Ini kata analis politik terhadap keputusan Yusril Ihza Mahendra
Rabu, 14 November 2018 09:26 WIB
Ini kata analis politik terhadap keputusan Yusril Ihza Mahendra
Analis politik Pangi Syarwi Chaniago (Istimewa)
Pilihan politik ini punya potensi memecah kebuntuan
Jakarta (ANTARA News) - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago menilai
keputusan Yusril Ihza Mahendra bersedia menjadi kuasa hukum pasangan
Jokowi-Ma'ruf Amin berpotensi membuka kebuntuan Partai Bulan Bintang
dalam menghadapi Pemilu serentak 2019.
"Pilihan politik ini punya potensi memecah kebuntuan dan membuka peluang
perluasan basis pemilih PBB," ujar Pangi di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan Yusril selaku Ketua Umum PBB bisa memperluas basis
pemilih partainya, dengan catatan Yusril sebagai tokoh sentral harus
segera membangun asosiasi terhadap capres-cawapres yang didukung dan
menunjukkan sikap pembelaan dan keberpihakan kepada kandidat yang
diusung oleh Koalisi Indonesia Kerja.
"Tapi tentu saja ini bukan pekerjaan yang mudah. Karena keputusan itu
menjadi kontradiksi karena melawan arus bawah pemilih PBB yang cenderung
berseberangan dengan pemerintah, terlebih dengan adanya rekomendasi
Ijtimak Ulama," ujar dia.
Dia mengatakan selama ini Yusril dan PBB dikenal berseberangan dengan
Pemerintah.
Keputusan Yusril, menurut pengamatan Pangi, lantaran PBB menjadi salah
satu partai yang merasa tidak diperhitungkan dalam koalisi pasangan
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sejak awal PBB, menurutnya, tidak
diikutsertakan dalam penyusunan format koalisi pasangan itu.
"Jika dicermati lebih lanjut, ada kegelisahan teramat mendalam yang
menjadi beban pemikiran dari seorang Yusril. Kecemasan ini berkaitan
dengan sistem pemilu serentak yang menjadi ancaman bagi partai-partai
kecil termasuk di dalamnya PBB," kata dia.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu mengatakan
harus diakui sistem pemilu langsung dan serentak menjadi angin segar
bagi partai-partai yang punya kandidat capres-cawapres untuk mendapatkan
efek ekor jas.
Dalam hal ini, kata dia, Yusril mempertanyakan format koalisi yang
dibangun di kubu Prabowo-Sandi yang hanya menguntungkan Gerindra semata
tanpa memikirkan nasib partai mitra koalisi di dalamnya.
"Tawaran untuk duduk bersama dan membuat model aliansi baru sepertinya
belum mendapat respon cepat dari Prabowo-Sandi," pandangnya.
Pangi menyampaikan tawaran aliansi yang dikemukakan Yusril adalah salah
satu jalan keluar agar koalisi yang dibangun tidak hanya menguntungkan
partai yang punya kandidat capres-cawapres.
Sehingga partai mitra koalisi punya portofolio yang jelas untuk
diperjuangkan secara bersama-sama dan terhindar dari ancaman persaingan
antar mitra koalisi di daerah pemilihan, sementara di sisi lain mereka
mengampanyekan capres-cawapres yang sama.
Menurutnya, dengan adanya portofolio yang jelas, peta politik akan lebih
prospektif, partai politik yang tergabung dalam koalisi pun akan
cenderung punya masa depan yang lebih jelas tanpa harus menghabiskan
banyak energi untuk hal-hal yang tidak perlu.
"Ide tentang aliansi yang ditawarkan Yusril bisa saja diperdebatkan
berkaitan dengan sistem politik dan sistem pemilu kita yang cenderung
campuran, namun setidaknya ini menjadi oase di tengah kebuntuan politik
yang membuat politik kita hiruk pikuk, pembelahan sosial yang semakin
tajam dan jauh dari nilai-nilai politik yang lebih substantif," katanya.
*Baca juga:Yusril jelaskan alasan menjadi penasehat hukum Jokowi-Ma'ruf
ke DDII
<https://www.antaranews.com/berita/767866/yusril-jelaskan-alasan-menjadi-penasehat-hukum-jokowi-maruf-ke-ddii>
Baca juga:Keputusan Yusril diperkirakan pengaruhi afiliasi politik PBB
<https://www.antaranews.com/berita/765735/keputusan-yusril-diperkirakan-pengaruhi-afiliasi-politik-pbb>*
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Edy Sujatmiko
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com