Saya mendengar nama ciplukan itu saja barau sekarang. Belum pernah mendengar 
nama pohon  itu sebelumnya. Mungkin saja lain tempat lain namanya. Kalau ada 
yang bisa menjelaskannya, saya juga jadi kepingin tau..
   S.Manap. 

    Den lördag, 10 mars 2018 6:56 skrev "Hsin Hui Lin ehh...@gmail.com 
[GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com>:
 

     *Sumartini Dewi Raih Gelar Doktor Berkat Ciplukan*
(Kliping Jawa Pos 17  Juli 2017)

MATA Sumartini Dewi basah ketika Prof Saleha Sungkar SpParK menyatakan bahwa 
dirinya lulus dan mendapatkan gelar doktor. Dalam sidang terbuka di gedung 
IMERI FK Universitas Indonesia (UI) Rabu lalu (12/7), puluhan orang menjadi 
saksi Sumartini mempertahankan hasil penelitiannya.
Perempuan 47 tahun itu tidak menyangka bahwa saran kepada salah satu pasiennya 
tujuh tahun lalu tersebut membawa dampak luar biasa. Saran yang sebenarnya 
diberikan lantaran dia sudah angkat tangan atas penyakit scleroderma yang 
membuat kulit dan paru-paru pasiennya kisut.
”Kondisi pasien saya waktu itu sedang hamil dan drop. Tidak bisa napas karena 
paru-parunya tidak mengembang,” tutur konsultan reumatologi di RS dr Hasan 
Sadikin, Bandung, tersebut. Awalnya, dia menyarankan si pasien untuk ikut 
kemoterapi. Namun, ekonomi si pasien tergolong tak mampu. Memaksanya tinggal di 
rumah sakit akan memperberat keadaan.
Pasien pun menyerah dan minta pulang. Si pasien juga mendesak agar diberi obat 
herbal. Sebab, berbulan-bulan dia mengonsumsi obat kimia tapi tak kunjung 
membaik. Scleroderma merupakan kelainan sistem imun atau kekebalan tubuh.. 
Kulit penyandang scleroderma biasanya akan mengeras. Ujung jari pasien juga 
akan mengalami luka karena pembuluh darahnya menyempit. Bahkan scleroderma bisa 
menyerang paru-paru, jantung, ginjal, dan saluran pencernaan. Jika menyerang 
organ dalam, tentu membahayakan. Misalnya menyerang paru-paru, bisa 
mengakibatkan kesulitan bernapas. Sebab, paru-paru tidak bisa kembang kempis.
”Saya ingat, pernah nonton di YouTube bahwa ciplukan mengandung zat yang 
mengurangi dampak kanker payudara. Saya juga ingat, ada zat dalam ciplukan yang 
sebenarnya bisa mengurangi dampak scleroderma. Karena itu, saya sarankan 
mengonsumsi rebusan buah ciplukan,” imbuh istri Soerachman Dwiwaloejo itu.
Beberapa hari kemudian, si pasien kembali datang ke tempat praktik Sumartini. 
Pasien tersebut bertanya, apa boleh merebus daun dan tangkai ciplukan. 
Alasannya, kalau hanya buahnya, pasien tersebut kesusahan mencari. Selain itu, 
cepat habis begitu dikonsumsi. ”Saya sebenarnya sudah angkat tangan. Lalu, saya 
perbolehkan pasien itu mengonsumsi daun dan batang ciplukan juga,” ungkap ibu 
empat anak tersebut. Sejak konsultasi itu, si pasien tidak kembali lagi. 
Sumartini berpikir si pasien sudah meninggal.
Tiga bulan berlalu. Pasien tersebut kembali ke klinik Sumartini. Dosen FK 
Universitas Padjadjaran itu pangling. Kulit pasiennya yang semula kaku dan 
kisut menjadi tampak segar. Tak ada lagi wajah kaku seperti topeng. Yang 
terlihat adalah kulit yang halus dan terdapat lemak di dalamnya. Seperti kulit 
orang kebanyakan.
Pasien tersebut juga mengatakan tidak lagi merasakan sesak. ”Dalam tiga bulan, 
berat badannya naik 5 kilogram (kg). Bagi penyandang scleroderma, itu merupakan 
perkembangan bagus,” ujar Sumartini. Hal tersebut tentu memberikan angin segar. 
Sebab, selama ini tidak ada perbaikan signifikan pada pasien dengan riwayat 
scleroderma yang menggunakan pengobatan biasanya.
Untung, Sumartini memiliki kebun di dekat rumahnya. Dia pun mengembangkan 
ciplukan. Anggota Asia Pacific League of Association for Rheumatology itu pun 
berniat melakukan penelitian. Tujuannya, membuktikan secara ilmiah ciplukan 
yang dapat menjadi obat scleroderma.
Sejak 2015, penelitian mulai dijalankan. Dia mengambil sampel secara acak pada 
pasien yang berobat jalan di RS Cipto Mangunkusumo dan RS dr Hasan Sadikin. 
Namun, waktu itu dia tidak lagi meminta pasiennya untuk merebus sendiri 
ciplukan. Dia menggunakan ekstrak ciplukan.
Untuk mengamati, Sumartini mengategorikan dua kelompok pasien. Kelompok yang 
diberi ekstrak ciplukan dan yang tidak. ”Ekstrak ciplukan saya berikan sehari 
tiga kali dengan dosis 250 mg. Lama konsumsi 12 minggu,” katanya. Obat kimia 
metotreksat pun tetap diberikan. Ekstrak ciplukan tersebut merupakan pendamping 
obat kimia. ”Hasilnya memperkuat metotreksat dan efek sampingnya sangat minim. 
Biasanya, kalau minum metotreksat, ada efek samping. Tapi, dengan minum ekstrak 
ciplukan, efek sampingnya tidak ada,” ucapnya.
Sejak penelitian tersebut, sekitar 20 pasien sudah terlihat membaik. Bahkan, 
mereka yang belum parah cenderung seperti orang sehat. Untung, Sumartini 
mendapat dukungan dari sejawatnya. Apalagi, tumbuhan tersebut khas Indonesia. 
”Ko-promotor saya, Prof dr Nyoman Kertia SpPD-KR, juga melakukan penelitian di 
UGM,” ucapnya.
Dia pun mendapatkan info bahwa ada pasien yang sudah berobat hingga Amerika 
tapi akhirnya menggunakan ekstrak ciplukan. Sebelum menggunakan ekstrak 
tersebut, kulit pasien masih kaku. Dia juga sering merasakan sesak karena 
scleroderma sudah menyerang paru-parunya. Untuk berobat hingga Amerika itu, 
tentu ongkosnya tidak kecil. Tapi, hasilnya nihil.
Kini Sumartini sedang berfokus mengurus hak kekayaan intelektual (HKI) dari 
penelitiannya itu. Penelitian pun terus dikembangkan. Dia ingin mengembangkan 
pengobatan tersebut hingga seluruh Indonesia.
Pujian terhadap Sumartini pun datang dari guru besar ilmu penyakit dalam FK 
Universitas Gadjah Mada Prof dr Nyoman Kertia SpPD-KR. Menurut dia, uji klinis 
yang dilakukan Sumartini membuat khasiat ciplukan terbukti secara ilmiah.
Kertia menuturkan, di UGM sendiri memang berkembang pusat produksi herbal. 
Salah satunya adalah ekstrak ciplukan seperti yang digunakan Sumartini. 
”Mungkin ke depan ada yang meneliti lebih lanjut,” katanya. Penelitian 
Sumartini memang masih menggunakan ekstrak ciplukan sebagai pendamping obat 
kimia. Kertia berharap bisa ada penelitian ciplukan sebagai obat utama.  
#yiv3276199961 #yiv3276199961 -- #yiv3276199961ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-mkp #yiv3276199961hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mkp #yiv3276199961ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mkp .yiv3276199961ad 
{padding:0 0;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mkp .yiv3276199961ad p 
{margin:0;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mkp .yiv3276199961ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-sponsor 
#yiv3276199961ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-sponsor #yiv3276199961ygrp-lc #yiv3276199961hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-sponsor #yiv3276199961ygrp-lc .yiv3276199961ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv3276199961 #yiv3276199961actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv3276199961
 #yiv3276199961activity span {font-weight:700;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv3276199961 #yiv3276199961activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv3276199961 #yiv3276199961activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv3276199961 #yiv3276199961activity span 
.yiv3276199961underline {text-decoration:underline;}#yiv3276199961 
.yiv3276199961attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv3276199961 ..yiv3276199961attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv3276199961 .yiv3276199961attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv3276199961 .yiv3276199961attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv3276199961 .yiv3276199961attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv3276199961 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv3276199961 .yiv3276199961bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv3276199961 
.yiv3276199961bold a {text-decoration:none;}#yiv3276199961 dd.yiv3276199961last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv3276199961 dd.yiv3276199961last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv3276199961 
dd.yiv3276199961last p span.yiv3276199961yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv3276199961 div.yiv3276199961attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv3276199961 div.yiv3276199961attach-table 
{width:400px;}#yiv3276199961 div.yiv3276199961file-title a, #yiv3276199961 
div.yiv3276199961file-title a:active, #yiv3276199961 
div.yiv3276199961file-title a:hover, #yiv3276199961 div.yiv3276199961file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv3276199961 div.yiv3276199961photo-title a, 
#yiv3276199961 div.yiv3276199961photo-title a:active, #yiv3276199961 
div.yiv3276199961photo-title a:hover, #yiv3276199961 
div.yiv3276199961photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv3276199961 
div#yiv3276199961ygrp-mlmsg #yiv3276199961ygrp-msg p a 
span.yiv3276199961yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv3276199961 
.yiv3276199961green {color:#628c2a;}#yiv3276199961 .yiv3276199961MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv3276199961 o {font-size:0;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961photos div {float:left;width:72px;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv3276199961
 #yiv3276199961reco-category {font-size:77%;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961reco-desc {font-size:77%;}#yiv3276199961 .yiv3276199961replbq 
{margin:4px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-mlmsg select, #yiv3276199961 input, #yiv3276199961 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-mlmsg pre, #yiv3276199961 code {font:115% 
monospace;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-mlmsg #yiv3276199961logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-msg 
p#yiv3276199961attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-reco #yiv3276199961reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-sponsor 
#yiv3276199961ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-sponsor #yiv3276199961ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-sponsor #yiv3276199961ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv3276199961 #yiv3276199961ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv3276199961 
#yiv3276199961ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv3276199961 

   

Kirim email ke