Bismillah wal Hamdulillah...Allahummasholli 'alaa Muhammad,

 

Tinggal Make dan ngikutin itu artinya begini, Ini sudah ada beberapa ayat
juga sudah pula tersedia ribuan hadits2 lantas kita Ngaji ama yang namanya
Guru kita yang biasanya di kita nich dikenal dengan sebutan Ustadz atau yang
InsyaAllah bila 'Ilmunya lebih luas dan dalem seringnya disebut sabgai Kiai
tapi sungguh disayangkan di akhir zaman ini sebutan Ustadz atau Kiai sudah
seperti di obral sehingga Kharisma seorang ustadz atau Kiai terasa sudah
semakin Hambar.

Nah dari beliau2 itulah kita jadi tahu dan mudah2an diberikan kefahaman oleh
Allah Swt akan ilmu dari suatu amal serta diberikanNYA pertolongan untuk
mampu mengamalkannya.

Na..h dari beberapa ayat dan ribuan hadits yang sebagian kecilnya sudah kita
pelajari itulah kita amalkan ilmunya. Entah kebetulan ataukah Allah Swt
telah mentaqdirkan beberapa hambaNYA bertemu dengan Guru2nya masing2 yang
sudah sama2 kita ketahui memiliki banyak perbedaan pendapat, khususnya dalam
menafsirkan ayat2 ataupun penjelasan dari suatu hadits, mudah2an perbedaan2
ini sama2 kita terima kenyataannya. Akhlaq seorang murid kepada Gurunya
adalah Sami'naa wa Atho'naa akan tetapi itupun harus didahului dengan yang
menurut antum mempelajari atau memikir2 atau menimbang2 inikah Guru yang
yang sebaiknya diikuti?

Ilmu yang dipelajari dengan benar adalah ilmu yang diamalkan, belajar ilmu
ini itu banyak2 tapi pengamalannya Nol atau sedikit InsyaAllah akan menjadi
Hisab bagi dirinya sendiri apalagi ilmu yang dipelajari itu digunakan juga
untuk nyalah2in padahal mana yang Bener2 Benar menurut Allah Swt belum
ketahuan karena sedang sama2 mengharap RidhoNYA semata.

Ayat2 atau Hadits yang menjadi Dasar amal mungkin saja akan sama hanya saja
penafsiran dan penjabaran serta pemahaman para 'Ulama nya yang mungkin
berbeda-beda.

Satu kasus yang sangat2 Jelas misalnya dalah hal Qunut, Imam Syafi'I pakai
sedang Imam Hanafi tidak, sekarang kita pilih Apakah Imam Syafi'I yang
nambah2in ataukah Imam Hanafi yang ngurang2in? kita sama2 tahu bahwa kedua
Beliau2 yang dirahmati Allah itu tidaklah saling tuding bahwa Salah satunya
Lebih kuat, lebih shahih dalilnya tapi sama2 mempersilahkan penafsiran dan
pemahaman masing2 tidak jg ngotot2an.

Saya sedikit comment disini karena saya khawatir misalnya ada saudara kita
yang sudah pakai Sayyidina lantas jadi ragu2 karena dibilang tidak ada
riwayatnya juga kepada yang nggak pakai sayyidina jadi merasa lebih bener
dari pada yang pakai padahal seharusnya kan tidak demikian.

Kalo mo nunjuk2in atau kuat2an dalil ya..a.. ujung2nya InsyaAllah akan tetep
pada pendirian masing2 karena sudah sama2 yakin sehingga kita sama2 berharap
Mudah2an orang yang pakai Sayyidina amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt
begitu juga dengan yang nggak pakai Sayyidina, sama saja dengan shalat
subuh, apakah antum akan ngotot bahwa yang pakai qunut itu shubuhnya nggak
diterima? Atau sebaliknya..

Maka dari itu, dari perbedaan2 yang ada Allah Swt sudah memberikan
solusinya, semua sudah ada di AlQuran tinggal kitanya sejauh mana pemahaman
dan pengamalan kita terhadap Kitab Suci tersebut.

Mungkin bisa sama2 kita fikirkan atau renungkan makna kutipan ayat yang
berbunyi : "Walau Ja'alnaakum Ummatan Waahidatan..ilaa akhirihi. serta
kutipan ayat Lanaa a'maalunaa walakum a'maalukum Salaamun 'alaikum.ilaa
akhirihi.

Sebagai orang awam dan saya akui saya memang dari kalangan awam dimana ilmu
yang saya miliki hanya bagus untuk pendidikan Dasar atau Anak2 saja.padahal
kalo kita sadar Justru yang Dasar itulah yang Utama ibarat rumah kalo nggak
punya dasar pastilah nggak akan kokoh, akan hambar, ngapung dan Ilmu yang
diberikan kepada Anak2 justru itulah yang Kuat tidak mentang2 merasa sudah
gede, sudah bisa sedikit mikir lantas misah2in lalu nyalah2in yang bigini
ni..yang keliru.

Kita disuruh menggunakan 'akal kita oleh Allah Swt agar nggak kena hisab dan
hanya disuruh milih serta ngamalin bukan disuruh mikir lalu milih lantas
nyalahin orang.

Dikatakan kalangan awam saya nggak masalah karena memang demikian
kenyataannya dan cara belajar saya hanya pantas untuk pendidikan dasar dan
anak2 juga nggak masalah, yang terpenting buat saya dan kita2 adalah Ilmu
dan Amal, sedikit Ilmu tapi diamalkan InsyaAllah akan ditambah berkahnya
oleh Allah Swt, banyak Ilmu tapi sedikit amal mudah2an Allah Swt mengampuni.

Terima kasih juga buat akhina P' Rudy Swardani yang dengan semangatnya telah
mengirimkan suatu artikel, mudah2an bisa diambil manfaatnya, arah isinya
InsyaAllah sudah saya ketahui.

Akhirnya kepada Allah Swt juga kita sama memohon, mudah2an Allah Swt
mengampuni segala dosa2 kita dan menerima 'amal2 shalih kita, diakui kita
sebagai HambaNYA juga Ummat dari NabiNya Rosulullah Muhammad Saw serta
dimasukkannya kita ke dalam Syurganya ..Aamiin ya. Robbal'aalamiin.

 

Wassalam,

Allahummasholli 'alaa Sayyidina Muhammad.Allahumma Sholli 'alaih wa 'alaa
Aalih.

 

Ummat yang Awam,

Ibnu Husein bukan Abu Husein karena saya bukan bapaknya Husein

 

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, August 14, 2007 9:06 AM
To: Forum Ukhuwah Pekerja Muslim di Kawasan EJIP
Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Menjawab sholawat ketika disebut nama
NabiMuhammad

 

 

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

 

Sesungguhnya mengikuti orang alim/sholih adalah dengan mempelajari dari

mereka dari mana mereka mengambil amalan-amalannya. Bukan dengan

mengikutinya secara membabi buta, bukan dengan hushnuzh-zhan yang

berlebihan sampai tidak berani bertanya dalil amalan atau pendapat mereka.

 

Perkataan akhi Muhtadin "Kita tinggal make doang dan tinggal ikutan

orang-orang yang bener-bener alim, sholih" hanyalah sebagian benar. Ia

hanya berlaku pada kondisi orang yang baru belajar Islam. Orang yang masih

sangat awam dalam Islam. Selanjutnya, pada tahapan seperti kita, yang sudah

puluhan tahun bahkan semenjak lahir di dalam Islam, maka ada tuntutan untuk

meng-ilmu-i apa-apa yang kita kerjakan.

 

Sesungguhnya cara yang benar dalam mengikuti orang alim/sholih adalah

dengan belajar kepada mereka. Dari ilmu mereka. Bukan hanya sekedar dari

amalan mereka. Ketika umat Islam tidak lagi mau mempelajari ilmu dari para

ulamanya, dan hanya sekedar sibuk mengikuti amalannya, bertaklid buta

kepada mereka, maka boleh jadi ini adalah saat di mana Allah mengangkat

ilmu dari manusia. Rasulullah saw pernah mengingatkan bahwa ilmu ini tidak

akan dicabut oleh Allah swt dengan mencabut dari dada orang yang

memilikinya (para ulama), akan tetapi ilmu ini akan diangkat dengan cara

wafatnya para ulama yang berilmu, sedang di belakangnya tidak ada

orang-orang yang mewarisinya. Wallahu a'lam, salah satu sebabnya adalah

taklid buta dari pengikut sang ulama.

 

Cobalah kita renungkan kembali perkataan imam Abu Hanifah rahimahulah (yang

sudah saya kutip di email sebelumnya), ulama yang disandarkan kepadanya

madzhab Hanafi :

- "Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang kepada perkataan kami,

selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya."

 

Jika ada orang alim/sholih, tidak mau mengajarkan ilmunya, tidak mau

menunjukkan dalilnya, hanya mau mengajarkan amalan-amalannya, maka ia tidak

amanah di dalam ilmunya. Jika ada orang alim/sholih ditanya landasan dalil

dari amalannya justru marah atau tersinggung, maka sesungguhnya ia tidak

ikhlas, ia hanya ingin menjadi ikutan.

 

Sungguh, di masa ini tidak ada guru-guru kita, orang-orang sholih,

ulama-ulama kita yang sealim/sholih para imam madzhab. Namun para imam

madzhab semuanya mengharamkan pengikutnya bertaklid buta kepada mereka

dengan berbagai perkataan mereka.  Apakah justru kita yang menjadikan diri

kita taklid pada guru-guru kita, pada orang-orang alim/sholih  ?

 

Para ulama besar telah berlepas diri, dengan perkataan-perkataan mereka,

dari pengikut-pengikutnya yang taqlid a'ma. Mudah-mudahan kita tidak

menzhalimi ustadz-ustadz kita, ulama-ulama kita, dengan mengikuti pendapat

mereka secara membabi-buta. Juga menzhalimi potensi akal kita, dengan

mengatakan "kalau mau yang yakin benar kebenarannya, harus mati dulu".

Na'uudzu billahi min dzaalik. Ucapan ini adalah pengabaian yang nyata dari

datangnya dalil-dalil kebenaran pada kita sebagai hidayah, dan diberikannya

kemampuan akal kepada manusia oleh Allah Ta'ala untuk membedakan yang benar

dari yang salah.

 

Al-haqqu min rabbika falaa takuunanna minal-mumtariin,

Wallaahu a'lamu bish-showaab, wallaahul-musta'aan,

Hadaanallaahu wa iyyaakum ajma'iin, wastaghfirullahaa lii wa lakum

 

Abu Karimna

 

 

 

 

 

 

 

 

"Muhtadin" <[EMAIL PROTECTED]>@usahamulia.net on 08/14/2007 07:14:35

AM

 

Please respond to Forum Ukhuwah Pekerja Muslim di Kawasan EJIP

       <fupm-ejip@usahamulia.net>

 

Sent by:    [EMAIL PROTECTED]

 

 

To:    <[EMAIL PROTECTED]>, "'Forum Ukhuwah Pekerja Muslim di

       Kawasan EJIP'"   <fupm-ejip@usahamulia.net>, "'Yul Erief'"

       <[EMAIL PROTECTED]>

cc:

 

Subject:    Re: [ FUPM-EJIP ] Menjawab sholawat ketika disebut nama

       NabiMuhammad

 

 

 

 

Assalaamu'alaikum,

 

 

 

Kalo soal nunjukin buku?tapi kok buku ya? soalnya kalo buku biasanya tipis2

aja dan isinya juga katanya ya?singkat padat?tapi paling2 padat akan

kulit2nya saja sedangkan isi2nya biasanya tidak menjelaskan secara

detail?afwan ya? akhi?.

 

Soal mo nunjuk2in dalil yaa?kurang bagus juga apalagi kalo hanya lewat

email dan yang mengkhawatirkan lagi ketika dalilnya ditunjukin baik itu

berupa Ayat atau Hadits jangan2 malah diingkari?.karena

dianggapnya?ya..biasalah?sehingga malah bikin orang jadi ingkar terhadap

hadits.

 

Soal penambahan Kalimah Sayyidina dalam bershalawat InsyaAllah merupakan

upaya dari orang2 yang 'Alim Sholih bagaimana Berakhlaq kepada Orang yang

dicintainya.

 

Sekarang gini aja, contoh gampang nich?ente?eh?kita2 kankerja ama orang

kafir nich..ama2 bule2 atawa ama jepang2, Nah..kalo kita2 dipanggil atau

memanggil bule2 atau jepang2 tu..pastilah ada kata2 tambahan ya?apling

tidak kita nyebut "Mister" lah atau kalo jepangnya misalnya "Warjiya San"

lha kita manggil orang tua atau atasan kita saja pakai kata2 pendahuluan

Bapak ANU?.dll.

 

Mangkanya kita ikuti orang2 'Alim Sholih bukan ngikutin buku dan hasil

pemikiran kita sendiri setelah memikir2 dan memilih2.

 

Kita tinggal make doing dan tinggal ikutin orang2 yang Bener2 'Alim Sholih,

nggak nyalah2in orang-orang yang sudah pada Ibadah.

 

 

 

Mudah2an kita diakui sebagai Ummat Nabi Muhammad Saw bukan hanya sekedar

ngaku2 ummat Nabi karena belum tentu diakui.

 

Mari banyak2 bershalawat apalagi ini udah akhir bulan Rajab, masuk Bulan

Sya'ban Bulannya Rosulllah Saw.

 

 

 

Allahummasholli 'alaa Sayyidinaa Muhammad.

 

Ibnu Husein

 

 

 

 

 

 

 

********************************************************

Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP

********************************************************

Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :

http://www.usahamulia.net

 

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :

[EMAIL PROTECTED]

 

Untuk keluar dari Milist ini kirim e-mail ke :

[EMAIL PROTECTED]

********************************************************

********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

Untuk keluar dari Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]
********************************************************

Kirim email ke