Apa memangnya di Indonesia itu setiap kali bepergian harus bawa surat 
nikah?Diberita itu ditangkap dini hari, dini hari petugas satpol ngetukin 
kamar2 hotel, memangnya nggak ada privacy, apa nggak ada yg nuntut satpol pp?

---In GELORA45@yahoogroups.com, <inengahk@...> wrote :

Jangan dibesar besarkan bung soal beginatuan, tidak ada hubungan dengan 
jabatan. Kalau orang bali bilang jika I wayan bongol bangun tak peduli dia 
singa atau macan. From: GELORA45@yahoogroups.com 
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Monday, October 17, 2016 12:41 PM
To: Gelora45
Subject: [**EXTERNAL**] Re: [GELORA45] Ditangkap di hotel 'bersama pasangan tak 
resmi', ketua Pengadilan Agama jadi perbincangan  Sebagai ketua pengadilan 
agama, bu hakim ini paham, kalau dia mati, di akerat tidak dapat 72 
malaikat,Kan gak adil, kalau laki2 kok dapat 72 bidadari.Cuma tidak jelas 72 
bidadari ini hak tiap laki2, atau di akerat tersedianya hanya 72 
bidadari.Giliran dapat bidadari bisa lama sekali ??Bu hakim cari malaikatnya di 
dunia......  2016-10-17 6:06 GMT+02:00 jonathangoeij@... [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:  
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/10/161011_indonesia_hakim_razia_hotel
Ditangkap di hotel 'bersama pasangan tak resmi', ketua Pengadilan Agama jadi 
perbincangan
Rafki HidayatWartawan BBC Indonesia   
   - 11 Oktober 2016
KirimImage copyrightYANSENPerbincangan merebak di masyarakat, setelah ketua 
Pengadilan Agama Padang Panjang, Sumatera Barat, Elvia Darwati, terkena 
razia.Ia kedapatan berada di dalam sebuah kamar hotel dengan laki-laki yang 
bukan merupakan pasangan resminya.Cendikiawan muslim, Hamid Basyaib menyebut 
apa yang dilakukan ketua pengadilan itu ‘tidak pantas’.“Kalau dilakukan orang 
biasa, tindakan itu tidak pantas. Tapi karena dilakukan seorang ketua 
Pengadilan Agama, maka ketidakpantasannya berlipat ganda,” tutur Hamid.·        
 Anggota DPR Jepang mundur karena selingkuh·         Mitos dan fakta seks yang 
perlu Anda ketahuiElvia dirazia oleh petugas Satpol PP pada Minggu (09/10) dini 
hari di sebuah hotel melati di kota Bukittinggi, Sumatera Barat, sekitar 20 
kilometer di utara Padang Panjang.Image copyrightYANSENImage captionElvia 
Darwati dikabarkan baru menjabat ketua pengadilan agama Padang Panjang.Ketika 
berita razia ini mulai dimuat di portal berita lokal, keesokan harinya, Senin 
(10/10), Elvia memanggil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang 
Panjang, Syamsoedarman, ke kantornya.“Suasananya agak beda. Ada penjagaan dua 
Provost TNI Angkatan Darat,” tutur Syamsoedarman kepada BBC Indonesia, Selasa 
(11/10).Image copyrightIWAN RAKELTAImage captionNama Elvia di daftar pimpinan 
pengadilan agama Padang Panjang.Dalam pembicaraan dengan Syamsoedarman, 
meskipun mengakui bahwa yang dirazia di Bukittinggi adalah dirinya, Elvia, 
mengklaim bahwa laki-laki yang bersamanya adalah keluarga suaminya.“Kata dia 
(Elvia), dia ke Bukittinggi sendiri, ada tugas. Lantas malamnya ada keluarga 
suaminya menginap di Bukittinggi. Dia datangi hotelnya. Dia lalu numpang ke 
kamar mandi. Hari sudah larut malam. Waktu itulah ada razia,” cerita 
Syamsoedarman menuturkan ulang perkataan Elvia kepadanya.Ketua PWI Padang 
Panjang menyebut Elvia berjanji akan memberikan konferensi pers setelah 
pertemuan, tetapi ‘diingkari’.“Tidak ada kontak,” pungkas Syamsoedarman.
Suami-istri tanpa surat nikah
Kepada Iwan Rakelta, wartawan di Bukittinggi, kepala Satpol PP Kota 
Bukittinggi, Syafnir, mengungkapkan Elvia, 49, ditangkap di dalam kamar lewat 
tengah malam bersama seorang 'laki-laki yang mengenakan sarung, tanpa baju. 
Yang perempuan (Elvia) masih berpakaian lengkap'.Ketika dimintai identitas, 
keduanya mengaku 'tidak memiliki KTP'. Mereka mengaku 'sebagai suami-istri' 
namun ketika ditanya surat nikah 'mereka tidak bisa menunjukkan'.Image 
copyrightIWAN RAKELTAImage captionSyafnir, Kepala Satpol PP Bukittinggi.“Lalu 
kami lakukan cross-check, bertanya beberapa hal, apakah mereka benar menikah. 
Ketika ditanya berapa orang jumlah anak, siapa saja nama-nama anak, ternyata 
jawaban antara laki-laki dan perempuan itu berbeda,” tutur Syafnir.Elvia pun 
kemudian mengaku sebagai hakim Pengadilan Agama dan memperlihatkan 'kartu 
identitas hakim' yang dibawanya.“Karena ini pelanggaran, tentu kita tidak 
membeda-bedakan. Makanya kita proses sesuai Perda.”Keduanya dikenai sanksi 
Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum dan dibawa ke 
kantor Satpol PP Bukittinggi.Image copyrightYANSENImage captionPadang Panjang 
dikenal sebagai kota Serambi Mekah-nya Sumatera Barat.Di kantor inilah kemudian 
si laki-laki mengaku kalau 'mereka belum menikah, baik yang laki-laki maupun 
yang perempuan, masing-masing dalam proses perceraian'.Meskipun begitu, menurut 
Syafnir, Elvia bersikukuh bahwa 'mereka telah menikah secara agama'.Usai 
diproses lebih lima jam, keduanya dibebaskan setelah memilih opsi 'membayar 
denda masing-masing Rp1 juta, daripada menyelesaikan kasus ini di pengadilan'.
Jadi kontroversi
Kabar dirazianya ketua Pengadilan Agama di kamar hotel ini menjadi menjadi 
pembicaraan hangat masyarakat Padang Panjang. Apalagi kota yang dikelilingi 
bukit dan gunung itu dikenal sebagai 'Kota Serambi Mekah'-nya Sumatera 
Barat.Jika berjalan-jalan di Padang Panjang, tulisan Asmaul Husna menghiasi 
pinggir jalanan kota. 'Kota Serambi Mekah' bahkan menjadi semboyan kota 
itu.Image copyrightYANSENImage captionAsmaul Husna menghiasi jalanan kota 
Padang Panjang.“Padang Panjang itu kota kecil. Kalau ada pejabat agama yang 
dirazia di kasus seperti ini, itu aib besar,” ungkap seorang warga kepada BBC 
Indonesia.·         Turki melanjutkan 'pembersihan' di tubuh militer dan 
jajaran hakim·         Video seks tersebar, perempuan Italia bunuh diriKepada 
Yansen, wartawan di Padang Panjang, warga bernama Fitra menyebut, “Dia (ketua 
Pengadilan Agama) harusnya mengayomi kita. Tapi malah dia yang berlaku seperti 
itu. Harusnya diberi sanksi sosial.”“Sangat kita sayangkan perilakunya. 
Akibatnya nanti adalah azab Allah SWT, dan khawatirnya ini bisa mengenai semua 
masyarakat,” tutur Safran, penduduk lokal.Image copyrightYANSENImage 
captionGedung pengadilan agama Padang Panjang.Meskipun menyebut tindakan yang 
dilakukan ‘tidak pantas’, cendikiawan Hamid Basyaib, menekankan bahwa 
masyarakat juga harus melihat situasi ini dari sisi berbeda.“Kita harus 
realistis. Apa pun kedudukan, pangkat, status sosial dan ekonomi, pada awal dan 
akhirnya kita hanyalah manusia. Semua predikat itu tidak penting. Semua 
predikat itu tidak akan mampu mengubah watak dasar manusia,” tutur Hamid.Image 
copyrightYANSENImage captionKota Padang Panjang memiliki populasi sekitar 
105.000 jiwa.Menurut Hamid, yang lebih penting adalah 'apakah dia dalam 
bertugas sebagai hakim memutuskan secara adil atau tidak'.Ditanya soal jabatan 
hakim Pengadilan Agama dan memiliki pilihan kehidupan yang bertolak-belakang, 
Hamid mengatakan, "Ya itu urusan pribadi dia.”   
  • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
      • ... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]
    • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke