Kenapa orang bersimpati sama orang tergusur itu harus dinamakan “kiri”?

Apakah orang “kanan” tidak boleh bersimpati sama orang tergusur?

Kenapa ahok itu harus bukan “kiri”?

Kenapa ahok disebut penggusur dan harus salah?

Kenapa tergusur harus dibenarkan?

 

Nesare

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, February 15, 2017 2:35 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; Jonathan Goeij <jonathango...@yahoo.com>
Subject: Re: [GELORA45] Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di Rusun 
Jatinegara

 

  

Heran dan anehnya orang yang menamakan dirinya "kiri" pun cenderung terus 
memuja Ahok dari pada bersimpati kepada orang-orang yang digusur!!!

 

On Wednesday, February 15, 2017 8:12 PM, "Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com <mailto:jonathango...@yahoo.com>  [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > wrote:

 

  

"Saya ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang 
diperhatikan," ujarnya.

...

Serupa dengan Wawan, Sukarto (47) juga masih memendam kesumat atas keputusan 
Ahok tentang Kampung Pulo. "Dia enggak memikirkan rakyat. Saya ini korban 
penggusuran. Ahok itu arogan," ucapnya.

...

Ahok kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang. 
Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni 
rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu.

...

Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di Rusun Jatinegara 
<http://www.cnnindonesia.com/kursipanasdki1/20170215142609-516-193718/kesumat-terpendam-pada-pemungutan-suara-di-rusun-jatinegara/>
 

Marselinus Gual

Rabu, 15/02/2017 15:47 WIB

  
<http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/02/24/35ae3a97-465f-42d6-9c2c-930975c3784e_169.jpg?w=700&q=80>
 

Program normalisasi Kali Ciliwung milik memaksa warga Kampung Pulo pindah ke 
rusun. Dendam atas penggusuran itu mempengaruhi sikap politik mereka saat 
pilkada. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian warga Rumah Susun Jatinegara Barat belum 
bisa melupakan sebuah hari di pengujung Agustus 2015. Mereka yang pernah 
tinggal di Kampung Pulo, Jakarta Timur, itu menjadikan peristiwa tersebut 
sebagai dasar memilih calon orang nomor satu di Jakarta.

Usai mencelupkan kelingkingnya ke tinta ungu, Wawan Setyawan menyatakan sikap 
politiknya. Tak ingin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali memimpin 
Jakarta, pria berusia 54 tahun itu mencoblos gambar pasangan Agus 
Yudhoyono-Sylviana Murni. 

"Saya ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang 
diperhatikan," ujarnya.

Sikap Wawan mendua. Walaupun menyebut dirinya sebagai korban penggusuran era 
pemerintahan Ahok, dia mengakui calon gubernur nomor urut dua itu memiliki 
program pembangunan Jakarta yang jelas.

"Sepak terjang pembangunan Jakarta memang baik, tapi cara yang digunakan tidak 
bijaksana," tuturnya.



Lihat juga:


 
<http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150820164850-20-73431/kampung-pulo-masalah-lama-yang-dibiarkan-tak-selesai/>
 Kampung Pulo Masalah Lama Yang Dibiarkan Tak Selesai

Serupa dengan Wawan, Sukarto (47) juga masih memendam kesumat atas keputusan 
Ahok tentang Kampung Pulo. "Dia enggak memikirkan rakyat. Saya ini korban 
penggusuran. Ahok itu arogan," ucapnya.

Sukarto berharap Jakarta memiliki gubernur baru. "Asal bukan Ahok," ujarnya.

Tak melulu soal Kampung Pulo, ada pula warga Rusun Jatinegara Barat yang 
memilih calon gubernur berdasarkan tawaran program yang mereka dapatkan. 
Abdullah (32), seorang pekerja kebersihan alih daya, mengaku mencoblos pasangan 
Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

"Saya butuh pekerjaan. Pak Sandi kan punya perusahaan, jadi dia mengerti cara 
membuka lowongan pekerjaan nanti," kata dia.

Hingga berita ini diturunkan, penghitungan suara pada dua TPS di Rusun 
Jatinegara Barat masih berlangsung. Petugas TPS mencatat, 1.479 orang berhak 
menggunakan hak suara di rusun tersebut.



Lihat juga:


 
<http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150822125715-20-73752/rumah-hilang-di-kampung-pulo-tapi-tidak-dengan-kenangan/>
 Rumah Hilang di Kampung Pulo, Tapi Tidak dengan Kenangan

Pada 20 Agustus 2015, bentrokan pecah di Jatinegara. Warga Kampung Pulo 
berhadapan dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang dibantu personel kepolisian 
dan tentara.

Ahok kala itu berkeras membongkar Kampung Pulo agar normalisasi Kali Ciliwung 
dapat berjalan. Di sisi lain, penduduk Kampung Pulo merasa tanah mereka 
merupakan tanah adat.

Akhirnya Kampung Pulo tetap dibongkar. Pemprov DKI merelokasi warga lokal ke 
Rusun Jatinegara Barat. 



Lihat juga:


 
<http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150820141618-22-73378/mereka-yang-harus-pergi-dari-kampung-pulo/>
 Mereka yang Harus Pergi dari Kampung Pulo

Pada debat pilkada lalu, persoalan Kampung Pulo dibahas tiga pasangan calon 
kepala daerah DKI. Sebagai petahana, Ahok menyebut normalisasi Ciliwung dan 
relokasi warga ke Rusun Jatinegara Barat sebagai salah satu programnya yang 
berhasil.

Ahok kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang. 
Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni 
rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu.



Lihat juga:


 
<http://www.cnnindonesia.com/kursipanasdki1/20170114164042-520-186306/ketika-agus-serang-program-penggusuran-ahok/>
 Ketika Agus Serang Program Penggusuran Ahok

(abm/asa)

 



Kirim email ke