liem Keng Kie datang menemui Habibi, beritahu tidak bisa terima jabatan
direktur perusahaan pembuatan pesawat terbang. Alasannya nanti menyulitkan
Habibi, karena Liem Keng Kie pernah jadi direktur sekolah SMA PPI Bandung,
sedangkan PPI oleh Suharto dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Meskipun menyayangkan keputusan Liem keng Kie, tetapi Habibi bisa mengerti.
Secara pribadi Habibi baik terhadap teman sekolahnya. Teman saya diajak
lihat kapal2 perang tua.
Waktu teman saya dan istrinya nginap di kami, diundang makan oleh Fanny
Habibi yang waktu itu jdi duta besar di Belanda.
Kalau Fanny Habibi, telpon, selalu bilang dari habibi.
Kalau teman tanya, Habibi yang mana, dia jawabnya, Yang bodoh.......

2017-06-24 15:36 GMT+02:00 Chan CT <sa...@netvigator.com>:

> Itulah bung Djie, satu contoh lagi bagaimana seorang ahli yang tidak bisa
> diposisikan dengan benar, ... hanya karena perbedaan Ras atau Agama?
> Sungguh sayang, ... dan nampaknya Liem Keng Kie ini juga relatif mati-muda,
> 75 th! Tidak penuh keahliannya bisa mengabdi pada Indonesia, ... tapi,
> apakah saat Habibie wk.Presiden, Keng Kie jadi pulang ikut bangun pabrik
> pesawatnya Habibie? Dan meninggal di AS, ...
>
> Banyak contoh bisa kita lihat dalam perjalanan kehidupan manusia,
> khususnya yang betul mempunyai keahlian tidak bisa digunakan maksimal,
> karena berbagai hal. Khususnya KESALAHAN KEBIJAKSANAAN yang dikeluarkan
> pemerintah yang berkuasa. Jadi sangat merugikan negara dan bangsa, dalam
> arti sesungguhnya. Makanya generasi muda kudu lebih memperhatikan ini,
> setelah mempriritaskan pendidikan dalam masyarakat, juga harus
> pandai-pandai menempatkan seseorang/Ahli didtempat yang BENAR! Jangan
> sia-siakan mereka dan merugikan pembangunan masyarakat, ...
>
> Salam,
> ChanCT
>
>
> *From:* kh djie
> *Sent:* Saturday, June 24, 2017 2:54 PM
> *To:* Gelora45 ; Chan CT
> *Subject:* Re: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an
> Innovation-Driven Economy
>
> Bung Chan,
> Tante saya sekolah di Belanda, kemudian di Inggris, dan sekolah jadi
> penterjemah di Jenewa.
> Menikah dengan orang kedua dari kedutaan Besar Tiongkok di Marokko.
> Tante berteman baik dengan istri sultan Jusuf.
> Pulang ke Tiongkok, kerja di kementerian luar negeri. Banyak melakukan
> terjemahan ke dalam bahasa Inggris.
> Ibunya, yang lama di Jerman, mengajar bahasa Jerman di Universitas di
> Peking.
> Waktu RBKP tante dibuang ke desa. Suaminya yang jadi sekretaris Zhou
> Enlai, dituntut harus dipecat, karena punya istri yang tinggal lama dan
> sekolah di Barat. Ya, terpaksa dilepas oleh Zhou Enlai.
> Di masa tuanya, tante masih dipakai oleh Hu Chintao untuk menemani
> perjalanan keluar negeri, sebagai tolk.
> Sekarang masih sehat, hanya tidak kuat pergi jauh2 lagi ikut reunie
> familie.
> Cocok dengan menantu perempuannya, yang bekas mahasiswa bahasa Inggrisnya.
> Pikir2 tante pinter, lihat mahasiswi yang baik, dikenalkan dengan anak
> laki2 satu2nya, jadi.
> Sekarang, cucu laki2nya sedang ambil PhD bidang Kimia di Amerika.
> Apa sudah pernah dengar tentang Liem King Kie, teman baik Habibie. Dia
> yang menganjuri Habibie belajar di Jerman.
> Setelah lulus balik, kerja di bagian mesin ITB di bawah dekan mesin dan
> elektro Prof. Dr. Ir. O Hong Djie. Bersama teman2nya mengajar Teknik
> Penerbangan. Tetapi kemudian, di tahun 1969 karena merasa tidak aman dan
> untuk hari kemudian keluarganya, meninggalkan Indonesia. Di Amerika,
> belajar lagi, dapat PhD, kerja di perusahaan penerbangan terkenal di
> Amerika.
> Waktu Habibie jadi wakil presiden, diminta Habibie kembali ke Indonesia
> untuk kepalai perusahaan penerbangan. Temannya di Amerika mengingatkan dia.
> Ya, kalau Habibie berkuasa terus. Kalau dia jatuh, kamu ikut keseret. Dia
> jawab Habibie, kalau dia pernah buka sekolah SMA di Bandung, jadi
> direkturnya, sekolah yang didirikan oleh PPI ( Permusyawaratan Pemuda
> Indoneasia, bagian pemuda dari BAPERKI yang terkenal akan koor dan tarian2
> dari Sabang hingga ke Merauke ), yang setelah bung Karno jatuh termasuk
> organisasi terlarang. Jadi dia tidak mau menyulitkan habibie, yang nanti
> bisa diungkat-ungkat kok orang yang pernah jadi direktur sekolah organisasi
> "kiri"kok diberi jabatan penting.
> http://www.muvila.com/foto/film/beginilah-rupa-asli-
> sahabat-hingga-kekasih-rudy-habibie-160614z-page3.html
> http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1015-
> obituari-dr-ken-liem-laheru--ahli-nasa-dan-salah-satu-
> pendiri-teknik-penerbangan-institut-teknologi-bandung
> Salam,
> KH
>
> 2017-06-24 8:22 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] <
> GELORA45@yahoogroups.com>:
>
>>
>>
>> Dalam pengertian saya, setiap PEMERINTAH sudah seharusnya mengeluarkan
>> kebijaksanaan sesuai kebutuhan konkrit nasional nya, hanya saja seringkali
>> terjadi keSALAHAN subjektif pejabat dalam menetapkan dan melaksanakan
>> kebijaksanaan. Jadi, sudah seharusnyalah setiap PEMERINTAH berusaha MEREBUT
>> ahli-ahli, tak peduli siapa dan asal bangsanya, yang jelas dibutuhkan dalam
>> usaha pembangunan masyarakat, kecuali disaat ahli yang bersangkutan sudah
>> TIDAK DIPERLUKAN lagi karena berbagai hal! Kalau saja untuk mendidik
>> ahli-ahli itu sendiri sedikitnya harus 5 tahunan, kenapa tidak berusaha
>> menyedot ahli-ahli itu dari luarnegeri, ... tentu saja kebijakan memberi
>> fasilitas istimewa pada ahli-asing itu harus dikurangi bahkan ditutup
>> setelah tenaga hali dalam negeri sudah mencukupi, ...
>>
>> Tapi, terkadang dalam keluarkan kebijakan itu dilatar belakangi POLITIK
>> yang jelas SALAH dan tidak seharusnya begitu! Saya ambil contoh yang
>> terjadi dimasa RBKP di TIongkok, 1966-1976 misalnya, kebablasan dalam
>> memandang dan mengutamakan “PERJUANGAN KLAS”, sampai-sampai HUAKIAO yang
>> dianggap asal klas kapitalis kena jadi korban orang yang bukan saja
>> dicurigai tapi banyak yang dinyang! Dan semua itu terjadi tanpa ada BUKTI2
>> akurat, ... di HK saya berkenalan dengan seorang tua asal Singapore, begitu
>> semangat patriot yg tinggi, mengetahui Republik Rakyat TIongkok didirikan
>> dan tanpa ragu2 diusia 18 kembali pulang kenegeri leluhur untuk mengabdikan
>> dirinya. Bukan sekolah yang didahulukan oleh pemuda ini, begitu ada
>> panggilan sukarelawan Perang Melawan AS mendukung Korea, langsung dia
>> daftarkan diri dan ikut maju kemedan perang selama 3 tahun. Dan karena
>> tekad juang dan begitu aktifnya ikuti kegiatan Partai, dia ditahun 1955 pun
>> bisa diterima menjadi anggota Partai. Dia juga melewati ujian segala
>> penderitaan kemiskinan dimasa menghadapi berturut-turut 3 tahun bencana
>> alam-berat tahun 1959-1961, pengganyangan dimasa RBKP, ... tapi sama sekali
>> tidak ada niat keluar ke HK! Lalu, apa yang mendorong dia keluar
>> meninggalkan tanahairnya? Dengan penuh rasa kecewa yang sangat menyedihkan,
>> dia bilang, justru dimasa Ketua Mao dan PM Zhou masih hidup, ... hatinya
>> TERPUKUL hanya karena putranya ditolak masuk Sekolah Penerbang Angkatan
>> UDARA, ... karena satatus HUAKIAO yang tetap disandangnya dan anak satu2nya
>> itu juga jadi TETAP dicurigai! Padahal, dia merasa sudah sepenuh hati
>> menyerahkan jiwa-raga pada TANAHAIR yang dicintai ini! Dia takut keadaan
>> akan menjadi lebih jelek setelah Ketua Mao dan PM Zhou tiada, ...
>>
>> Itulah KESALAHAN POLITIK, kesalahan kebijakan yang sangat tidak
>> bijaksana! Kebablasan yang TIDAK BISA melihat karakter, kwalitas seseorang
>> berdasarkan kenyataan konkrit, tidak berani mengakui kenyataan
>> karakter/kwalitas seseorang TIDAK ditentukan asal klas, artinya tidak semua
>> kapitalis PASTI jelek dan jahat, sebaliknya juga tidak semua buruh pasti
>> baik!
>>
>> Begitu juga, tidak semua ahli-ahli lulusan AS, Eropah pasti lebih baik
>> dari lulusan RRT, Indonesia, India, ... semua itu masih harus diamati dalam
>> praktek kerjanya. Ada orang yang pandai teori, tapi tidak bisa kerja, tidak
>> kreatif, ... sebaliknya juga ada orang yang sekolahnya tidak pinter-pinter
>> amat tapi sangat kreatif, giat dan teliti dalam kerja.
>>
>> Salam-ngobrol,
>> ChanCT
>>
>>
>> *From:* jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
>> *Sent:* Saturday, June 24, 2017 9:35 AM
>> *To:* GELORA45@yahoogroups.com
>> *Subject:* RE: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an
>> Innovation-Driven Economy
>>
>>
>>
>> OPT itu utk international student yg mau minta, pada dasarnya ya ijin
>> kerja (working permit), mereka yg permintaan OPT-nya dikabulkan dikasih
>> Employment Authorization Document (EAD) card, dan bukan yg yg sudah lulus
>> saja yg bisa minta yg masih kuliah juga bisa minta. Tetapi visanya tetap
>> F1. Baru setelah ada perusahaan yg mau terima dan mau sponsorin barulah
>> minta H1B.
>>
>> Tidak semua perusahaan mau jadi sponsor, juga ada biaya yg ditanggung,
>> sesedikitnya perusahaan itu harus bayar biaya H1B selain memenuhi
>> ketentuan2 tertentu. Melihat hal ini sebenarnya mereka yg disponsorin itu
>> bukanlah yg kurang pintar tetapi justru yg pintar, kalau kurang pintar
>> ngapain disponsorin.
>>
>> EB itu berdasarkan exceptional ability sudah tentu jarang ada, tetapi
>> melihat cerita dan latar belakang pendidikan BH Jo sbg radiation oncologist
>> saya kira ada kemungkinan beliau dapat visa EB (tidak tahu EB-1 atau EB-2).
>>
>>
>> ---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :
>>
>> USA bukan kasih kesempatan cari kerja. Gak ada! Pekerjaan itu buat orang
>> amerika bukan orang asing.
>>
>>
>>
>> Yang ada adalah foreign student ini cari kerjaan sendiri atau dikasih
>> kesempatan utk magang tetapi bukan pekerjaan. Kalau ada yang kasih kerjaan,
>> institusi itu sponsor H1B visa utk orang asing ini. Visa H1B ini yg sedang
>> digarap oleh Trump krn banyak disalahgunakan. H1B visa ini utk mengisi
>> pekerjaan yg tidak bisa dikerjakan oleh orang amerika. Kenyataannya banyak
>> visa H1B dikasih ke mereka2 yg kurang pinter tetapi gajinya lebih murah.
>>
>> Kalau setelah lulus, foreign student tidak dapat pekerjaan, ya mereka
>> harus pulang Indonesia. Kalau gak pulang ya jadi illegal.
>>
>>
>>
>> Biasanya mereka apply OPT/optional practical training. Istilahnya magang.
>> Ini masa berlakunya 17 bulan….dulu kalau gak salah 1 tahun. Masa dari
>> kelulusan hanya 3 bulan tetapi biasanya mereka sudah apply sebelum2nya shg
>> bisa dapat pekerjaan.
>>
>> Dengan OPT ini tidak menjamin perusahaan mau kasih pekerjaan, tetapi
>> kalau perusahaannya suka barulah mereka sponsor utk mendapatkan H1B visa yg
>> sah utk bekerja. Jadi OPT nya diubah jadi H1B. biasanya perusahaan bayar
>> immigrant lawyer utk ngurusin H1B visa ini. Dari H1B setelah 5 tahun bisa
>> apply utk mendapatkan green card. Terus citizenship.
>>
>>
>>
>> EB itu jarang ada. Kebanyakan H1B. lebih gampang lewat dunia intelligent
>> dimana orang asing dapat visa khusus kalau menolong USA. Selain itu ada E2
>> visa buat investor, taruh 750 ribu s/d 2 juta dollar di investasi2 ttt yg
>> sudah ditetapkan seperti real estate dll, bisa dapet immigrant visa.
>>
>>
>>
>> Betul informatika sangat popular terutama tahun2 1980an dijerman. Ada yg
>> memilih tinggal di jerman, keluar jerman dan atau pulang Indonesia. Semua
>> itu keputusan dalam hidup mereka masing2. Setiap negara punya hukumnya
>> masing. Ini bukan masalah gampang atau tidak. Ini masalah hukum.
>>
>>
>>
>> Dijerman lebih susah lagi utk lulusan asing utk dapet pekerjaan dijerman.
>> Ini terjadi terus sampai sebelum merkel menang. Saya kurang ngikutin
>> setelah merkel menang.
>>
>>
>>
>> Nesare
>>
>>
>>
>>
>>
>> *From:* GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com]
>> *Sent:* Wednesday, June 21, 2017 6:15 PM
>> *To:* Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>
>> *Subject:* Re: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an
>> Innovation-Driven Economy
>>
>>
>>
>>
>>
>> Kalau di Amerika mahasiswa yg lulus dikasih kesempatan cari kerja, dari
>> visa sekolah (F1) kemudian dirubah jadi visa kerja (H1B) tempat kerjaannya
>> itu ngasih sponsor utk mengajukan green card. Cuman karena nama employer
>> ditulis divisa kerja sehingga kalau ganti kerjaan visa kerjanya itu gugur
>> dan harus minta visa baru. Tapi setidaknya kalau mau ada kesempatanlah
>> nggak harus pulang.
>>
>>
>>
>> Ada juga jalur khusus yg namanya visa kerja berdasarkan exceptional
>> ability (EB), nah teman anda yg punya 2 PhD di Fisika dan Kedokteran itu
>> rasanya memenuhi syarat buat dapat EB itu mungkin kalau nggak EB-1 ya EB-2.
>> EB-1 itu buat researcher yg sudah ada achievement-nya sedang EB-2 yg punya
>> advanced degree sebangsa PhD itu.
>>
>>
>>
>>
>>
>> ---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote :
>>
>> Kalau di Belanda, mahasiswa berbagai jurusan begitu lulus, harus balik
>> Indonesia.
>>
>> Tetapi yang dari informatika, banyak dapat ijin kerja dan ijin tinggal,
>> karena di sini sangat dibutuhkan.
>>
>> 2 teman saya dulu kerja di dua perusahaan besar jerman. Perusahaan besar
>> yang mintakan ijin kerja dan ijin tinggal dengan alasan keahlian mereka
>> dibutuhkan. Wah, kalau di Jerman waktu itu, kalau Prof. atau Perusahaan
>> Besar yang mintakan, selalu dapat.
>>
>> Lain dengan Belanda. Tetapi herannya kalau di Belanda, kalau dibantu
>> orang dari partai politik, kok bisa.
>>
>> Ada teman, punya 2 PhD di Fisika dan kedokteran. Setelah dapat PhD
>> Fisika, tetap mau tinggal di jerman, ambil kedokteran. Habis lulus, ambil
>> PhD kedokteran. Hanya bisa dapat ijin kerja yang dimintakan untuk di rumah
>> sakit. Suatu hari seorang patient wanita Jerman yang dianggap tidak ada
>> harapan, sembuh. Wanita itu tanya, apa dia bisa balik tolong dokternya.
>> Teman saya bilang, dia tidak punya ijin tinggal dan ijin kerja permanent.
>> Wanita itu bilang, mungkin suaminya bisa bantu. Wah, dalam seminggu keluar
>> ijin tinggal tetap dan ijin kerja, sehingga beberapa tahun kemudian dia
>> bisa buka praktek sendiri.
>>
>>
>>
>> 2017-06-21 16:31 GMT+02:00 nesare1@... [GELORA45] <
>> GELORA45@yahoogroups.com>:
>>
>> Bener itu yg terjadi brain drain dari jerman ke USA dan kanada ditahun
>> 70/80 an.
>>
>> Sekarang mah beda. Masuk USA susahnya minta ampun. Visa tidak cukup.
>> Walaupun permohonannya sudah dikabulkan pun masih harus menunggu puluhan
>> tahun baru dapat visa.
>>
>>
>>
>> Ya jelas tidak bisa lulusan luar negeri pulang ke Indonesia ditahun
>> 70/80an utk minta ini itu.
>>
>> Sekarang saja tidak bisa begitu.
>>
>> Indonesia beda dengan USA dan kanada. Gak fair perbandingannya.
>>
>> Kalau mau pulang, imigrasi ya mbok mikir gimana konsekwensinya.
>>
>> Namanya saja orang merantau ada untung ruginya.
>>
>>
>>
>> Tetapi jangan mau minta privilege/perlakuan istimewa mentang2 lulusan
>> luar negeri seperti “dalam beberapa hari sudah bisa dapat visa”. Ini kan
>> minta perlakuan khusus. Sekarang pun perlakuan khusus ini sudah gak ada utk
>> masuk USA dan kanada.
>>
>> Jadi bukan hanya gak bisa utk masuk Indonesia saja.
>>
>> Ini masalah setiap negara berbeda.
>>
>>
>>
>> Harus dilihat secara proportionally.
>>
>> Jangan krn pengalaman bung yg hebat dapat visa ke USA dalam bbrp hari,
>> lalu bung ambil kesimpulan Indonesia tidak menghargai orang pintar.
>>
>>
>>
>> Persoalannya bukan disitu. Siapa yg tidak menghargai orang pinter, orang
>> kaya, orang2an dll?
>>
>> Coba misalnya kalau bung kenal sama Habibie ditolong langsung disuruh
>> pulang Indonesia dan duduk dikursi enak dikasih pekerjaan dll dan hidup
>> mapan. Moso’ bisa disimpulkan Indonesia sangat menghargai lulusan luar
>> negeri dan atau enak sekali kerja diindonesia?
>>
>>
>>
>> Saya tidak mau justifikasi kemauan bung. Tetapi dari contoh bung itu,
>> situasi yg bung dambakan, bagi saya adalah minta perlakuan khusus krn bung
>> lulusan luar negeri. Bagi saya ini permintaan yg kebablasan.
>>
>> Bagi saya akan lebih baik, pindahlah kenegara manapun sepanjang seseorang
>> bisa hidup baik. Itu saja.
>>
>>
>>
>> Tambahan: repot tidak kalau ada dokter WNI lulusan luar negeri tetapi
>> tidak bisa berbahasa Indonesia, mau pulang Indonesia utk praktek. Bagaimana
>> bisa dokter ini berhubungan dengan pasiennya? Kan tidak bisa. Makanya
>> pemerintah Indonesia punya kriteria dalam menkreditasikan ijazahnya.
>> Masalah ada diskriminasi dalam pelaksanaannya, itu level aplikasinya tetapi
>> kriteria yg telah ada dan disyaratkan itu tetap harus ada.
>>
>>
>>
>> Nesare
>>
>>
>>
>>
>>
>> *From:* GELORA45@yahoogroupscom [mailto:GELORA45@yahoogroups. com]
>> *Sent:* Wednesday, June 21, 2017 3:38 AM
>> *To:* Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>; Beng-Hoey Jo <bhjo@...>
>> *Subject:* Re: [GELORA45] Re: Difficult for Indonesia to Become an
>> Innovation-Driven Economy
>>
>>
>>
>>
>>
>> Kalau di Belanda, dulu masuk banyak dokter gigi dari Indonesia.
>>
>> Mereka tidak boleh jadi dokter gigi, kecuali kalau ikut kuliah dan lulus
>> ujian di Belanda.
>>
>> Setelah bertahun-tahun jadi schooltandarts ( dokter gigi untuk periksa
>> gigi anak2 sekolah),
>>
>> terjadi perubahan peraturan yang tidak pakai schooltandarts lagi.
>>
>> Lha dokr2 gigi Indonesia ini tidak dibuang begitu saja, tetapi justru
>> dicarikan jalan supaya bisa kerja sebagai dokter gigi.
>>
>> Terus dibuat peraturan, mereka boleh ujian tanpa mengikuti kuliah.
>>
>> Teman saya yang lulusan Jerman, Belgia, Belanda, dan pernah belajar di
>> Zwitserland jadi salah satu pengujinya.
>>
>> Dia bilang, kebanyakan sekali lulus. Dan mereka juga pinter, lihati
>> temannya dokter gigi asal Indonesia lulusan Belanda, yang sedang kerja,
>> terus pelajari teknik terbaru.
>>
>> Kalau dari teknik di Indonesia, bisa langsung kerja di Belanda. Tegantung
>> kecakapannya dalam praktek. Ada juga beberapa kuliah dulu di Delft, harus
>> masih ikuti pelajaran 2 tahun terakhir di Delft dan ujian.
>>
>> Istri saya, kerja dulu jadi analist. Setelah beberapa tahun, Direkturnya
>> tawari kuliah lagi di Delft, harus selesai dalam 2 tahun. Dibayar penuh,
>> tidak usah masuk kerja, tetapi begitu lulus, tidak boleh minta kenaikan
>> gaji. Kalau naik jabatan, baru ada kenaikan gaji. Setelah dua tahun, lulus,
>> kerja balik di Institut Geologi Leiden. Kemudian Institut Geologi Leiden
>> dan utrecht fusie, jadi lab. besar.
>>
>> Kepala lab Leiden jadi kepala Lab. fusi, dan istri saya diangkat jadi
>> wakil kepala lab. Rupanya direktur Geologi Leiden,
>>
>> sudah menyiapkan orang2nya kalau terjadi fusi. Belakangan jadi kepala
>> lab, tetapi kalau di Belanda tidak aotomatisch. Banyak calon2nya.
>>
>>
>>
>>
>>
>> 2017-06-21 9:05 GMT+02:00 bhjo@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>:
>>
>>
>>
>> Yg. saya ceritakan adalah situasi di Indonesia tahun 1970-1980-han. Maka
>> dari itu majoritas dari mahasiswa2 di Jerman kebanyakan pindah ke AS,
>> Kanada sebagian ke Belanda dan Australia. Untuk pulang ke Indonesia pada
>> waktu itu, mereka merasa akan dipersulit kalau dibanding ke negara2 Barat
>> lain, yg. akan menerima dgn. tangan terbuka dan malahan membantu mereka
>> Memang dokter harus lulus tes utk. bisa bekerja, tetapi tes dari negara2
>> ini adalah tidak sulit pada waktu itu. Tesnya adalah tes dasar dalam
>> istilah2 Inggris dan tes bhs. Inggris. Ini cuma supaya Pemerintah tidak
>> bisa persalahkan oleh masyarakat dan bisa membela diri kalau ada masalah
>> dgn. bidang yg. berhubungan dgn. kesehatan atau jiwa manusia. Ujian tes
>> namanya ECFMG yg. dibuat oleh AS. Kanada tidak mempunyai tes sendiri tetapi
>> mengakui tes ECFMG. Jadi juga menggampangkan yg. mau ke Kanada. Ujian dari
>> Australia, lebih gampang lagi. Sedangkan dari bidang2 teknik, langsung bisa
>> bekerja dgn. kualikasi Jerman sebab tidak berhubungan dgn. jiwa manusia.
>> Kanada sangat memerlukan mereka utk. pembangunannya pada waktu itu.
>>
>>
>>
>> Setelah AS dan Kanada mulai cukup dgn. jumlah dokternya, tesnya mulai
>> bertambah sulit. ECFMG menjadi VQE Dan sekarang sangat sulit, dimana VQE
>> menjadi USMLE (part 1, 2 dan 3). Waktu jaman ECFMG kalau lulus dgn. minimum
>> score 75 bisa bekerja di AS. Sekarang kalau mau bisa diterima di AS, harus
>> lulus USMLE yg. jauh lebih sulit dan dgn. score minimum 95 (maximum score
>> 100).  Jadi cuma top2 dokter dari seluruh dunia yg. bisa diterima di AS
>> sekarang ini.  Jadi kepentingan nasional yg. dipentingkan di negara2 Barat,
>> yg. disesuaikan dgn. keperluan. Poin saya adalah waktu tahun 1980-han
>> Indonesia masih sangat kekurangan dokter, kenapa mesti ada adaptasi segala
>> macam.  Teorinya 6 bulan tetapi di-ulur2 sampai lama sekali kecuali bisa
>> "membaiki" senior-nya. Mengapa institusi tidak menggampangkan dan
>> Pemerintah menuruti anjuan institusi seperti di negara2 Barat pada waktu
>> itu?  IDI juga tidak membantu dan mempermudahkan.  Indonesia sampai
>> sekarang masih kekurangan dokter apalagi yg. berkualisi internasional dan
>> bersuperspesialisasi. Maka dari itu pasien2 yg. berduit, berobat di
>> Singapur, Penang dll. utk. masalah medik yg. bukan gampang seperti
>> batuk-pilek. Sedangkan negara2 Barat sudah berlebihan dokter2.
>>
>>
>>
>> *Menjawab pertanyaan: **pemerintah/negara mana yang membantu orang asing
>> ini dan bagaimana mereka membantu orang asing ini masuk negaranya?*
>> Contoh: dari pengalaman pribadi. Waktu saya sudah selesai studi, setelah
>> mengetahui peraturan2/situasi yg. ada di Indonesia, saya melihat bagaimana
>> di negara2 lain, terutama AS, Kanada dan Australia. Waktu itu saya mencari
>> informasi/mendaftar di Kanada. Saya diminta utk. menemui director dari
>> institusi, seorang profesor, yg. kebetulan akan ke Jerman utk mengkuti
>> konferensi dan memberi ceramah di kota Duesseldorf. Saya menemui director
>> ini di Dueseldorf, yg. kebetulan tidak jauh dari tempat saya.  Saya diajak
>> makan malam dan ber-cakap2 dan dianjurkan datang/pindah ke Kanada. Dia yg.
>> akan membantu saya masuk ke Kanada dan mengurus work visa dll. Dan Kantor
>> Imigrasi (Pemerintah) akan menurut saja apa yg. direkomendasikan oleh
>> institusi2 utk. kepentingan masyarakat atau nasional. Tidak lama kemudian
>> saya mendapat work visa-nya. Sebagai contoh lain yg. saya alami, saya
>> mendapat Permanent Residence/Green card dari Pemerintah AS "cuma dalam
>> waktu beberapa hari" atas anjuran institusi di AS supaya saya bisa cepat
>> pindah dan bekerja. Mana situasi seperti ini bisa terjadi di Indonesia pada
>> waktu itu. ataupun waktu sekarang? Kebanyakan mementingkan keuntungan
>> pribadi dan mengabaikan kepentingan nasional. Saya ingat motto kurang-lebih
>> sbb.: "Kalau masih bisa dipersulit, kenapa mesti dipermudah?"
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> 
>>
>
>

Kirim email ke