamblang.
> ---
> 12 Capra, Tao, hal.35.
> 13 Capra, Tao, hal.36.
> 14 Capra, Tao, hal.37.
> 15 Capra, Tao, hal.39.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 5
> Â 
> Sebaliknya, ia juga mengargumentasikan adanya elemen rasional di
dalam Mistisisme
> Timur. Memang tingkatan pemakaian rasio dan logika berbeda-beda di
setiap arus pikir ini.
> Ia melihat bahwa Taoist sangat mencurigai rasio dan logika.16 Dan di
dalam dunianya,
> Mistisisme Timur didasarkan pada wawasan langsung ke dalam nature
realitanya,
> sedangkan fisika didasarkan pada penelitian terhadap fenomena
natural di dalam pengujian
> ilmiah. Dan dalam hal ini keduanya masuk ke dalam dunia relatif.17
> 4. Natur yang holistik dan organik.
> Fisika baru18 ini dimulai dengan keharusan kita mengadopsi pandangan
yang lebih penuh,
> menyeluruh dan ‘organik’ terhadap natur. Untuk itu kembali Capra
menekankan perlunya
> kita meninggalkan paradigma lama dari fisika klasik.
> Pada tingkat lanjut, Capra memasukkan konsep Panteisme dari
Mistisisme Timur sebagai
> paradigma sains, yaitu memandang seluruh keberadaan sebagai
keberadaan tunggal, yang
> menyatu dan tidak perlu dan tidak bisa diperbedakan lagi.
> All things are seen as interdependent and inseparable parts of this
cosmic whole; as different
> manifestations of the same ultimate reality.19
> Capra mengacu bahwa manusia sering tidak menyadari realita seperti
ini, karena manusia
> selalu membagi-bagi dunia ini di dalam berbagai obyek dan peristiwa.
Capra mengakui
> perlunya pembagian ini untuk menjalankan kehidupan sehari-hari,
tetapi itu semua
> bukanlah unsur fundamental dari realita. Ia menegaskan:
> The basic oneness of the universe is not only the central
characteristic of the mystical
> experience, but is also one of the most important revelations of
modern physics. … The
> unity of all things and events will be a recurring theme throughout
our comparison of
> modern physics and Eastern philosophy.20
> Paradigma ini didukung oleh perkembangan fisika atom, dimana
konstituen setiap materi
> dan fenomena dasar atomik ini sangat berkaitan erat satu sama lain
dan saling bergantung
> satu dengan yang lain; sehingga mereka tidak lagi dapat dimengerti
sebagai suatu unsur
> ---
> 16 Capra, Tao, hal.41.
> 17 Untuk ini Capra mengacu kepada paradigma Einstein, yang melihat
seluruh sains dalam kerangka relativitas.
> Seluruh teori Sains Modern tidak dapat dikatakan pasti, karena masih
harus mengacu kepada perkembangan teori
> itu sendiri. (Bandingkan dengan pemikiran Thomas Kuhn di dalam teori
paradigmanya, di dalam buku Peran
> Paradigma dalam Revolusi Sains.)
> 18 Atau “New Physics” merupakan istilah yang dipakai oleh Capra
untuk melukiskan pendekatan fisika yang
> memakai paradigma barunya. Dan ini secara khusus dibahas di dalam
bab IV bukunya.
> 19 Capra, Tao, hal. 141.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 6
> Â 
> yang berdiri sendiri, melainkan hanya bisa dimengerti sebagai satu
bagian integral dari
> suatu keseluruhan. Menggunakan teori kuantum, ia mengatakan:
> Quantum theory forces us to see the universe not as collection of
physical object, but rather
> as a complicated web of relations between the various parts of a
unified whole.21
> Dan ia melanjutkan:
> This, however, is the way in which Eastern mystics have experienced
the world, and some of
> them have expressed their experience in words which is almost
identical with those used by
> atomic physicist.22
> Di dalam komentar edisi keduanya ini, Capra melanjutkan bahwa sifat
interkoneksi (saling
> berelasi dan bergantung) di dalam sains berkembang ke berbagai
bidang, sampai ke
> parapsikologi.
> The new kind of interconnectedness that has recent emerged not only
enforces the similarity
> between the views of physics and mystics; it also raises the
intriguing possibility of relating
> subatomic physics to Jungian psychology and, perhaps, even to
parapsychology.23
> Maka, dengan ini Capra melihat seluruh fenomena dunia ini bersifat
semu, dan realita dasar
> pada hakekatnya tunggal. Realita sains bisa bersatu dengan dunia
paranormal..
> Dengan penerimaan Panteisme dan Mistisisme merasuki dunia sains,
maka seluruh realita
> materi kini dilihat sebagai realita yang hidup. Pergerakan elektron
dalam molekul-molekul
> kayu diinterpretasikan sebagai kehidupan materi. Dengan lebih tajam
lagi, dapat dikatakan
> bahwa benda-benda yang selama ini dianggap mati, kini dianggap
hidup, bahkan setara
> dengan manusia.
> Gagasan ini memiliki implikasi yang luas. Urbanus Weruin, dalam
makalah ilmiahnya,24
> melihat bahwa memandang alam sebagai benda mati telah berakibat
fatal bagi ekologi.
> Manusia seolah-olah boleh mengeksploitasi alam semaunya. Sebagai
alternatifnya, ia
> menyodorkan paradigma dari Mistisisme Timur untuk melestarikan
lingkungan hidup.
> Memandang alam sebagai “makhluk hidup” bahkan setara dengan
manusia, akan
> menjadikan manusia menyayangi alam dan bisa menyatu dengan alam.
> ---
> 20 Capra, Tao, hal. 142.
> 21 Capra, Tao, hal. 150.
> 22 Capra, Tao, hal. 150.
> 23 Capra, Tao, hal. 341 .
> 24 Weruin, Urbanus. “Nilai-nilai Teknologi dan Etika Lingkungan
Hidup” Bulletin Ilmiah Tarumanegara, th 6,
> no.21, hal.81.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 7
> Â 
> 5. Seluruh realita sains tidak bertentangan
> Karena semua realita pada dasarnya tunggal, maka tidak mungkin ada
satupun fenomena
> yang bisa dipertentangkan. Capra berasumsi:
> Opposites are abstract concepts belonging to the realm of thought,
and as such they are
> relative. By the very act of focusing our attention on any one
concept we create its opposite.
> Untuk itu ia mengutip pikiran Lao Tse:
> “When all in the world understand beauty to be beautiful, then
ugliness exists; when all
> understand goodness to be good, then evil exists.”25
> Semua dualism, seperti pagi dan petang, hidup dan mati, dsb.
Haruslah dilihat hanya
> sebagai dua sisi dari satu realita tunggal. Disini seluruh konsep
pembagian, keteraturan,
> keterbatasan, kekhususan, tidak boleh lagi membatasi perkembangan
pemikiran sains dan
> cara mengerti realita dunia ini. Capra berargumen, justru karena
pemikiran akan struktur
> keteraturan, maka manusia tidak pernah bisa mengerti pergerakan
elektron, sampai manusia
> menerima bahwa pergerakan elektron memang pergerakan yang tidak bisa
diduga dan tidak
> pasti adanya.26
> Capra juga menekankan bahwa di dalam paradigma Sains Modern ini,
kekosongan dan
> kepenuhan (emptiness and form) bukan dua hal yang bertentangan lagi,
tetapi lebih
> merupakan satu realita tunggal. Untuk itu, ia mengutip dukungan dari
perkataan seorang
> kosmologis dan astrofisis, Fred Hoyle, yang mengatakan:
> “Present-day development in cosmology are coming to suggest rather
insistently that
> everyday conditions could not persist but for the distant parts of
the universe, that all our
> ideas of space and geometry would become entirely invalid if the
distant parts of the
> universe were taken away. Our everyday experience even down to the
smallest details seems
> to be so closely integrated to the grand-scale features of the
Universe that it is well-nigh
> impossible to contemplate the two being separated.”27
> Akibatnya, jelaslah bahwa paradigma Newton tidak dapat lagi
diterapkan di dalam
> paradigma yang baru ini. Penggabungan antara kekosongan dan bentuk,
menjadikan seluruh
> realita tidak dapat lagi dimengerti secara biasa, tetapi menuntut
adanya pola pandang yang
> baru.
> ---
> 25 Lao, Tze. Tao Te Ching, pasal 1, seperti yang dikutip dalam
Capra, Tao, hal. 157.
> 26 Capra, Tao, hal. 344.
> 27 Hoyle, F. Frontiers of Astronomy, London: Heinemann, 1970, hal.
304, yang dikutip oleh Capra, Tao, hal. 232.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 8
> Â 
> PENERIMAAN PARADIGMA CAPRA
> Paradigma Capra mendapat sambutan dari banyak orang, karena paling
tidak ia
> memberikan beberapa hal yang dapat dianggap positif bagi dunia sains
khususnya dan dunia
> luas pada umumnya. Beberapa diantaranya, adalah:
> 1. Dukungan Hipotesa Relativitas Einstein
> Paradigma Newton dan Cartesian memang mendapatkan pukulan berat dan
jatuh
> dengan terbuktinya beberapa bagian dari hipotesa Einstein. Hipotesa
Einstein telah memaksa
> hukum mekanika Newton mengalami perbaikan jika ingin diterapkan
kepada materi-materi
> yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi (seperti gerak elektron
atau gelombang
> elektromagnetik). Akibatnya, dimensi ruang dan waktu yang menjadi
batasan di dalam
> paradigma Newton, kini direlasikan menjadi suatu relasi relatif
melalui hipotesa Einstein.
> Suksesnya perkembangan hipotesa Einstein di dalam memperkembangkan
ilmiah nuklir
> (yang memang memiliki unsur pergerakan elektromagnetik dan gerak
elektron yang
> berkecepatan sangat tinggi), menjadikan hipotesa ini seolah-olah
boleh disahkan menjadi suatu
> teori mekanika baru yang dapat diterapkan di semua bidang dan semua
benda. Akibatnya,
> paradigma Newton dan Cartesian tidak mendapatkan tempat sama sekali
di percaturan Sains
> Modern.
> 2. Manusia sebagai Pusat
> Dasar utama pemikiran paradigma baru ini adalah penolakan terhadap
pandangan
> penciptaan dunia ini oleh Allah yang berdaulat. Einstein, Capra,
menolak pandangan ini.
> Mereka berargumentasi bahwa dengan melihat alam ini sebagai ciptaan,
maka alam menjadi
> materi yang mati yang terbatas dan terikat oleh hukum kausalitas.
Sebagai alternatif, mereka
> memilih melihat manusialah dengan intuisinya menjadi pusat dari
segala pemikian sains dan
> interpretasi alam. Disini semangat humanisme diangkat ke puncaknya.
> Pikiran ini sangat disenangi oleh masyarakat modern, yang memang
pada hakekatnya
> memang sudah menolak Allah dan ingin mengembangkan pemikiran
humanisme setinggitingginya.
> Paradigma Capra memungkinkan manusia memperkembangkan sains sambil
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 9
> Â 
> mencapai tujuan humanisme-nya, dimana manusia tidak perlu mengakui
Allah sebagai
> Pencipta Alam semesta atapun Pengatur pergerakan sejarah manusia.
> Paradigma Capra sekaligus menjunjung tinggi manusia ke posisi Allah.
Manusialah
> yang menjadi penentu segala sesuatu. Intuisi (yang didukung dengan
Mistisisme Timur)
> diagungkan sebagai dasar penentu pergerakan dan perkembangan sains
(bahkan ke semua
> bidang ilmu).
> 3. Relativitas Paradigma Sains
> Dengan dobrakan Thomas Kuhn, dunia sains dituntut untuk
meginterpretasi ulang
> perkembangan sejarahnya. Kuhn melihat bahwa sains bukanlah merupakan
suatu pergerakan
> sinambung dari sains-normal (normal-science), tetapi lebih merupakan
loncatan paradigma,
> sebagai akibat terjadinya revolusi-sains (science-revolution).28
Maka dunia sains merupakan
> dunia pergolakan teori-teori sains yang bergerak dari satu paradigma
ke paradigma lain.
> Teori Kuhn membuka wawasan untuk melihat sains sebagai teori yang
senantiasa
> berkembang dan berubah, seturut paradigma yang mendasarinya. Dunia
modern yang bersifat
> relatif sangat menyukai gagasan Kuhn ini. Dunia modern sudah
mengalami traumatik akibat
> konsep kemutlakkan, yang dipegangnya sejak Pencerahan di abad ke
XVII, gugur di dalam
> Perang Dunia I dan II.29 Semangat kemutlakkan berbalik menjadi
semangat pragmatis dann
> relatif. Masyarakat modern menuduh keyakinan akan kemutlakkan yang
telah menyebabkan
> timbulnya pertikaian dan peperangan. Sebaliknya, semangat
relativitas dan pragmatis akan
> menolong manusia lebih luwes dan bersahabat. Semangat ini saling
mempengaruhi timbalbalik
> dengan timbulnya paradigma sains Capra.
> 4. Kehidupan Materi
> Sejak manusia meninggalkan Allah dan menuju ke Ateisme, maka tanpa
sadar manusia
> mengalami kekeringan rohani. Selama sekitar satu abad30 manusia
mencoba bertahan, tetapi
> pada akhirnya manusia mau tidak mau menyadari tidak terhindarnya
manusia bertemu dengan
> realita metafisika.
> ---
> 28 Untuk mempelajari secara lebih teliti, harap melihat dari buku
Thomas Kuhn, yang berjudul Peran Paradigma
> dalam Revolusi Sains, khususnya di pasal IX - XIII
> 29 untuk melihat penjelasan lebih lanjut dapat melihat tesis penulis
dengan judul “Iman Kristen dan Gerakan
> Zaman Baru: Suatu Tinjauan Kritis”, Jakarta: STTRII, 1995, hal
1-8. (tidak diterbitkan).
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 10
> Â 
> Namun, manusia tidak rela kembali kepada Allah, sehingga akhirnya
mereka lebih
> cenderung untuk mengadopsi Mistisisme Timur, yang memberikan
kepuasan metafisika, tanpa
> perlu mengakui Allah yang berdaulat dan manusia yang berdosa. Dengan
menerima Mistisisme
> Timur, yang berkembang pesat di tengah pikiran Barat dari sejak
sekitar tahun 1960-an,
> paradigma sains Capra segera mendapatkan tempat pula. Bahkan dapat
dikatakan Capra sendiri
> telah terlebih dahulu berpindah ke paradigma Mistisisme Timur, dan
dengan paradigma itu ia
> merekonstruksi ualng seluruh teori sainsnya. Itu alasan paradigma
sains Capra tidak mengalami
> kesulitan penerimaan di tengah masyarakat yang memang telah
mempunyai paradigma yang
> sama.
> Di samping itu, rusaknya ekosistem, meluasnya polusi dan munculnya
berbagai dampak
> negatif perkembangan teknologi modern, menjadikan manusia dengan
senang hati berpindah ke
> paradigma Capra, yang dilandasi pikiran Mistisisme Timur. Pikiran
Mistisisme Timur dianggap
> dapat membuat manusia lebih mencintai alam dan memperhatikan
lingkungan. Berbagai
> slogan, seperti “back to nature” mengajak masyarakat modern
memandang alam sebagai
> kesatuan dengan dirinya sendiri, sehingga manusia bisa lebih
memelihara kelestarian
> lingkungannya.
> TINJAUAN KRITIS
> Namun, untuk begitu saja menerima paradigma Capra, sebagai orang
Kristen, kita perlu
> mempertimbangkan beberapa hal secara serius.
> 1. Paradigma Capra sebagai Paradigma Gerakan Zaman Baru.
> Pendekatan Capra yang mengawinkan filsafat Barat dengan Mistisisme
Timur dikenal
> saat ini sebagai perkembangan filsafat Barat yang terbaru, yang
berkembang sejak tahun 1960-
> an hingga saat ini, yang diberi julukan Gerakan Zaman Baru (New Age
Movement).
> Arus ini merupakan kelanjutan dari perkembangan filsafat Modernisme
dan Pasca-
> Modernisme, yang kecewa pada pendekatan-pendekatan Barat selama ini.
Mereka berasumsi
> bahwa pendekatan Barat telah gagal membawa manusia menuju kepada
kebahagiaan dan
> ---
> 30 Perkembangan serius manusia menuju kepada Ateisme mulai terlihat
jelas sejak berkembangnya Agnostiksisme
> yang diperkembangkan oleh Thomas Henry Huxley sekitar abad ke XIX
(tahun 1869).
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 11
> Â 
> kesejahteraan hidup yang seutuhnya. Oleh sebab itu, mereka mulai
beralih dan mencoba
> mengawinkan pikiran mereka dengan pikiran Timur, yang bersifat
Mistis (Monistis dan
> Panteis).
> Dengan pengambilan langkah ini, jelas paradigma baru ini segera akan
melawan seluruh
> konsep dan kebenaran Kristen, yang melihat Allah sebagai Pencipta
Alam semesta, beserta
> segala isinya. Jika ditelusur secara mendalam, justru di dalam
pembicaraan paradigma Capra
> ini, persoalan bergeser justru menjadi masalah verifikasi religius.
> Capra membawa dunia dan alam fisika ke dalam format mistik dan
panteistik, dimana
> manusia akan dibawa melihat alam sebagai bagian atau diri Allah.
Alam dan dunia fisika tidak
> lagi dilihat sebagai ciptaan Allah, yang dicipta menurut rancangan
dan kehendak Allah, dan
> harus dipertanggung jawabkan kembali kepada Allah, melainkan sebagai
alam yang bergerak
> bebas liar semaunya sendiri tanpa perlu keterikatan pada Penciptanya
(karena tidak ada konsep
> pencipta dalam pikiran Capra). Alam juga tidak dilihat sebagai alam
yang bersifat materi dan
> mati, tetapi dilihat sebagai “yang hidup,” sehingga alam tidak
lagi di posisi bawah dari tatanan
> semesta dan hubungan antara Allah, manusia dan alam, tetapi menjadi
sejajar, atau bahkan
> menggantikan posisi Allah (karena posisi Allah ditiadakan). Jelas
bahwa hal ini mendobrak
> total seluruh paradigma dasar sains yang seharusnya.
> 2. Rusaknya Definisi dan Metodologi Sains
> Sains atau ilmu pengetahuan alam, sesuai dengan namanya, merupakan
penelitian atau
> penyelidikan manusia untuk mengerti alam dan semua gejala yang ada
di dalamnya, sehingga
> dunia fisika ini bisa berguna bagi manusia. Untuk itu, beberapa
dasar asumsi ditegakkan untuk
> membangun paradigma sains yang kukuh.
> Del Ratzsch, dalam bukunya Philosophy of Science, memberikan
aspek-aspek dasar
> ilmu pengetahuan, yaitu: (1) merupakan disiplin ilmu yang berunsur
teoritis, (2) bersifat
> rasional, memiliki penjelasan natural, dan (3) bersifat obyektif dan
terbukti secara empiris.31
> Dengan ini, pendekatan ilmu pengetahuan alam (natural) haruslah
dibatasi di wilayah yang
> empiris dan natural.
> ---
> 31 Ratzsch, Del. Philosophy of Science, Downers Grove: IVP, hal 15-16
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 12
> Â 
> Namun, jika diperhatikan secara seksama, paradigma Capra yang sudah
diwarnai
> Mistisisme Timur, telah mencampurkan beberapa aspek yang sulit
dikatakan ilmiah lagi. Capra
> telah mencampur dunia fisika dengan dunia metafisika dan ia juga
mencampur antara hasil
> pengujian empiris dengan dugaan-dugaan metafisika (antara ilmiah
sejati dengan ilmiah semu).
> Paham ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, tetapi telah mengikuti
perkembangan
> pemikiran Mistis, baik di Timur maupun di Barat, yang telah ditolak
oleh Kekristenan. Benar
> sekali komentar ahli fisika, pemenang hadiah Nobel untuk bidang
fisika, Steven Weinberg:
> “Meskipun sudah mengenal pengetahuan modern, tetapi setiap kali
ada temuan atau ada
> sesuatu yang berhubungan dengan parapsikologi, masyarakat awam
maupun ilmuwan
> beramai-ramai membicarakannya dan berusaha turut menyelidikinya. Ini
namanya langkah
> mundur ke permulaan lagi. Pertanyaan yang kemudian muncul, dunia
macam apakah yang
> kita diami sekarang ini?”32
> Â Gejala ini dengan sendirinya menimbulkan kerisauan ilmiah. Del
Ratzsch menyoroti
> percampuran dua dunia ini (sains dan mistis) mengakibatkan
pencampuran dari dua pendekatan
> dan dua kenyataan yang berbeda. Pendekatan terhadap dunia metafisika
seharusnya berbeda
> dengan pendekatan terhadap dunia fisika. Dunia metafisika berada di
luar wilayah ilmu
> pengetahuan fisika, sehingga harus diakui adanya keterbatasan di
dalam wilayah ilmu
> pengetahuan fisika ini.33 
> Oleh karena itu, Ratzsch menekankan keterbatasan ilmu pengetahuan
> agar kebenaran ilmiah dapat tetap terjamin. Banyaknya distorsi yang
telah dikemukakan Ratsch
> di dalam bukunya, mengharuskan ia menguraikan batasan ilmiah secara
lebih teliti. Oleh sebab
> itu, di dalam bukunya ia mengemukakan apa yang ada di dalam dan di
luar batasan ilmu
> pengetahuan.34 
> Ketika Capra menginterpretasi alam, paradigmanya telah menyesatkan
kesimpulan yang
> didapatnya. Ketika ia menganggap reaksi alam sebagai “makhluk
hidup” (living creature),
> Capra telah meloncat secara iman menurut konsep Mistisisme
Timurnya.35 Kekacauan seperti
> ini akan menjadi bumerang yang menghancurkan dunia sains sendiri.
> ---
> 32 Perkataan ini dikutip dari artikel “Mereka Disebut Ilmuwan
Mbalelo”, Intisari, no 374, hal.169.
> 33 Untuk melihat perbedaan antara pendekatan fisika dan metafisika,
dapat dilihat dari pendahuluan buku: William
> Hasker, Metaphysics: Contructing a World-View, [Downers Grove: IVP,
1983, hal. 13-28.
> 34 Ratzsch, Philosophy, hal. 97 dst.
> 35 Melihat dunia elektron yang berdinamika tinggi atau melihat
bagaimana sebuah tanaman bereaksi terhadap
> musik, adalah suatu pengamatan ilmiah. Tetapi menganggap behawa
gerakan elektron ataupun reaksi tanaman itu
> sebagai tanda bahwa benda-benda itu berjiwa seperti manusia, adalah
suatu lompatan iman, yang belum pernah
> terbukti. Apalagi bila melihat bahwa jiwa yang ada di dalam materi
itu setara dan satu dengan jiwa yang ada di
> dalam diri manusia, maka itu adalah lompatan iman yang kedua dan
sangat jauh adanya. Disini Capra sudah tidak
> lagi mempergunakan metodologi sains yang sewajarnya.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 13
> Â 
> 1. Rusaknya Batasan Sains
> Di dalam paradigma Sains-Mistis Capra, batasan menjadi kabur.
Seolah-olah seluruh
> alam semesta menjadi tidak terbatas, penggunaan teori-teori atau
hipotesa-hipotesa sains bisa
> diterapkan di segala bidang secara tanpa batas.
> Pengetahuan Sains-Mistis berasumsi bahwa hipotesa Einstein berlaku
dan bisa
> diterapkan di semua materi, tanpa memperhitungkan keterbatasan sifat
materi itu sendiri.36
> Ketika mengacu kepada paradigma baru, Capra seolah berusaha
menghapus sama sekali semua
> paradigma lama, padahal keadaan semacam itu tidak mungkin dilakukan
(dan iapun di
> beberapa aspek mengakuinya).
> Dengan menyadari keterbatasan sains, maka sains akan mawas diri.
Alkitab dengan
> tegas menyatakan bahwa dunia ciptaan memang adalah dunia yang
terbatas. Sekalipun dengan
> teori Einstein tentang ruang dan waktu, Capra berusaha membelokkan
masalah keterbatasan
> ini, tetapi ia sendiri tetap tidak bisa keluar dari waktu dan tidak
bisa tidak terikat oleh waktu.37
> Disini Capra sendiri mengalami dualisme yang ia tentang dan tidak
mau akui.
> Pola sains yang dualistik dan kontadiktif seperti ini akan merusak
pola sains sendiri, dan
> pada akhirnya akan merusak seluruh perkembangan ilmiah di masa yang
akan datang. Ia akan
> merupakan faktor perusak-diri-sendiri (self-defeating factor) yang
akan meruntuhkan
> paradigma itu sendiri.
> KESIMPULAN DAN PENUTUP
> Perkembangan paradigma sains-mistis Capra, telah menjadi ancaman
bagi umat
> Kristen, pelecehan bagi pribadi, kuasa dan kedaulatan Allah, serta
perusakan bagi dunia sains
> itu sendiri. J. Gordon Melton, di dalam buku New Age Encyclopedia,
memberikan analisanya:
> ---
> 36 Misalnya, sebuah benda memiliki keterbatasan kemampuan di dalam
pergerakannya. Benda-benda yang
> digerakkan dengan kecepatan tinggi akan mengalami peningkatan suhu,
sampai suatu saat ia mengalami
> deformasi, bahkan kehancuran. Sebenarnya, fakta deformasi ini diakui
oleh paradigma baru, tetapi mereka
> menganggap benda tersebut masih bisa bergerak sampai kecepatan yang
sangat tinggi, padahal seringkali batasan
> itu sangat rendah. Misalnya, manusia sendiri tidak mampu bergerak di
atas 20 Mach.
> 37 Bahkan di dalam edisi kedua bukunya, ia melakukan pasca-wacana
untuk mengevaluasi perkembangan teorinya
> setelah berjalan selama sekitar 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
iapun terikat oleh waktu dan berubah oleh
> waktu dan ditentukan oleh waktu.
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 14
> Â 
> “Sebagai suatu gerakan, Gerakan Zaman Baru menghadapi kendala yang
besar. Pertama,
> Gerakan Zaman Baru terlalu mengandalkan diri pada ilmu pengetahuan
masa kini dalam
> mengupayakan sintesa baru dengan ajaran akultik atau metafisika
tadisional. Padahal dunia
> sains sendiri terus-menerus merevisi dirinya dengan langkah-langkah
yang bear. Akibatnya,
> gagasan-gagasan Gerakan Zaman Baru hanya bisa laku dalam waktu yang
singkat, lalu
> segera kadaluarsa. Sementara itu, di pihak lain, sains cenderung
membuang setiap muatan
> metafisika yang hendak memboncenginya. Sains terus-menerus berubah,
sehingga sintesis
> Gerakan Zaman Baru tercecer ketinggalan kalau tidak terus-menerus
juga diperbaharui….”38
> Akibat percaturan seperti ini, sains modern juga akan mengalami
problema serius di
> dalam menghadapi paradigma Mistisisme Timur. Dengan membuang
Alkitab, sunia sains justru
> akan kehilangan pegangan untuk mengerti realita sains yang
sesungguhnya. Paradigma Capra
> ingin membuang Allah yang mencipta alam yang ingin diselidikinya.
Akibatnya, Capra justru
> salah mengerti dan tidak mampu menginterpretasi alam secara tepat.
Hanya kembali kepada
> paradigma Kristen, orang akan mampu melihat dunia secara tepat dan
berkontribusi di
> dalamnya secara tepat pula. 
> REFERENSI
> 1. ______. “Mereka Disebut Ilmuwan Mbalelo”, Intisari, no. 374,
hal. 169.
> 2. Capra, Fritjof. Tao of Physics, London: Flamingo, 1991.
> 3. Capra, Fritjof. Turning point, London: Flamingo, 1982.
> 4. Hasker, William. Metaphysics: Contructing a Wolrd-View, [Downers
Grove: IVP, 1983.
> 5. Hoyle, F. Frontiers of Astronomy, London: Heinemann, 1970.
> 6. Jan Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,
Jakarta: BPK Gunung
> Mulia, 1995.
> 7. Lao, Tze. Tao Te Ching, tr. Ch’u Ta-Kao, London: Allen und
Unwin, 1970.
> 8. Lochhaas, How to Respond to the New Age Movement, St. Louis:
Concordia, 1988.
> 9. Kuhn, Thomas. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, (judul asli:
The Structure of
> Scientific Revolutions), Bandung: Remaja Rosdakarya, 1970.
> 38 Melton, J. Gordon (ed.). New Age Encyclopedia, Detroit: Gale
research Inc., 1990, hal. xxx, yang dikutip oleh
> Â 
> http://www.grii-andhika.org/makalah/paradigma_sains_capra.pdf
> Paradigma Sains-Mistis Fritjof Capra â€" Sutjipto Subeno - 15
> Â 
> 10. Melton, J. Gordon (ed.), New Age Encyclopedia, Detroit: Gale
Research Inc., 1990.
> 11. Subeno, Sutjipto. “Iman Kristen dan Gerakan Zaman Baru: Suatu
Tinjauan Kritis”, Jakarta:
> STTRII, 1995 (tidak diterbitkan).
> 12. Weruin, Urbanus. “Nilai-nilai Teknologi dan Etika Lingkungan
Hidup”, Bulletin Ilmiah
> Tarumanegara, th. 6, no. 21, hal. 81.
> 13. Ratzsch, Del. Philosophy of Science (Contours of Christian
Philosophy), Downers Grove:
> IVP, 1986.
> Jan Aritonang, Berbagai, hal. 453.
> 
> raja.elang
> Â 
>



------------------------------------

===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
                     <[EMAIL PROTECTED]> 
===============================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke