Mas Goen, saya tidak kenal itu Soetrisno Bachir, Prabowo, Megawati atau
SBY-JK sekalipun.Namun, saya hanya akan menegaskan kepada anda bahwa tidak
ada calon yang begitu sempurnanya di mata anda dari mereka yang akan maju di
gelanggang Pemilu 2009 ini. Sehingga, anda memandang Golput sebagai resep
manjur. Saya akan coba saran anda untuk ber Golput. Pertanyaannya,
katakanlah kalau mayoritas  pemilih kita ini Golput, lantas bagaimana
rancang bangun negeri ini, karena apabila Golput itu sendiri sudah
terlembagakan, maka ia tidak lebih berbeda dengan sebuah "partai Politik".
Kayaknya, capek kita bergulat dengan pelbagai pemikiran intrik dan
ketidakpercayaan. Saya yakin kalaupun malaikat yang berkuasa di NKRI ini,
tidak ada yang bebas-bebas dari kesalahan, karena begitu banyaknya sikap
apriori dari masyarakat bangsa ini. Kesempurnaan Pemimpin bangsa itu tidak
terletak dari perilaku dan sikap pemimpin itu semata, tapi dari bagaimana
kita menempatkan mereka dalam pola pikir dan kearifan kita menilai mereka
apa adanya. Saya yakin kesempurnaan yang kita cari dari pemimpin bangsa itu,
adanya di hati nurani kita sendiri (maaf ini bukan iklan Hanura- yang
katanya sebagian berarti hati nurani purnawirawan). kalau kita terus
berkutat mencari pemimpin bangsa dengan mengedepankan dikhotomi Golput dan
Non-Golput, saya yakin tidak akan habis-habisnya masalah bangsa ini. Di
setiap kekuarangan seseorang (pemimpin bangsa) pasti ada sisi konstruktif
yang positifnya, maka kedepankanlah itu. Maka, memilihlah anda yang terbaik
sekalipun itu diantara yang vterburuk.

Pada 29 November 2008 06:35, guntoro soewarno <[EMAIL PROTECTED]>menulis:

>   Rakyat mesti cermat, menyikapi iklan besar-besaran soetrisno bachir dan
> prabowo. Karena, itu sudah pasti tidak lebih dari jualan kecap manis yang
> selalu ngomong,'Aku yang nomor 1.''
>
> Karena menakar kualitas keduanya sungguh gampang.
>
> Soetrisno Bachir
>
> Pertama, Sebagai pengusaha dia terbukti gagal, dengan banyak utang yang
> menumpuk. Sepanjang sejarahnya juga banyak menyimpan masalah.
>
> Kedua, dari aspek moralitas, kasus Soetrisno Bachir dengan artis yang
> tiba-tiba hamil saya kira perlu diinvestigasi, sehingga Soetrisno Bachir
> punya cek ke publik yang membuktikan bahwa dia bagus secara moral.
>
> ketiga, pernyataan terakhir agar kita mencintai produk dalam negeri
> membuktikan bahwa kapasitas dia sebagai pemimpin memang tidak seberapa.
> Untuk bisa memakai produk dalam negeri tentu bukan persoalan gampang, efek
> globalisasi sudah terlanjur melilit-lilit. Jadi jangan asal njeplak dalam
> mengeluarkan pendapat. Khawatir kelihatan aslinya.
>
> Bagaimana dengan Prabowo?
>
> Pertama, Partai Gerindra yang digerakkan dengan satu komando hanya di
> tangan dia membuktikan bahwa kepemimpinan mantan Danjen Kopassus ini sangat
> berbahaya. Bagaimana kalau gaya kepemimpinan seperti ini dia bawa ketika
> menjadi Presiden?
>
> Kedua, PR Prabowo dengan kasus penculikan aktivis pro demokrasi juga harus
> menjadi perhatian serius karena kasus ini sampai sekarang belum tuntas. Saya
> kira Prabowo kalau jantan mesti berani ambil inisiatif untuk mmbongkar
> tuntas untuk menyelesaikan para aktivis yang hilang itu.
>
> Ketiga, dalam banyak iklannya, Prabowo sangat pro petani. Tapi kita lihat
> selama menjadi Ketua Umum HKTI, berapa petani yang lepas dari kemiskinan,
> jeratan rentenir, kehilangan pupuk dan harga jual produk pertanian yang
> terus turun? Saya kira karya Prabowo di wilayah itu omong kosong. Pepesan
> kosong saja. Petani dijadikan alat politik untuk meraih suara dengan tetap
> membuat mereka miskin tujuh turunan.
>
> Kesimpulannya: Memilih Soetrisno dan Prabowo dalam Pemilihan Presiden
> mendatang sungguh naif dan omong kosong.
>
> Sebagaimana lebih naif lagi kalau memilih: SBY-JK yang jadi agen Amerika,
> Megawati yang sudah terbukti gagal dan penjual aset-aset strageis bangsa dan
> Sultan yang sangat feodal. Apalagi Rizal malarangeng yang tidak tahu malu
> dengan iklannya yang mejeng malu-maluin.
>
> Pilihan yang paling manjur 40% Golput yang menang di hampir semua Pilkada
> Gubernur dan Bupati, bergabung membentuk satu sikap untuk melawan oligarki
> kekuasaan, pemimpin basi dan pemimpin yang hanya bisa beriklan, untuk
> mengusung perubahan yang nyata.
>
> guntoro soewarno
> reporter media indonesia
> Posting ini merupakan pendapat pribadi

Kirim email ke