Pada Sabtu, 5 Agustus 2017 2:54, "kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

     Belum ada berita penyebab Jamu Nyonya Meneer sampai failliet. Mestinya 
perusahaan jamu yang berjalan baik, untungnya dalam prosentase besar, karena 
bahannya dibeli dalam kiloan, dan dijual dalam gram graman. Hanya saja 
persaingannya berat, Harus kwaliteitnya makin bagus ( poedernya harus halus 
sekali dengan mesin modern), komposisinya bagus sehingga betul2 bermanfaat, 
modern dengan punya laboratorium di bawah pengawasan ahli, dan marketing yang 
baik. Persaingan memang jauh lebih berat.Sido Muncul dapat merebut porsi pasar 
terbesar, terkenal dengan jamu tolak angin ( dulu 7 angin), susu jahe, kopi 
jahe. Kopi susu jahenya memang enak sekali. Tamu hotel Tenteram milik Sido 
Muncul bisa bikin sendiri kopi susu jahe dari dengan mencampur air panas pada 
poeder, yang tersedia dalam kemasan indah.Dengan begitu produk dan namanya 
makin dikenal kelas atas.Sido Muncul berani beli perusahaan2 kecil, yang punya 
nama dari salah satu produknya.Dengan begitu Sido Muncul jadi terkenal 
mujarabnya. Apalagi iklan2 Sido Muncul jauh lebih gencar. Dulu jamu Nyonya 
Meneer punya masalah dalam famili. Tetapi akhirnya bisa terselesaikan dengan 
penjualan hak dari yang satu pada pemilik yang sekarang. Tidak tahu sekarang 
ada masalah apa, kok sampai kena hutang begitu banyak .Kalau sebabnya daya beli 
masyarakat pemakai jamu, mestinya semua pabrik jamu akan failliet. Tetapi 
tidak, Sido Muncul justru menanjak.
2017-08-05 1:30 GMT+02:00 Jonathan Goeij <jonathango...@yahoo.com>:


Pangsa pasar jamu biasanya kalangan marjinal kelas menengah kebawah, apakah 
artinya disini ekonomi sudah sedemikian beratnya?

Perusahaan biasanya ada utang ada piutang, biarpun sehat sekalipun misalnya 
kalau mendadak dinyatakan pailit ya bisa pailit beneran. Utang2 biasanya akan 
dgn cepat datang minta diperhitungkan sementara piutang akan sukar ditagih 
setidaknya akan beku sementara atau bahkan tidak tertagih lagi. Mesin yg 
bermanfaat utk industri itu akan sukar dijual dgn harga layak jadinya hanya 
dinilai harga besinya. Sementara jaringan perusahaan yg sudah dibentuk ratusan 
tahun jadi seakan tidak ada nilainya tidak diperhitungkan padahal sebenarnya 
jaringan inilah yg nilainya sangat tinggi sekali bagi industri tsb.
Saya rasa pengadilan dalam hal ini gegabah sekali.
Padahal Nyonya Meneer sudah dianggap sedemikian berjasanya bagi negara sampai 
dijadikan perangko, copy paste dari wikipedia:

 

    On Friday, August 4, 2017 12:01 PM, kh djie <dji...@gmail.com> wrote:
 

 Gugatan pailit diajukan oleh salah satu kreditor asal Kabupaten Sukoharjo 
bernama Hendrianto Bambang Santoso.

Pemohon menyatakan PT Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajibannya membayar utang 
sebesar Rp7,04 miliar.7.04 milyar itu utangnya pada salah satu kreditor. Ada 
berapa kreditor, dan berapa jumlah seluruh utangnya tidak diberitakan.

2017-08-04 18:56 GMT+02:00 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

     Rp 7,04 milliar utk perusahaan jamu legendaris terbesar di Indonesia? 
Seperti tidak masuk akal.Adakah udang dibalik jamu?
kutipan berita:Pemohon menyatakan PT Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajibannya 
membayar utang sebesar Rp7,04 miliar.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <ilmesengero@...> wrote :

http://www.antaranews.com/ berita/644700/perusahaan-jamu- 
legendaris-pt-nyonya-meneer- dinyatakan-pailit



Perusahaan jamu legendaris PT Nyonya Meneer dinyatakan pailit
Jumat, 4 Agustus 2017 18:12 WIB | 432 ViewsPewarta: 
I.C.SenjayaIlustrasi-PT.Nyonya Meneer (djamu.njonjameneer.com)
Semarang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Pengadilan Negeri Semarang memutuskan 
pailit kepada perusahaan jamu yang telah melegenda di Indonesia, PT Nyonya 
Meneer, karena gagal membayar kewajiban utang kepada kreditornya.

Juru bicara PN Semarang M. Sainal di Semarang, Jumat, membenarkan putusan 
pailit yang dijatuhkan dalam sidang 3 Agustus 2017 itu.

Sidang putusan permohonan pailit ini dipimpin oleh Hakim Ketua Nani Indrawati.

Gugatan pailit diajukan oleh salah satu kreditor asal Kabupaten Sukoharjo 
bernama Hendrianto Bambang Santoso.

Pemohon menyatakan PT Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajibannya membayar utang 
sebesar Rp7,04 miliar.

"Putusannya mengabulkan permohonan membatalkan putusan Penundaan Kewajiban 
Pembayaran Utang," kata Sainal.

Dari pembatalan itu PT Nyonya Meneer akhirnya dinyatakan pailit.

Menindaklanjuti putusan ini, telah ditunjuk kurator untuk menyelesaikan 
kewajiban Nyonya Meneer kepada kredito-kreditornya.


Editor: Jafar M SidikCOPYRIGHT © ANTARA 2017   



   

  #yiv1801202686 #yiv1801202686 -- #yiv1801202686ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-mkp #yiv1801202686hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mkp #yiv1801202686ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mkp .yiv1801202686ad 
{padding:0 0;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mkp .yiv1801202686ad p 
{margin:0;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mkp .yiv1801202686ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-sponsor 
#yiv1801202686ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-sponsor #yiv1801202686ygrp-lc #yiv1801202686hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-sponsor #yiv1801202686ygrp-lc .yiv1801202686ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv1801202686 #yiv1801202686actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv1801202686
 #yiv1801202686activity span {font-weight:700;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv1801202686 #yiv1801202686activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv1801202686 #yiv1801202686activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv1801202686 #yiv1801202686activity span 
.yiv1801202686underline {text-decoration:underline;}#yiv1801202686 
.yiv1801202686attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv1801202686 .yiv1801202686attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv1801202686 .yiv1801202686attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv1801202686 .yiv1801202686attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv1801202686 .yiv1801202686attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv1801202686 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv1801202686 .yiv1801202686bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv1801202686 
.yiv1801202686bold a {text-decoration:none;}#yiv1801202686 dd.yiv1801202686last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1801202686 dd.yiv1801202686last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1801202686 
dd.yiv1801202686last p span.yiv1801202686yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv1801202686 div.yiv1801202686attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv1801202686 div.yiv1801202686attach-table 
{width:400px;}#yiv1801202686 div.yiv1801202686file-title a, #yiv1801202686 
div.yiv1801202686file-title a:active, #yiv1801202686 
div.yiv1801202686file-title a:hover, #yiv1801202686 div.yiv1801202686file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv1801202686 div.yiv1801202686photo-title a, 
#yiv1801202686 div.yiv1801202686photo-title a:active, #yiv1801202686 
div.yiv1801202686photo-title a:hover, #yiv1801202686 
div.yiv1801202686photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv1801202686 
div#yiv1801202686ygrp-mlmsg #yiv1801202686ygrp-msg p a 
span.yiv1801202686yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv1801202686 
.yiv1801202686green {color:#628c2a;}#yiv1801202686 .yiv1801202686MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv1801202686 o {font-size:0;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686photos div {float:left;width:72px;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv1801202686
 #yiv1801202686reco-category {font-size:77%;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686reco-desc {font-size:77%;}#yiv1801202686 .yiv1801202686replbq 
{margin:4px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-mlmsg select, #yiv1801202686 input, #yiv1801202686 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-mlmsg pre, #yiv1801202686 code {font:115% 
monospace;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-mlmsg #yiv1801202686logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-msg 
p#yiv1801202686attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-reco #yiv1801202686reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-sponsor 
#yiv1801202686ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-sponsor #yiv1801202686ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-sponsor #yiv1801202686ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv1801202686 #yiv1801202686ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv1801202686 
#yiv1801202686ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv1801202686 

   

Kirim email ke