oh ya, pekerjaan saya tidak terkait visa. lebih terkait pd taxation dgn 
credential dari federal.
 

---In GELORA45@yahoogroups.com, <bhjo@...> wrote :

 Bung Jonathan mengetahui ttg. masalah dan macam US Visa dgn.sangat baik. 
Barangkali bung bekerja dibagian yg. berhubungan dgn. masalah ini. Kalau tidak 
salah bung bekerja di pemerintahan State California. Saya tidak tahu sekarang 
ada EB-1 dan EB-2 atau sudah ada dari dulu? Yg. saya tahu adalah seperti 
tercantum. Tertulis "Alien of Extraordinary Ability, Sec. 203 (b) (1) (A)". Apa 
ini equivalent dgn. EB-1?
 

---In GELORA45@yahoogroups.com, <jonathangoeij@...> wrote :

 
 OPT itu utk international student yg mau minta, pada dasarnya ya ijin kerja 
(working permit), mereka yg permintaan OPT-nya dikabulkan dikasih Employment 
Authorization Document (EAD) card, dan bukan yg yg sudah lulus saja yg bisa 
minta yg masih kuliah juga bisa minta. Tetapi visanya tetap F1. Baru setelah 
ada perusahaan yg mau terima dan mau sponsorin barulah minta H1B.
 

 Tidak semua perusahaan mau jadi sponsor, juga ada biaya yg ditanggung, 
sesedikitnya perusahaan itu harus bayar biaya H1B selain memenuhi ketentuan2 
tertentu. Melihat hal ini sebenarnya mereka yg disponsorin itu bukanlah yg 
kurang pintar tetapi justru yg pintar, kalau kurang pintar ngapain disponsorin.
 

 EB itu berdasarkan exceptional ability sudah tentu jarang ada, tetapi melihat 
cerita dan latar belakang pendidikan BH Jo sbg radiation oncologist saya kira 
ada kemungkinan beliau dapat visa EB (tidak tahu EB-1 atau EB-2).
 

---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :

 USA bukan kasih kesempatan cari kerja. Gak ada! Pekerjaan itu buat orang 
amerika bukan orang asing.
  
 Yang ada adalah foreign student ini cari kerjaan sendiri atau dikasih 
kesempatan utk magang tetapi bukan pekerjaan. Kalau ada yang kasih kerjaan, 
institusi itu sponsor H1B visa utk orang asing ini. Visa H1B ini yg sedang 
digarap oleh Trump krn banyak disalahgunakan. H1B visa ini utk mengisi 
pekerjaan yg tidak bisa dikerjakan oleh orang amerika. Kenyataannya banyak visa 
H1B dikasih ke mereka2 yg kurang pinter tetapi gajinya lebih murah.
 Kalau setelah lulus, foreign student tidak dapat pekerjaan, ya mereka harus 
pulang Indonesia. Kalau gak pulang ya jadi illegal.
  
 Biasanya mereka apply OPT/optional practical training. Istilahnya magang. Ini 
masa berlakunya 17 bulan….dulu kalau gak salah 1 tahun. Masa dari kelulusan 
hanya 3 bulan tetapi biasanya mereka sudah apply sebelum2nya shg bisa dapat 
pekerjaan.
 Dengan OPT ini tidak menjamin perusahaan mau kasih pekerjaan, tetapi kalau 
perusahaannya suka barulah mereka sponsor utk mendapatkan H1B visa yg sah utk 
bekerja. Jadi OPT nya diubah jadi H1B. biasanya perusahaan bayar immigrant 
lawyer utk ngurusin H1B visa ini. Dari H1B setelah 5 tahun bisa apply utk 
mendapatkan green card. Terus citizenship. 
  
 EB itu jarang ada. Kebanyakan H1B. lebih gampang lewat dunia intelligent 
dimana orang asing dapat visa khusus kalau menolong USA. Selain itu ada E2 visa 
buat investor, taruh 750 ribu s/d 2 juta dollar di investasi2 ttt yg sudah 
ditetapkan seperti real estate dll, bisa dapet immigrant visa.
  
 Betul informatika sangat popular terutama tahun2 1980an dijerman. Ada yg 
memilih tinggal di jerman, keluar jerman dan atau pulang Indonesia. Semua itu 
keputusan dalam hidup mereka masing2. Setiap negara punya hukumnya masing. Ini 
bukan masalah gampang atau tidak. Ini masalah hukum.
  
 Dijerman lebih susah lagi utk lulusan asing utk dapet pekerjaan dijerman. Ini 
terjadi terus sampai sebelum merkel menang. Saya kurang ngikutin setelah merkel 
menang.
  
 Nesare
  
  
 From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, June 21, 2017 6:15 PM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an 
Innovation-Driven Economy


  
  
 Kalau di Amerika mahasiswa yg lulus dikasih kesempatan cari kerja, dari visa 
sekolah (F1) kemudian dirubah jadi visa kerja (H1B) tempat kerjaannya itu 
ngasih sponsor utk mengajukan green card. Cuman karena nama employer ditulis 
divisa kerja sehingga kalau ganti kerjaan visa kerjanya itu gugur dan harus 
minta visa baru. Tapi setidaknya kalau mau ada kesempatanlah nggak harus pulang.

  

 Ada juga jalur khusus yg namanya visa kerja berdasarkan exceptional ability 
(EB), nah teman anda yg punya 2 PhD di Fisika dan Kedokteran itu rasanya 
memenuhi syarat buat dapat EB itu mungkin kalau nggak EB-1 ya EB-2. EB-1 itu 
buat researcher yg sudah ada achievement-nya sedang EB-2 yg punya advanced 
degree sebangsa PhD itu.

  

  

 ---In GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@... 
mailto:djiekh@...> wrote :



 Kalau di Belanda, mahasiswa berbagai jurusan begitu lulus, harus balik 
Indonesia.

 Tetapi yang dari informatika, banyak dapat ijin kerja dan ijin tinggal, karena 
di sini sangat dibutuhkan.

 2 teman saya dulu kerja di dua perusahaan besar jerman. Perusahaan besar yang 
mintakan ijin kerja dan ijin tinggal dengan alasan keahlian mereka dibutuhkan. 
Wah, kalau di Jerman waktu itu, kalau Prof. atau Perusahaan Besar yang 
mintakan, selalu dapat.

 Lain dengan Belanda. Tetapi herannya kalau di Belanda, kalau dibantu orang 
dari partai politik, kok bisa.

 Ada teman, punya 2 PhD di Fisika dan kedokteran. Setelah dapat PhD Fisika, 
tetap mau tinggal di jerman, ambil kedokteran. Habis lulus, ambil PhD 
kedokteran. Hanya bisa dapat ijin kerja yang dimintakan untuk di rumah sakit. 
Suatu hari seorang patient wanita Jerman yang dianggap tidak ada harapan, 
sembuh. Wanita itu tanya, apa dia bisa balik tolong dokternya. Teman saya 
bilang, dia tidak punya ijin tinggal dan ijin kerja permanent. Wanita itu 
bilang, mungkin suaminya bisa bantu. Wah, dalam seminggu keluar ijin tinggal 
tetap dan ijin kerja, sehingga beberapa tahun kemudian dia bisa buka praktek 
sendiri.


  
 2017-06-21 16:31 GMT+02:00 nesare1@... mailto:nesare1@... [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com>:


 Bener itu yg terjadi brain drain dari jerman ke USA dan kanada ditahun 70/80 
an.

 Sekarang mah beda. Masuk USA susahnya minta ampun. Visa tidak cukup. Walaupun 
permohonannya sudah dikabulkan pun masih harus menunggu puluhan tahun baru 
dapat visa.

  

 Ya jelas tidak bisa lulusan luar negeri pulang ke Indonesia ditahun 70/80an 
utk minta ini itu.

 Sekarang saja tidak bisa begitu.

 Indonesia beda dengan USA dan kanada. Gak fair perbandingannya.

 Kalau mau pulang, imigrasi ya mbok mikir gimana konsekwensinya.

 Namanya saja orang merantau ada untung ruginya.

  

 Tetapi jangan mau minta privilege/perlakuan istimewa mentang2 lulusan luar 
negeri seperti “dalam beberapa hari sudah bisa dapat visa”. Ini kan minta 
perlakuan khusus. Sekarang pun perlakuan khusus ini sudah gak ada utk masuk USA 
dan kanada.

 Jadi bukan hanya gak bisa utk masuk Indonesia saja.

 Ini masalah setiap negara berbeda.

  

 Harus dilihat secara proportionally.

 Jangan krn pengalaman bung yg hebat dapat visa ke USA dalam bbrp hari, lalu 
bung ambil kesimpulan Indonesia tidak menghargai orang pintar.

  

 Persoalannya bukan disitu. Siapa yg tidak menghargai orang pinter, orang kaya, 
orang2an dll?

 Coba misalnya kalau bung kenal sama Habibie ditolong langsung disuruh pulang 
Indonesia dan duduk dikursi enak dikasih pekerjaan dll dan hidup mapan. Moso’ 
bisa disimpulkan Indonesia sangat menghargai lulusan luar negeri dan atau enak 
sekali kerja diindonesia?

  

 Saya tidak mau justifikasi kemauan bung. Tetapi dari contoh bung itu, situasi 
yg bung dambakan, bagi saya adalah minta perlakuan khusus krn bung lulusan luar 
negeri. Bagi saya ini permintaan yg kebablasan.

 Bagi saya akan lebih baik, pindahlah kenegara manapun sepanjang seseorang bisa 
hidup baik. Itu saja.

  

 Tambahan: repot tidak kalau ada dokter WNI lulusan luar negeri tetapi tidak 
bisa berbahasa Indonesia, mau pulang Indonesia utk praktek. Bagaimana bisa 
dokter ini berhubungan dengan pasiennya? Kan tidak bisa. Makanya pemerintah 
Indonesia punya kriteria dalam menkreditasikan ijazahnya. Masalah ada 
diskriminasi dalam pelaksanaannya, itu level aplikasinya tetapi kriteria yg 
telah ada dan disyaratkan itu tetap harus ada.

  

 Nesare

  

  

 From: GELORA45@yahoogroupscom mailto:GELORA45@yahoogroups.com 
[mailto:GELORA45@yahoogroups. com mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, June 21, 2017 3:38 AM
To: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com>; 
Beng-Hoey Jo <bhjo@... mailto:bhjo@...>
Subject: Re: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an 
Innovation-Driven Economy



  

  

 Kalau di Belanda, dulu masuk banyak dokter gigi dari Indonesia.


 Mereka tidak boleh jadi dokter gigi, kecuali kalau ikut kuliah dan lulus ujian 
di Belanda.


 Setelah bertahun-tahun jadi schooltandarts ( dokter gigi untuk periksa gigi 
anak2 sekolah),


 terjadi perubahan peraturan yang tidak pakai schooltandarts lagi.


 Lha dokr2 gigi Indonesia ini tidak dibuang begitu saja, tetapi justru 
dicarikan jalan supaya bisa kerja sebagai dokter gigi.


 Terus dibuat peraturan, mereka boleh ujian tanpa mengikuti kuliah.


 Teman saya yang lulusan Jerman, Belgia, Belanda, dan pernah belajar di 
Zwitserland jadi salah satu pengujinya.


 Dia bilang, kebanyakan sekali lulus. Dan mereka juga pinter, lihati temannya 
dokter gigi asal Indonesia lulusan Belanda, yang sedang kerja, terus pelajari 
teknik terbaru.


 Kalau dari teknik di Indonesia, bisa langsung kerja di Belanda. Tegantung 
kecakapannya dalam praktek. Ada juga beberapa kuliah dulu di Delft, harus masih 
ikuti pelajaran 2 tahun terakhir di Delft dan ujian.


 Istri saya, kerja dulu jadi analist. Setelah beberapa tahun, Direkturnya 
tawari kuliah lagi di Delft, harus selesai dalam 2 tahun. Dibayar penuh, tidak 
usah masuk kerja, tetapi begitu lulus, tidak boleh minta kenaikan gaji. Kalau 
naik jabatan, baru ada kenaikan gaji. Setelah dua tahun, lulus, kerja balik di 
Institut Geologi Leiden. Kemudian Institut Geologi Leiden dan utrecht fusie, 
jadi lab. besar.


 Kepala lab Leiden jadi kepala Lab. fusi, dan istri saya diangkat jadi wakil 
kepala lab. Rupanya direktur Geologi Leiden,


 sudah menyiapkan orang2nya kalau terjadi fusi. Belakangan jadi kepala lab, 
tetapi kalau di Belanda tidak aotomatisch. Banyak calon2nya.


  



  

 2017-06-21 9:05 GMT+02:00 bhjo@... mailto:bhjo@... [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com>:

  

 Yg. saya ceritakan adalah situasi di Indonesia tahun 1970-1980-han. Maka dari 
itu majoritas dari mahasiswa2 di Jerman kebanyakan pindah ke AS, Kanada 
sebagian ke Belanda dan Australia. Untuk pulang ke Indonesia pada waktu itu, 
mereka merasa akan dipersulit kalau dibanding ke negara2 Barat lain, yg. akan 
menerima dgn. tangan terbuka dan malahan membantu mereka Memang dokter harus 
lulus tes utk. bisa bekerja, tetapi tes dari negara2 ini adalah tidak sulit 
pada waktu itu. Tesnya adalah tes dasar dalam istilah2 Inggris dan tes bhs. 
Inggris. Ini cuma supaya Pemerintah tidak bisa persalahkan oleh masyarakat dan 
bisa membela diri kalau ada masalah  dgn. bidang yg. berhubungan dgn. kesehatan 
atau jiwa manusia. Ujian tes namanya ECFMG yg. dibuat oleh AS. Kanada tidak 
mempunyai tes sendiri tetapi mengakui tes ECFMG. Jadi juga menggampangkan yg. 
mau ke Kanada. Ujian dari Australia, lebih gampang lagi. Sedangkan dari bidang2 
teknik, langsung bisa bekerja dgn. kualikasi Jerman sebab tidak berhubungan 
dgn. jiwa manusia. Kanada sangat memerlukan mereka utk. pembangunannya pada 
waktu itu.


  


 Setelah AS dan Kanada mulai cukup dgn. jumlah dokternya, tesnya mulai 
bertambah sulit. ECFMG menjadi VQE Dan sekarang sangat sulit, dimana VQE 
menjadi USMLE (part 1, 2 dan 3). Waktu jaman ECFMG kalau lulus dgn. minimum 
score 75 bisa bekerja di AS. Sekarang kalau mau bisa diterima di AS, harus 
lulus USMLE yg. jauh lebih sulit dan dgn. score minimum 95 (maximum score 100). 
 Jadi cuma top2 dokter dari seluruh dunia yg. bisa diterima di AS sekarang ini. 
 Jadi kepentingan nasional yg. dipentingkan di negara2 Barat, yg. disesuaikan 
dgn. keperluan. Poin saya adalah waktu tahun 1980-han Indonesia masih sangat 
kekurangan dokter, kenapa mesti ada adaptasi segala macam.  Teorinya 6 bulan 
tetapi di-ulur2 sampai lama sekali kecuali bisa "membaiki" senior-nya. Mengapa 
institusi tidak menggampangkan dan Pemerintah menuruti anjuan institusi seperti 
di negara2 Barat pada waktu itu?  IDI juga tidak membantu dan mempermudahkan.  
Indonesia sampai sekarang masih kekurangan dokter apalagi yg. berkualisi 
internasional dan bersuperspesialisasi. Maka dari itu pasien2 yg. berduit, 
berobat di Singapur, Penang dll. utk. masalah medik yg. bukan gampang seperti 
batuk-pilek. Sedangkan negara2 Barat sudah berlebihan dokter2.


  


 Menjawab pertanyaan:  pemerintah/negara mana yang membantu orang asing ini dan 
bagaimana mereka membantu orang asing ini masuk negaranya? Contoh: dari 
pengalaman pribadi. Waktu saya sudah selesai studi, setelah mengetahui 
peraturan2/situasi yg. ada di Indonesia, saya melihat bagaimana di negara2 
lain, terutama AS, Kanada dan Australia. Waktu itu saya mencari 
informasi/mendaftar di Kanada. Saya diminta utk. menemui director dari 
institusi, seorang profesor, yg. kebetulan akan ke Jerman utk mengkuti 
konferensi dan memberi ceramah di kota Duesseldorf. Saya menemui director ini 
di Dueseldorf, yg. kebetulan tidak jauh dari tempat saya.  Saya diajak makan 
malam dan ber-cakap2 dan dianjurkan datang/pindah ke Kanada. Dia yg. akan 
membantu saya masuk ke Kanada dan mengurus work visa dll. Dan Kantor Imigrasi 
(Pemerintah) akan menurut saja apa yg. direkomendasikan oleh institusi2 utk. 
kepentingan masyarakat atau nasional. Tidak lama kemudian saya mendapat work 
visa-nya. Sebagai contoh lain yg. saya alami, saya mendapat Permanent 
Residence/Green card dari Pemerintah AS "cuma dalam waktu beberapa hari" atas 
anjuran institusi di AS supaya saya bisa cepat pindah dan bekerja. Mana situasi 
seperti ini bisa terjadi di Indonesia pada waktu itu. ataupun waktu sekarang? 
Kebanyakan mementingkan keuntungan pribadi dan mengabaikan kepentingan 
nasional. Saya ingat motto kurang-lebih sbb.: "Kalau masih bisa dipersulit, 
kenapa mesti dipermudah?"


  







  

  















 










Kirim email ke