Bukti relokasi ke rusunawa justru menciptakan masalah baru.Sementara mencari 
solusi pekerjaan, perlu diadakan pemutihan atau amnesty tunggakan sewa.

    On Thursday, October 27, 2016 4:28 AM, Tatiana Lukman 
<jetaimemuc...@yahoo.com> wrote:
 

 
Ribuan Penghuni Rusun Menunggak Sewa
Rabu, 26 Oktober 2016 | 16:19 WIB
Kompas.com/Robertus BelarminusSejumlah warga Bukit Duri di Tebet, Jakarta 
Selatan yang terkena dampak proyek normalisasi Ciliwung mengikuti proses 
pengundian untuk menempati Rusun Rawa Bebek. Kamis (6/10/2016)

JAKARTA, KOMPAS —
 Sebanyak 6.516 penghuni atau 46 persen dari total 13.896 penghuni rumah susun 
pemerintah menunggak pembayaran sewa lebih dari tiga bulan. Selain tidak 
disiplin, sebagian penghuni menunggak karena tak punya penghasilan tetap 
ataupun pendapatan yang turun drastis.

Kepala Bidang Pembinaan Penertiban dan Peran Serta Masyarakat Dinas Perumahan 
dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta Mely Budiastuti, Selasa (25/10), mengatakan, 
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya memberdayakan warga yang direlokasi 
dari pinggiran sungai, waduk, ataupun kolong jalan dengan memberikan pelatihan 
keterampilan, sarana usaha, dan modal melalui kredit lunak.Namun, ada kendala 
terutama terkait jalur pemasaran dan target konsumen pembeli produk.

Terkait tunggakan itu, Pemprov DKI mendapat dukungan dari Bazis DKI Jakarta 
yang akan menanggung tunggakan sewa penghuni, terutama yang tidak punya 
kemampuan bekerja.

Susah lunasi

Di Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta Timur, 60 persen dari 690 unit yang dihuni itu 
menunggak sewa unit. Lokasi rusunawa yang jauh dari permukiman membuat warga 
sulit mendapat pekerjaan.

Pemberdayaan ekonomi oleh pengelola rusunawa dilakukan lewat tenda kuliner, 
pertanian kota, dan kerajinan batik. Namun, langkah ini belum membuat penghuni 
yang berasal dari relokasi Waduk Pluit, Kalijodo, dan daerah lainnya itu bisa 
lancar membayar sewa unit.

Christine (32), penghuni Rusunawa Pulo Gebang sejak direlokasi dari Waduk Pluit 
empat tahun silam, mengaku pelunasan tunggakan sewa rusun Rp 5 juta sangat 
berat. Sehari-hari, ia berjualan makanan di rusunawa itu. Namun, keuntungannya 
masih tipis sebab pelanggannya adalah sesama penghuni rusunawa yang juga 
terbelit masalah ekonomi.

Siti Bunga Rustanty (71), warga Rusunawa Pesakih, Daan Mogot, Jakarta Barat, 
menunggak biaya sewa lebih dari Rp 3 juta. Ia tinggal sendirian di unit itu. 
Dua anaknya tinggal di unit berbeda. Ia kesulitan membayar biaya sewa karena 
nyaris tak memiliki penghasilan. Saat ini, ia hanya membantu mengasuh anak 
tetangganya. Bayarannya bergantung keikhlasan orangtua anak. Padahal, tiap 
bulan ia harus membayar biaya token listrik dan makan sehari-hari.

”Dulu, sewaktu di Kapuk (rumah lama), saya bisa bekerja membelah teri. Sekarang 
nggak bisa lagi,” ujar Siti.

Petugas administrasi Unit Pengelola Rumah Susun II Jakarta Barat, Setia Riani 
mengatakan, pihaknya masih menginventarisasi warga yang benar-benar tidak mampu 
atau lalai membayar sewa unit.

 Dari total 640 warga Rusunawa Pesakih, 50 persen di antaranya pernah menunggak 
sewa bulanan. Rata-rata, warga mengaku kesulitan ekonomi karena kehilangan 
pekerjaan. Pengelola berusaha memberikan kemudahan dengan mencicil sewa unit 
sesuai kemampuan. Namun, jika tunggakan sudah tiga bulan berturut-turut, surat 
peringatan tetap dilayangkan dan sambungan listrik dimatikan.

”Kami kirimkan surat peringatan I, II, dan III berturut-turut. Kalau warga mau 
mencicil secara bertahap, kami berikan dispensasi,” kata Riani.

Sejak rusunawa itu diresmikan Desember 2014, sudah dua orang diusir karena 
tidak menempati unit dan menunggak uang sewa lebih dari tiga bulan.

Menurut Riani, pengelola rusun sudah memberikan pelatihan keterampilan. 
Lowongan tenaga kebersihan dan satuan pengaman juga diambil dari warga rusun. 
Namun, keterbatasan lowongan kerja membuat tidak semua warga bisa tertampung di 
sana.

(DEA/MKN/MDN/HLN)

   

Kirim email ke