Imam Besar Istiqlal: Trinitas Tidak Berbenturan Dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa (!?)

54
<https://www.eramuslim.com/berita/nasional/imam-besar-istiqlal-trinitas-tidak-berbenturan-dengan-ketuhanan-yang-maha-esa.htm/2#>

Redaksi – Minggu, 8 Oktober 2017 05:11 WIB


Dalam diskusi lain, seorang murid mengadu ke mursyid (guru spiritual),
bagaimana saudara kita yang beragama Kristen mengaku berketuhanan YME
tetapi memiliki doktrin Trinitas, atau saudara kita yang beragama Hindu
memiliki doktrin Trimurti? Sang mursyid menjawab, di situlah kelirunya
mereka karena membatasi Tuhan hanya tiga, padahal semua yang ada adalah
Dia, tidak ada yang ada (maujud) selain Dia.

Sang mursyid mengutip sebuak ayat: Wa lillah al-masyriq wa al-magrib fa
ainama tuwallu fa tsamma wajh Allah (Dan kepunyaan Allah-lah timur dan
barat, maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al- Baqarah/2:115).

Setelah mendengarkan panjang lebar penjelasan mursyid barulah murid itu
lega. Akan tetapi kembali bertanya, kalau saudara kita tadi keliru karena
hanya membatasi Tuhan hanya tiga, bagaimana dengan saya yang hanya
membatasi Tuhan hanya satu.

Sang mursyid menjawab: Sesungguhnya mungkin tidak ada yang salah, termasuk
anda, karena yang banyak itu ialah yang satu itu dan yang satu itulah yang
memiliki wajah yang banyak (al-wahdah fi al-katsrah wa al-katysrah fi
al-wahdah/the one in te many and the many in the one).

Bagi umat Kristiani doktrin Trinitas sama sekali tidak mengganggu konsep
kemahaesaan Tuhan dan Ketuhanan YME. Hanya orang-orang luar Kristen sering
sulit memahami Tuhan mempunyai anak, karena dalam benak masyarakat kata
“Anak” masih selalui dihubungkan dengan anak biologis. Padahal dalam Bahasa
Arab kata “Ibn” atau “Son” dalam Bahasa Inggris tidak selamanya berarti
anak biologis. Kata “anak” bisa berarti simbol kedekatan atau
representatif, seperti kata “anak-anak Indonesia di luar negeri” berarti
anak-anak yang menampilkan ciri khas dan karakteristik bangsa Indonesia.

Seorang anak lebih mencirikan karakter bapaknya sering diistilahkan “anak
bapaknya”. Begitu dekatnya hubungan dan banyaknya persamaan sifat dan
karakter seseorang dengan sesuatu sering diistilahkan anak dari sesuatu
itu. Persoalan semantik sering kali menjadi faktor penyebab terjadinya
perbedaan mendasar, bahkan menjadi sumber konflik.





Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal

(dz/rmol/suaraislam)

Berarti semua agama benar menurut anda, pak Nasar !?
  • [GELORA45] Imam Besar Ist... Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]

Kirim email ke