Ahok Jawab Rumor yang Tuding Dirinya Berpihak ke Pengembang http://megapolitan.kompas.com/read/2017/03/07/08440561/ahok.jawab.rumor.yang.tuding.dirinya.berpihak.ke.pengembang Selasa, 7 Maret 2017 | 08:44 WIB
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di acara serah terima nota pengantar tugas PLT (pelaksana tugas) Gubernur DKI Jakarta di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/3/2017). Serah terima ini dilakukan oleh Sekjen Kemendagri Yuswandi A Temenggung kepada pasangan Gubernur-Wakil Gubernur petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, serta kepada Sumarsono. JAKARTA http://indeks.kompas.com/tag/JAKARTA http://indeks.kompas.com/tag/JAKARTA , KOMPAS.com - Pada acara Satu Meja http://indeks.kompas.com/tag/satu.meja di Kompas TV,Senin (6/3/2017) malam, calon gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama http://indeks.kompas.com/tag/basuki.tjahaja.purnama atau Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok menanggapi rumor yang menyatakan dirinya berpihak kepada pengembang. "Sekarang saya tanya, yang nikmatin KJP (Kartu Jakarta Pintar http://indeks.kompas.com/tag/kartu.jakarta.pintar), nikmatin naik bus, itu pengembang atau siapa," tanya Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok dalam acara yang dipandu Pemimpin Redaksi harian Kompas Budiman Tanuredjo itu. Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok kemudian bercerita soal pajak yang dikenakan kepada pengembang pada masa kepemimpinannya saat ada pengembang yang minta izin menaikan koefisien lantai bangunan (KLB). Dulu, kata Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok, pengembang mungkin bisa menyogok pejabat DKI puluhan miliar saja agar bisa menaikan KLB. "(Tapi) kamu (pengembang) sekarang mesti bayar berapa ratus miliar," ujar Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok. Salah satu contoh proyek yang memanfaatkan uang pengembang dari KLB di kepemimpinannya, kata Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok, yaitu proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi http://indeks.kompas.com/tag/simpang.susun.semanggi senilai kurang lebih Rp 300 miliar. Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok juga mengungkapkan, ada pengembang yang mesti membayar Rp 700 miliar ke Pemprov DKI. Karena itu, Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok bingung mengapa dirinya dibilang melindungi pengembang. "Pengembang gue palakin Rp 700 miliar. Gimana rumusnya orang dipalakin 700 miliar bersekutu dengan dia. Sementara yang dulu enggak pernah minta duit sesen pun, tapi bisa dapat izin, kita enggak tahu nih, (tapi) kok enggak dibilang bersekutu sama pengembang," kata Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok. Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok juga bercerita tentang kebijakannya yang bukan pro pengembang. Pemprov DKI, kata dia, membeli lahan untuk membangun 188 ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Jakarta. Lahan tersebut kemudian dijadikan taman publik. "Sekarang ada enggak taman yang saya beli, saya gusur jadi mal, (atau) jadi apartemen? Enggak ada. Kami jadikan RPTRA 188 lokasi. Tahun ini kami mau bangun di 200 lokasi. Kalijodo http://indeks.kompas.com/tag/kalijodo saya gusur. Kalau zaman dulu (kalau) digusur, jangan-jangan jadi mal, hotel," ujar Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok. Untuk membangun RPTRA Kalijodo http://indeks.kompas.com/tag/kalijodo pun, Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok meminta dana dari CSR (Corporate Social Responsibility) pengembang. Namun, Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok masih heran dengan munculnya fitnah bahwa Kalijodo http://indeks.kompas.com/tag/kalijodo dijual ke pengembang yang membangun RPTRA itu. Meski begitu, Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok senang difitnah karena ia bertekad menunjukan bahwa fitnah tersebut tidak benar. "Kadang saya ketawa juga, kalau fitnahnya orang bodoh gitu ya saya masih maklum. Ini pinter, kok, masih bodoh begitu fitnahnya," kata Ahok http://indeks.kompas.com/tag/ahok. Penulis : Robertus Belarminus Editor : Egidius Patnistik